Mohon tunggu...
Latatu Nandemar
Latatu Nandemar Mohon Tunggu... Relawan - lahir di Pandeglang Banten

Lahir di Pandeglang, Banten. seorang introvert yang bisa menjadi extrovert ketika situasi mengharuskan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Online atau Offline, Solusi Pengemis adalah Tidak Memberi Mereka Uang

3 Februari 2023   15:59 Diperbarui: 7 Februari 2023   11:18 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengemis. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial sangat tinggi. Itu bisa kita lihat dari banyaknya orang-orang yang memberikan sumbangan baik berupa barang maupun uang kepada mereka yang membutuhkan.

Pada kasus-kasus bencana alam misalnya, banyak sekali para dermawan-dermawan yang memberikan sumbangan dengan tujuan untuk membantu mereka yang sedang dilanda bencana. 

Tentu saja ini adalah sebuah hal yang sangat positif. Karena semangat berbagi memang harus kita tanamkan pada diri kita agar kita bisa berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudara kita.

Tetapi, yang menjadi permasalahan adalah semangat berbagi ini dan mudahnya masyarakat Indonesia untuk memberi bisa dimanfaatkan oleh mereka yang ingin mengambil keuntungan dari mereka yang memiliki sifat baik ini. 

Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu di mana viral para pengemis yang melakukan operasi mereka secara online.

Belakangan ini viral di media sosial Tik Tok tentang maraknya pengemis online. Para pengemis ini banyak yang mengeksploitasi diri mereka sendiri maupun dieksploitasi oleh orang lain dengan keadaan yang dibuat beragam untuk menarik perhatian dan juga simpati orang-orang.

Ada seorang lansia yang merendam diri sambil mengguyurkan air dingin ke tubuhnya sendiri dengan menahan gigil karena guyuran air tersebut. 

Ada yang melumuri diri dengan lumpur dan terdapat caption keluhan bahwa dia sudah 11 jam live video yang nonton baru satu orang dan itu juga hanya ibu sendiri.

Apa yang mereka harapkan tentulah mendapatkan keuntungan meski yang mereka dapatkan bukanlah uang dalam bentuk nyata, melainkan mengharapkan hadiah dari penonton melalui fitur platform Tik Tok tersebut yang kemudian nantinya bisa di-uangkan. 

Era digital memang telah menggeser segala sesuatu dari ranah nyata berpindah ke ruang maya.

Dan itu terjadi hampir pada semua aspek kehidupan kita. Pergeseran ini tentu saja menuntut mereka yang sadar akan adanya potensi ekonomi di dunia digital untuk melakukan inovasi-inovasi mengikuti era yang sedang berlaku saat ini. 

Ini termasuk juga para pengemis, mereka mengubah strategi mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan turut berinovasi dalam beroperasi di era digital ini.

Tetapi, pengemis tetaplah mengganggu. Entah itu dilakukan secara online maupun dilakukan dengan turun langsung ke lapangan yang mereka anggap strategis. Karena mengemis adalah sebuah sikap mental yang tidak boleh dipertahankan. 

Mengemis merupakan representasi dari sebuah sikap malas dan ingin mendapatkan uang dengan cara mudah. Bahkan tak jarang pengemis melakukan sebuah manipulasi agar terlihat memprihatinkan sehingga mengundang rasa kasihan dari seseorang.

Mereka akan selalu hadir karena alasan kebutuhan dan lain sebagainya. Meski mereka sudah di beri pembinaan dan juga sanksi berkali-kali, mereka tidak akan pernah merasa kapok. 

Pembinaan-pembinaan sangat sulit untuk menyadarkan mereka. Begitu juga dengan sanksi-sanksi, masih terasa belum efektif untuk membuat mereka jera. 

Itu terbukti dari para pelaku yang tertangkap kebanyakan adalah para muka-muka lama yang tak mau meninggalkan profesi ini.

Lantas mengapa pengemis ini tetap marak meski sudah dilarang oleh pemerintah dan sudah dilakukan razia berkali-kali dan juga tak jarang pelakunya adalah orang yang sama yang sudah diberikan pembinaan berkali-kali? Hal itu tak lain dan tak bukan adalah karena adanya potensi ekonomi pada kegiatan tersebut.

Bagi saya, permasalahan ini bisa dikatakan sama halnya dengan hukum dagang, jika suatu produk tak ada yang membeli.

Maka produk tersebut lama-lama akan menghilang dengan sendirinya di pasaran. Jadi ada hukum sebab dan akibat. Mereka tak akan hadir jika tak ada potensi keuntungan yang bisa mereka dapatkan.

Maka artinya, jika para pengemis ini tidak diberi uang, maka mereka pun tidak akan melanjutkan kegiatan mereka. Karena mereka akan menganggap apa yang mereka lakukan adalah perbuatan sia-sia yang tidak memberikan keuntungan apa-apa.

Beberapa pemerintah kota memang sudah menerbitkan peraturan untuk tidak memberikan uang kepada pengemis dan juga disertai sanksi-sanksinya. Tetapi masih saja banyak yang memberikan uang kepada pengemis dijalanan. 

Hal itu terjadi karena mereka masih belum tersadarkan akan efek-efek yang mereka sebabkan dengan memberikan uang kepada para pengemis jalanan ini.

Maka melakukan edukasi tanpa henti terhadap seluruh warga Indonesia adalah jalan yang harus ditempuh. Tidak hanya mensosialisasikan sanksi-sanksinya saja. 

Jika ada warga yang ingin memberikan sumbangan dari harta mereka, mereka bisa menyalurkannya melalui lembaga-lembaga sosial yang sudah terpercaya keberadaannya.

karena kita sendiri sudah melihat bagaimana pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam jurus untuk memberantas masalah sosial ini, tetapi tak ada satupun yang efektif. 

Menyadarkan adalah solusi terakhir yang bisa diambil agar salah satu dari sekian banyak permasalah sosial yang ada di Indonesia ini bisa berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun