Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah hobi yang tak bisa dipungkiri. Semoga apa yang tertulis bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nak Kamu Tak Sendiri, Ada Ibu dan Guru lain di Sampingmu yang akan Menyayangimu

23 Juli 2024   10:19 Diperbarui: 23 Juli 2024   10:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Samuel Aruan. Dia seorang Nasrani. Duduk di kelas tujuh tingkat SMP. Ya, memang dia anak yang baru masuk di SMPN 5 Kandis ini. 

Belum banyak yang mengenalnya. Aku pun belum begitu dekat dengannya. Namun beberapa Minggu pembelajaran sudah berjalan. Aku perhatikan Setiap hari Senin anakku ini masih pakai baju merah putih. Sementara yang lain sudah memakai seragam SMP layaknya kakak kelasnya yang duduk di kelas delapan dan kelas sembilan. 

Melihat keadaan seperti ini aku serasa masuk ke dalam lingkaran hatinya di mana dia berada di lingkungan putih biru, sementar dia masih merah putih. Aku merasakan gimana sedihnya dia, dan gimana beratnya beban batin yang dipikulnya setiap hari Senin dan Selasa yang iya jalani.

Pastinya mentalnya terpukul banget. Apalagi kalau ada misalnya sahabatnya bercanda dengan bisikan "ada anak SD tersesat ke SMP" gt. Kan tak dipungkiri hal ini bisa saja terjadi diantara mereka walau dengan cara tak sengaja.

Berawal dari sini, Senin semalam saya berbisik sama salah satu guru, dia itu teman saya sesama pendidik di sini. "Pak, lihat tuh anak kita masih pakai baju SD, kenapa ya, apa dia anak yang kurang mampu," begitulah saya bicara sama teman saya ini.

Teman saya menimpali, "mungkin masih belum punya uang ortunya Bu, makanya belum dibelikan," jawab teman saya. "Masak sih pak, kan ga terlalu mahal juga, hanya sepasang baju putih biru doang," timpalku lagi. 

"Iya Bu, mungkin sama kita ga terlalu mahal, tapi gimana sama orang tuanya kalau ga punya uang, kan uang segitu banyak," jawab temanku ini lagi. "Oh iya juga ya pak," balasku.

Sejak itu aku diam, obrolan kami pun berakhir. Dari semalam itu pula hatiku berkata, "belikan, belikan, ayo belikan," gitu. Karena itulah seolah ada dorongan yang sangat kuat dari dalam. Maka tadi pagi sebelum ke sekolah aku mampir dulu ke toko baju. Mencari ukuran yang cocok untuknya. Aku belikan lengkap dengan topi dan dasi dan kaus kakinya. 

Alhamdulillah setelah dapat baju itu hatiku terasa tenang. Sampai di sekolah aku tanya sama teman dia masuk di kls mana. Ternyata dia ada di kelas 7a. Setelah tau keberadaannya aku ayunkan langkah kakiku ke sana.sampai di kls 7a aku ijin sama guru yang lagi ngajar di sana. 

Terus aku panggil anak itu, aku bawa dia ke perpustakaan. Sambil jalan kutanya namanya, ku tanya keadaan keluarganya, ku tanya saudara-saudaranya. 

Ternyata ya inilah namanya. Dia dipanggil Samuel Aruan. Ibunya seorang TKW di Malaysia, sudah enam tahun tak ada pulang. Dia pun tak ada ngirim uang. Bapaknya seorang pengangguran. Dia tiga bersaudara. Abangnya juga sekolah di SMP 5 ini. Namanya Michael Aruan sudah kls 9. Adeknya masih kls 4 SD namanya Jojo Aruan. 

Terus aku tanya "ada jajanmu nak". Dia jawab "ada Bu,." Siapa yang kasih," dia jawab, "Opungku bu," gitu. 

Mendengar hal ini air mataku tumpah tanpa bisa lagi di tahan. Dia pun sambil menangis memakai baju yang aku kasih. Dia sangat terharu. Kami semua ikut hanyut dalam rasa haru biru yang tak menentu. 

Ternyata beginilah keadaan sebahagian anak-anak kita di Indonesia ini yang perlu perhatian dari kita semua. Keadaan tak bisa disalahkan. Orang tua pun tak bisa disalahkan. Mungkin karena satu dan lain hal yang akhirnya membuat dia meninggalkan anak-anaknya untuk mencari nafkah di negeri orang. 

Apapun itu peduli lingkungan, tanggap terhadap keadaan sekitar adalah tugas kita bersama. Saling berbagi, baik itu secara moral maupun materil bagi kita yang punya sedikit kelebihan, adalah suatu kewajaran dan sebuah keharusan yang perlu kita lakukan. 

Semoga kedua anakku ini Michael dan Samuel, serta adeknya Jojo yang masih duduk di bangku SD tetap semangat sekolah. Walau bagaimanapun beban batin yang dijalani berada jauh dari sang ibu tercinta. Dan semoga bapak mereka segera dapat pekerjaan yang layak sehingga hidupnya tidak bergantung hanya kepada Opung atau nenek mereka saja. 

Air mataku tumpah lagi.

Selasa, 23 Jul

i 2024

Kandis Riau Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun