Tak dipungkiri jalan hidup manusia itu terkadang memang tak semulus jalan tol, yang bisa dilalui dengan santai setiap saat. Sejatinya banyak orang yang tersandung dengan berbagai hal dalam hidup ini di masa lalu. Trouma masa lalu yang dijalani oleh sebahagian orang, sangat susah untuk dilupakan bahkan sangat sulit untuk sembuhkan.Â
Kita tahu bahwa penyebab depresi atau setres masa lalu bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Diantaranya dari diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan tempat kerja.Â
Dari diri sendiri misalnya, tidak bisanya seseorang mengatasi masalah yang timbul kepada dirinya. Sering melakukan kesalahan berkali-kali yang menyebabkan seseorang itu di bully atau disepelekan, dimarahi atau bahkan terjadi tindakan yang sangat tidak mengenakan karena kesahakan diri sendiri.
Kurangnya kemandirian seseorang salah satu penyebab terjadinya konflik pada diri sendiri juga. Hal ini tentunya akibat dari kurangnya pendidikan atau latihan dari dalam keluarga sendiri dari masa kecil.Â
Jika hal ini berlanjut, maka seseorang akan gambpang terserang yang namanya penyakit depresi, bingung atau setres. Ditambah pula tidak adanya kebiasaan berbagi cerita kepada orang lain yang dipercaya. Atau misalnya mau berbagi cerita namun tidak ada yang mau mendengarkan.
Akhirnya semua masalah dipendam sendiri. Inilah yang membuat beban di kepala semakin hari semakin berat. Khawatir jika dibagi kepada orang lain malah akibat yang ditimbulkan akan lebih parah. Padahal sebenarnya belum tentu juga seperti itu kenyataannya.Â
Penyebab berikutnya adalah keluarga. Terkadang seorang anak seringkali di bully di dalam keluarganya sendiri. Anak selalu disalahkan, bukan dibimbing atau dinasehati ketika dia bersalah.Â
Seringkali orangtua menjatuhkan kalimat salah kepada anak yang membuat anak-anak kita menjadi depresi. Dikit -dikit "ya itu kan salahmu, rasakan sendirilah akibatnya," gitu. Kata- kata ini akan jadi kokoh dibenak anak-anak hingga akhirnya membuatnya depresi.
Jika ada seorang anak bersalah maka tugas kita sebagai orang tua atau guru dan siapapun yang ada di samping anak adalah mendampingi, menasehati, membimbingnya agar terbangun kembali mentalnya untuk bertanggung jawab.Â
Setidaknya anak-anak mengerti dengan kesalahan yang ia lakukan dan kira sebagai orang tua, guru dan lainnya juga mengerti dengan kebutuhan anak yang sedang dalam keadaan seperti itu.Â
Inilah yang selayaknya dilakukan bukan menyalahkannya terus menerus tanpa memberi solusi. Apalagi terkadang malah seorang anak yang berbuat salah selalu duajuhi oleh anggota keluarga, guru teman-temannya dan masyarakat.