Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dalam Diam

8 Juli 2022   05:17 Diperbarui: 8 Juli 2022   05:25 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mamat sudah lama berkenalan dengan Nonon. Ayahnya Nonon adalah gurunya Mamat. Ayahnya Nonon adalah seorang yang sangat alim dan memiliki beberapa anak murid yang setia menuntut ilmu agama kepadanya termasuk Mamat.

Berhari-hari Mamat berguru kepada ayahnya Nonon, sehingga ilmu agamanya semakin hari semakin mahir dan mantap. Melihat kesungguhan Mamat yang seperti itu maka ayahnya Nonon tertarik kepada Mamat. Dalam hati dia ingin untuk menjadikan Mamat sebagai menantunya. Hal itupun disampaikan ayahnya kepada Nonon. Suatu pagi ayahnya bicara kepada Nonon. Dia menyampaikan keinginan hatinya. Maka pagi itu ayahnya memanggil si Nonon yang lagi masak bersama ibunya.

"Non,...kamu kesini dulu. Ada yang mau ayah bicarakan", kata ayahnya Nonon pagi itu.

" Ya ayah", sahut Nonon yang lagi asyik membantu ibunya memasak di dapur. Nonon datang dan bersimpuh didepan ayahnya.

"Begini Non, kamu ini kan sudah dewasa, sudah layak untuk berumah tangga, ayah kepengen, kamu menikah dengan Mamat ya", kata ayahnya kepada Nonon.

"Apa ayah, saya menikah dengan si Mamat, anak murid ayah itu ?" Jawab Nonon agak sedikit kuat.

"Iya Non, betul. Menurut ayah, Mamat itu adalah orang yang baik dan juga anaknya sangat alim. Ilmu agamanya bagus Non. Bagus untuk bekal berumah tangga bersama kamu dalam mendidik anak-anak mu kelak bersamanya", bilang ayahnya Nonon.

"Ayah, saya tidak cinta sama Mamat, apalagi dia itu bukan orang berada, dia itu miskin ayah, mau makan apa aku nanti jika menikah dengannya", jawab Nonon

"Astagfirullah Non,... istighfar lah kamu nak,..kaya miskin itu bukanlah patokan dalam berumah tangga. Buat apa kaya harta kalau ilmu agamanya tidak ada. Ilmu agama itu tidak bisa dibeli Non, sementara kalau kekayaan itu bisa saja dicari nak", kata ayahnya Nonon meyakinkannya.

Mendengar keterangan ayahnya, Nonon terdiam. Dia tidak berani lagi membantah kata-kata ayahnya. Dalam diam dia kembali ke dapur membantu ibunya yang sibuk memasak untuk sarapan pagi itu. Dalam diam Nonon selalu berfikir apakah dia akan menerima usulan ayahnya atau tidak. Dalam diam dia galau bukan kepalang.

Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ibunya bertanya kepada Nonon, yang membuat Nonon terbangun dari lamunannya.

" Non...ada apa, kenapa kamu diam saja, apa yang dibilang ayah kepadamu. Sepertinya sangat serius", kata ibunya kepada Nonon.

" Iya Bu, boleh dibilang sangat serius. Ayah ingin menjodohkan Nonon dengan Mamat". Jawab Nonon singkat.

" Owh bagus dong, Mamat kan anak yang baik, patuh dan alim. Ibadahnya bagus, kamu kan tau Sendiri toh", kata ibunya.

" Iya sih Bu, Nonon tau. Cuma Nonon kan ga cinta Bu sama Mamat". Kata Nonon membalas jawaban ibunya.

"Non... percayalah nak, pilihan orang tua itu biasanya tidak ada yang salah. Insyaallah kalau masalah rasa suka akan datang dibelakang hari seiring berjalannya waktu", kata ibunya menimpali.

"Apa benar Bu bisa begitu. Satu lagi Bu, Mamat kan orang biasa saja Bu, dia belum bekerja, dia juga tidak punya kekayaan apa-apa. Apa nanti dia bisa bu membiayai rumah tangga kami". Kata Nonon menambahkan

" Non,...kalau masalah harta itu bisa dicari nak, urusan rezeki. Bukan kita yang mengatur, semua itu urusan Allah, tidak boleh kamu ragukan", kata ibunya menambahkan.

Akhirnya Nonon terpaksa menerima perjodohan itu. Karena kedua orang tuanya se ide untuk perjodohan itu. Tidak memakan waktu lama. Ayah Nonon bersama ibunya sudah pergi ke rumah orang tuanya Mamat, untuk membicarakan hal itu sekaligus menentukan hari pernikahan mereka berdua.

Tak berselang lama, pernikahan itu sudah dilangsungkan. Kini Nonon dan Mamat telah bersanding di pelaminan. Walau tanpa rasa cinta dihatinya Nonon.

Satu tahun berlalu. Rumah tangga itu sudah terbangun. Nonon sudah memiliki satu orang anak lelaki yang sangat tampan. Namanya Farid. Waktu terus berjalan, Farid tumbuh besar sampai dia sudah tamat sekolah dasar. Sekarang Farid sudah punya adik lagi. Namnya Mila. Mila juga cantik. Semakin hari Mila semakin tumbuh besar. Sekarang Mila sudah masuk sekolah dasar. Sedangkan Farid sudah masuk SMA.

Kehidupan terus berjalan, Mamat yang kerja serabutan kini tak sanggup lagi membiayai sekolah anaknya dan kebutuhan keluarganya. Kehidupan dalam rumah tangga Nonon saat ini sering diwarnai oleh pertengkaran. Nonon sudah tak kuasa menahan itu semua. Dia pulang ke rumah orang tuanya, dan mengatakan hal itu kepada ayah dan ibunya.

Namun ayah dan ibunya tidak ada membela Nonon. Kedua orang tuanya menasehati Nonon agar sabar dan tabah dalam menjalani semuanya.

"Kehidupan rumah tangga itu pasti ada ujiannya nak, bersabarlah", kata ibunya.

"Ujian hidup baru saja kamu rasakan, kalau kamu tidak sabar maka kamu tidak akan naik kelas", kata ayahnya.

Nonon kebingungan, hal apa yang harus dilakukannya. Sementara dia tidak punya pekerjaan. Yang bekerja hanyalah suaminya, si Mamat. Dia malu dengan dirinya, dan air mata yang telah dia tumpahkan di rumah kedua orang tuanya seakan sia-sia. Nonon kembali diam dan pulang ke rumah. Kini dia melanjutkan kehidupannya dengan suaminya walau dalam serba kekurangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun