Tanpa peduli pagi siang sore bahkan malam membawa karung dan berjalan menelusuri setiap jalan. Turun ke semua lorong bahkan lembah
Untuk mengumpulkan barang bekas setiap hari
Bergumul dengan kotor, tak peduli tangan lecet kaki koyak kena sembilu bahkan pecahan kaca. Tak peduli hujan panas terik matahari menerpa. Demi sesuap nasi untuk mengisi perut anggota keluarga
Salut untukmu wahai para pengumpul barang rongsokan. Di mata manusia mungkin saja engkau tiada berharga. Dianggap sepele di mana-mana. Tapi engkau mencari harta dengan keringatmu yang bercucuran. Menjualnya dengan hati yang lapang
Berapapun dihargai engkau tiada protes. Padahal tidak sebanding dengan lelahmu. Langkah kaki dan ayunan tanganmu tidak pernah menunjukkan kata lelah. Setiap Tong sampah engkau korek dengan tanpa merasa jijik. Bau busuk engkau tahankan demi tercapainya biaya untuk hidup sehari-hari
Tak jarang rasa haus dan lapar engkau tahankan. Hati ini selalu miris ketika engkau berhenti hanya untuk meminta segelas dua gelas air minum. Cepat-cepat aku memberimu karena merasakan betapa capeknya dirimu.Â
Berkelana sepanjang jalan tanpa tujuan, yang penting karung yang yang engkau bawa terisi penuh. Semoga para pengumpul barang rongsokan bahagia di manapun berada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H