Mohon tunggu...
EmThree .
EmThree . Mohon Tunggu... -

biasa aja tidak ada yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bangkitlah Maduraku

17 November 2011   20:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:32 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Namun, pada masa itu mereka tidak menyadari kalau sebenarnya mereka sedang dihasut  dan diadu domba oleh Belanda. Mereka diadu domba dengan golongan keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah Belanda pada waktu itu, yang juga sesama bangsa. Karena provokasi Belanda itulah, golongan Blater yang seringkali melakukan carok. Pada saat itu, mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris sebagaimana yang biasa digunakan masyarakat Madura zaman dahulu, tetapi beralih menggunakan celurit sebagai senjata andalannya.

Senjata celurit ini sengaja Belanda beri kepada kaum Blater dengan tujuan merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik sah senjata tersebut. Karena beliau adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan Agama Islam. Celurit digunakan Pak Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.

Rupanya, upaya Belanda tersebut  berhasil merasuki sebagian pola pikir masyarakat Madura, yang kemudian mendarah daging bahkan beralih menjadi filsafat hidup mereka. Setiap ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah dan sebagainya selalu menggunakan “langkah bijak” dengan carok; tak lebih demi menjunjung harga diri dan kehormatan. Tidak heran jika terjadi perselingkuhan dan perebutan tanah yang dilakonkan oleh orang Madura; baik di Madura, Jawa atau Kalimantan, selalu diselesaikan dengan jalan carok perorangan maupun massal. Dan senjata yang digunakan selalu celurit. Begitu pula saat melakukan aksi kejahatan, juga menggunakan celurit.

Kondisi semacam itulah yang membuat masyaratkat non-Madura berasumsi bahkan mengecam orang Madura adalah sekelompok masyarakat yang hobi carok, kasar, sok jagoan, bersuara keras, suka cerai, tidak tahu sopan santun, dan kalau melakukan aksi pembunuhan selalu menggunakan celurit. Sehingga wajar, jika perempuan-perempuan non-Madura merasa enggan dan takut kalau didekati oleh laki-laki Madura.

Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian. Ada banyak masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, cerdas dan sebagainya. Mereka biasanya berasal dari kalangan masyarakat santri. Mereka merupakan keturunan orang-orang zaman dahulu yang melawan Belanda. Hal ini dapat direpresentasikan dengan budaya-budaya masyarakat Madura  dalam bersosial dan berintraksi antar sesama suku Madura atau non Madura. Mereka sangat menjunjung tinggi nilai kemanusian; seperti tolong menolong, saling menghormati dan gotong royong, juga prestasi-prestasi masyarakat Madura yang diperoleh  saat ini.

Selain fenomena di atas, masih banyak cerita tetang Madura dan keunggulan masyarakatnya di berbagai bidang; baik yang berhubungan dengan kekerasan (budaya carok)  atau yang berhubungan  dengan aspek pendidikan di Madura yang mulai berkembang maju.

Hidup Madura…!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun