Super berani
Saat itu ada anak-anak muda yang lagi taruhan mengambil uang di pertengahan jalan. Jalan itu dari dua sisi menurun dan menanjak. Lalu uangnya di letakkan pas di turunan yang ada dekat jembatan.Â
Dua kereta sudah ada di tanjakan masing-masing, sedang bersiap-siap untuk sama-sama terjun mengambil uang yang diletakkan di atas jempatan pada turunan jalan itu. Terbayangkan turunan jalan itu sangat jurang. Masing-masing membonceng temannya untuk mengambil uang taruhan itu.
Karena jalan itu antara tanjakan yang satu dengan tanjakan yang satunya lagi cukup jauh maka kode untuk memumulai pertandingan adalah dengan membunyikan salah satu gas kereta. Begitu kereta itu di gas maka keduanya melaju dengan sangat kencang menuju uang yang akan diambil di tengah-tengah jalan yang curam.
Naasnya, pas mau mengambil uang itu malah kedua kereta yang sangat melaju kencang itu tabraakan di tengah-tengah jalan yang ada jembatannya itu. Semuanya kritis dan salah satunya meregang nyawa di tempat kejadian.Â
Ada-ada saja kelakuan anak muda zaman sekarang. Pekerjaan sia-sia telah merenggut nyawa mereka. Mendengar hal itu semua masyarakat berhamburan ketempat kejadian setelah mendengar hal itu. Orang tua korban meraung tak berhenti melihat anak lajangnya mati bersimbah darah.
Hari itu sangat mencekam. Jempatan tempat lalu lalang masyarakat menjadi tempat angker yang semua orang merasa takut kalau mau melewatinya.Â
Betapa tidak setelah kejadian itu. Ada saja terdengar suara-suara aneh atau bahkan penampakan yang tak biasa di tempat itu. Kalau iman kurang kuat, sebaiknya tidak usah melewati jalan itu. Cari saja jalan alternatif yang lain. Apalagi jalan yang menurun dan menanjak itu sangat berbahaya. Kalau gas kereta atau gigi kereta kurang pas pasangnya terkadang malah kereta mati di tengah jalan, sebelum melewati tanjakan. Hal ini tak jarang terjadi karena ketakutan.
Nah, yang anehnya. Hari ini ada satu rumah yang sudah berdiri kokoh pas di tempat kejadian itu. Anaknya yang bernama Fadil sekolah di tepat kami. Kemaren saya sempat bertanya kepadanya. Apakah keluarga mereka pernah di gangguin sama hal-hal aneh yang ada di situ. Fadil menjawab dengan panjang lebar.
" Iya bu, tak tanggung-tanggung lagi sudah sering kami digangguin sama penunggu di sana. Pada awal kami menghuni rumah itu, seremnya minta ampun" kata si Fadil. Aduh saya jadi merinding.
"Pernah suatu sore. Hari sudah mulai gelap. Pikir ayahku masih ada kain di jemuran. Karena ada terlihat seperti kain putih yang masih nyangkut di tali. Begitu ayahku ke atas atap mau mengbil kain itu, eh malah terbang dan ketawa cekikikan Bu" kata si Fadil.
"Rupanya itu kuntilanak yang menjelma seperti kain jemuran" kata Fadil. "Ibuku lagi masak ada pula yang menarik-narik bajunya dari belakang, begitu dilihat sama ibuku tak ada siapapun" katanya lagi.Â
Mendengar cerita muridku ini aku semakin merinding. "Tapi kenapa kalian berani sekali tinggal disana? " Gimana lagi Bu, mau pindah kemana, ibuku pula disitu beli tanahnya" jawab muridku itu.
"Jadi sekarang gimana. Apa masih seperti itu juga." "Iya lho bu, apa bedanya, cuma kami sudah biasa kata anak muridku ini." "Ih betul-betul berani sangatlah kalian kalau begitu" kata ku. "Sudah biasa bu, sudah jadi teman" katanya lagi.Â
Super berani kan ?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI