Mohon tunggu...
Elnado Legowo
Elnado Legowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Kata-kata memiliki kekuatan untuk mengesankan pikiran tanpa menyempurnakan ketakutan dari kenyataan mereka. - Edgar Allan Poe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosok Hitam Besar di Rumah Kakek

30 Desember 2021   13:24 Diperbarui: 30 Desember 2021   21:08 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: sosboks.blogspot.com

Suara langkah itu kian lama makin dekat dengan pintu kamar tidur Kuswan. Alhasil, dengan kengerian dan kepanikan yang akut, Kuswan segera masuk ke dalam lemari pakaian yang terbuat dari rotan untuk bersembunyi.

Dari dalam sana, dia mengintip keluar melalui sela-sela dinding pintu yang terbuat dari rotan; di mana dia menyaksikan sosok itu masuk ke dalam kamarnya tanpa menciptakan provokasi yang merisaukan. 

Arkian, sosok itu segera menelusuri seluruh penjuru kamar tidur - mencari keberadaannya - tanpa melakukan sesuatu hal yang merusak. 

Kuswan hanya menyaksikannya secara langsung, betapa dahsyatnya rupa dari sosok hitam besar itu, sampai-sampai dia hampir berkemih di celana. 

Dia menyaksikan itu sambil berusaha untuk tetap terdiam, sekaligus menutup mulut dan hidung dengan kedua tangannya, demi menahan histeria yang akut serta rasa mual karena bau sigung yang sangat menyengat.

Setelah beberapa menit sosok itu puas menelusuri seluruh sudut ruang kamar, akhirnya dia pergi keluar menuju ke suatu tempat. Ketika sosok itu sudah hilang dari pandangan Kuswan, lantas dia kembali melepas kedua tangannya dari mulut dan hidungnya, serta mengeluarkan napas megap-megap. 

Secara sekilas keadaan tampak aman, tapi hati kecil Kuswan menolak untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Dia masih takut, karena masih mencium bau sigung, serta mendengar suara langkah kaki dari sosok itu yang terasa dekat dengannya.

Tiba-tiba terdengar suara jerit kengerian dari dalam kamar tidur orang tua Kuswan, dengan diikuti oleh suara sosok hitam itu. Lantas suara tersebut berlanjut menjadi sebuah keributan dan perkelahian dari dalam kamar itu; lalu berakhir dengan suara jerit kesakitan yang diiringi oleh suara daging dirobek-robek dan tulang yang dipatahkan dengan begitu keji. Alhasil, suara tersebut makin menciptakan suasana horor di malam yang sunyi dan dingin. Kuswan hanya bisa membatu di dalam lemari dengan penuh ketakutan yang kritis, sampai dirinya terjatuh pingsan.
 
****
 
Kakek berhenti sejenak dan melepas kacamatanya, seolah memperbaiki pandangannya yang kabur. Arkian, kakek melanjutkan ceritanya, bahwa ketika matahari sudah terbit, dia ditemukan oleh para warga dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam lemari, dan segera dievakuasi. 

Di waktu yang bersamaan, para warga juga tidak melewatkan pemandangan horor di kamar orang tuanya. Di mana mereka ditemukan tewas dengan keadaan yang sangat mengerikan; kondisi tubuh yang tidak utuh; darah bersibaran ke mana-mana, sehingga menodai seluruh sudut kamar serta mewarnainya menjadi merah. Lalu kakek segera menutup cerita dengan menyeruput tehnya.
 
"Apakah itu kisah nyata, kek?" tanyaku penuh keraguan.
 
Kakek hanya tersenyum dan berkata dengan nada serius dan bergetar;
 
"Maka dari itulah. Kalau sudah malam, jangan keluar rumah! Apalagi saat bulan purnama!"
 
Apabila dilihat dari tatapan dan cara bicara kakek; dia tampak sangat serius dan terkesan sedang tidak mengatakan omong kosong. Tetapi secara logika sehat, nasehat kakek terdengar aneh, terutama cerita yang dibawakannya seperti dongeng mengerikan yang biasa dipakai untuk menakut-nakuti anak kecil. Alhasil, aku hanya mengangguk.
 
Singkat cerita, setelah hari sudah malam dan aku sedang tidur di dalam kamarku, seketika aku terbangun akibat suara ribut yang datang dari luar kamar, lalu diikuti oleh padamnya listrik di rumah kakek. Lantas aku mengambil ponsel sebagai alat penerang. 

Sangat nahas, jaringan internet juga ikut hilang, sehingga aku tidak bisa menggunakan ponsel untuk menghubungi orang tuaku atau meminta pertolongan, meski aku sudah memakai paket kuota. Lebih-lebih karena hari sudah malam - sehingga jongos di rumah kakek sudah pulang - kian memaksaku untuk bergegas keluar untuk memeriksa keadaan rumah secara mandiri, sambil berteriak memanggil kakek. Namun tidak ada balasan, seakan aku berada sendirian di dalam rumah yang gelap dan tampak mengerikan ini.
 
Aku menelusuri lorong demi lorong yang gelap, dengan hanya ditemani oleh cahaya kecil yang keluar dari ponsel. Secara tiba-tiba, aku mencium bau tidak enak yang menusuk hidung. Aku tidak begitu yakin dan berusaha untuk tidak mempedulikannya, sehingga aku terus melanjutkan langkahku. 

Sampai pada akhirnya aku tiba di ruang tamu dan mendapati pintu depan rumah dalam keadaan terbuka. Lantas aku segera mendekati pintu itu dan menutupnya. Di waktu yang bersamaan, aku mendapati banyak sekali bercak merah yang mengotori lantai dan beberapa sudut pintu depan. Setelah diperiksa lebih teliti, aku menjadi sangat terkejut setelah mengetahui bahwa itu adalah darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun