Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik dengan Hati

28 Mei 2022   13:30 Diperbarui: 6 Oktober 2022   11:11 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENULIS ITU MENGASYIKKAN

Hijrah dari Sumatera Barat ke provinsi Riau.

Mulai berkarir di SMP Muhammadiyah Kandis pada awalnya adalah sebagai guru les yang masuknya cuma dua kali dalam satu Minggu. 

Saat itu saya memegang bidang study Bahasa Arab dan kemuhammadiyahan, yakni 4 jam dalam satu Minggu. Kesibukan saya di luar mengajar adalah sebagai penjual sayur. 

Saya masuk cuma 4 jam dalam satu Minggu tentu saya tidak banyak mengenal karakter anak-anak saya.

Setelah mengadakan rapat dengan ketua yayasan, maka ternyata oh ternyata, tanpa saya duga pilihan kawan-kawan pun jatuh kepada saya.

Tepatnya tanggal 7 November tahun 2008 saya diangkat jadi kepala sekolah oleh ketua yayasan yang bernama bapak Herman Kumis. 

Seiring berjalan waktu Alhamdulillah, walau tugas ini berat tapi saya jalani aja seperti air mengalir. Saya bertugas sebagai guru, TU dan kepala sekolah.

Untuk diketahui, bahwa anak didik kami Kebanyakan berasal dari anak-anak pindahan. Bisa dibayangkan bagaimana kelakuannya anak-anak pindahan kan..Mereka itu ibarat jeruk yang sudah banyak ulatnya. 

Step by step, semua kami mulai rubah secara perlahan dan sabar. Mulai dari cara belajarnya, akhlaknya, ibadahnya, cara bergaulnya dengan guru atau dengan sesama, dan lain sebagainya.

Saat itu juga saya pilih 4 orang guru, yang saya anggap mampu untuk menjadi pamong bagi anak-anak kami. Yakni pak Afrizen, ibu Mardiah, ibu Nurhayani Sinaga dan saya sendiri.

Setelah hal ini kami jalani lebih kurang selama 3 bulan. Mereka mulai mematuhi apa yang dibilang sama pamongnya.

Banyak faktor yang membuat mereka jadi bandel dan nakal. Sebagai pamong mereka, anak-anak sudah menganggap kami sebagai orang tuanya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun