Dunia adalah misteri. Rahasia yang tak pernah ada habisnya untuk diungkap. Namun rahasia itu tidak bisa diterka. Seperti halnya yang terjadi pada diri saya.
Berawal dari kesedihan yang mendera. Menurunnya siswa yang masuk ke sekolah kami, akibat adanya bencana covid yang melanda negeri dua tahun yang lalu. Ditambah pula atas pemberlakuan zonasi untuk sekolah negeri.
Dibarengi pula dengan kecenderungan orang tua yang bukan lagi seratus persen malah seribu persen untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah negeri, maka akhirnya siswa yang berada di sekitar sekolah negeri yang mengapit sekolah kami semuanya masuk ke sekolah negeri.Â
Termasuk anak-anak yang berada di sekitar sekolah kami.Â
Berhari-hari duduk termenung, memaksakan senyum di balik kesedihan terus kami lakukan bersama semua guru. Di depan orang kami tersenyum di belakang orang kami menangis. Menunggu keajaiban itu datang.
Maka dalam keadaan yang seperti ini, tiba-tiba ada himbauan dari pengurus besar Muhammadiyah Kabupaten Siak agar semua kepala sekolah atau guru yang ada di sekolah-sekolah Muhammadiyah agar ikut dalam kegiatan seminar yang ditaja oleh pimpinan pusat Muhammadiyah Jakarta bersama institut Laimena.Â
Dengan senang hati saya mengikuti himbauan itu dan bergabung bersama seluruh kepala sekolah dan guru-guru Muhammadiyah yang ikut dari Sabang sampai Merauke. Pada waktu itu seminar yang dilakukan bukan cuma satu hari akan tetapi beberapa hari.
Seminar dilakukan melalui zoom pada malam hari, jadi tidak mengganggu aktivitas yang lain. Dalam seminar itu kami belajar tentang "Literasi Keamanan Lintas Budaya" yang disingkat dengan LKLB. Di sini kami diperkenalkan dengan berbagai narasumber yang hebat-hebat. Berasal dari berbagai agama yang ada di Indonesia.
Ternyata Narasumber itu bukan hanya berasal dari Indonesia akan tetapi juga berasal dari luar negeri, seperti Bapak Cristofhel, Bunda Maria, dan lain-lain. Sedangkan yang ada di Indonesia seperti Bapak Amin Abdullah, bapak Quraisy Shihab, dan lain-lain.
Indahnya persaudaraan sangat terasa dibalut bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Bersatu dalam perbedaan berbeda dalam persatuan. Dari sini saya merasa bahwa Indonesia ini memang benar-benar kaya dengan keragaman budaya yang ada. Semua bersatu saling bersinergi untuk Indonesia tercinta.
Hari demi hari pelatihan itu saya ikuti dengan baik. Hingga sampailah pada pembagian tugas kelompok. Karena setiap ada zoom, kami semua dikasih tugas mandiri dan tugas kelompok yang harus dikumpulkan kepada panitia pelaksana.Â
Nah di sini kebetulan saya satu kelompok dengan Bunda Zainab yang berasal dari NTT. Karena satu kelompok kami saling berkomunikasi. Walau hanya kenal melalui dunia maya tetapi keakraban kami sangatlah erat sampai hari ini. Kami saling bertukar fikiran tentang tugas yang diberikan pada saat itu.
Sampai akhirnya pelatihan seminar LKLB itupun berakhir. Setelah berakhirnya pelatihan itu, Â maka Bunda Zainab menawarkan saya untuk ikut Belajar Menulis. Dengan bangga saya menerima ajakan beliau. Maka beliau pun mengirim tautan BM 25 kepada saya.Â
Akhirnya saya bergabung, maka berjumpalah dengan guru besar kita Om Docjay, pak ustadz Dail, Pak Brian, Bunda Kanjeng, Bunda Ovi, Bunda Emut, Bunda Lely dan seluruh narasumber dan moderator serta semua peserta yang ada pada BM 25 di tautan itu.
Akhirnya, singkat cerita saya mulai menulis. Saya menulis sebuah perjalan hidup saya dalam buku yang berjudul "Pelangi Senja". Kurator buku ini adalah Bunda Kanjeng. Dengan bantuan Bunda Kanjeng akhirnya sampai pertemuan yang kedua puluh buku itu pun selesai saya tulis.Â
Nah Bunda Kanjeng dengan gesit mencetak kover buku tersebut dan langsung mempromosikannya. Saya pun juga begitu. Alhamdulillah buku itu diminati banyak orang.Â
Dari sini saya mulai dikenal sebagai penulis buku di kalangan sahabat saya yang ada di Kecamatan Kandis. Berita itupun tersiar sampai ke telinga Bapak UPTD pendidikan kecamatan Kandis, Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, Bapak Camat Kandis dan Bapak Bupati Kabupaten Siak. Juga kepada ormas-ormas yang ada di Kecamatan Kandis beserta masyarakat lainnya.
Dari sini akhirnya Alhamdulillah tanpa diduga saya terus mendapatkan dukungan yang luar biasa dari orang-orang hebat yang ada di Kecamatan Kandis. Seperti piagam yang saya dapatkan pada hari ini.
Piagam ini sebenarnya diberikan kepada saya pada upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda yang diadakan di lapangan kantor camat Kandis pada bulan Oktober yang lalu. Namun pada hari itu saya berhalangan hadir. Akhirnya piagam ini baru sampai ketangan saya pada hari ini, melalui Bapak UPTD Pendidikan Kecamatan Kandis.Â
Inilah rahasia ilahi yang tidak pernah saya duga akan datang kepada saya.Â
Akhir kalimat, tak bosan saya aturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada guru besar saya dan kita semua Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd atau yang akrab kita panggil Omjay. Seluruh tim solidnya.Â
Bapak Camat kecamatan Kandis, Bapak UPTD Pendidikan Kecamatan Kandis, Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, Bapak Bupati Kabupaten Siak, serta Bapak Gubernur Provinsi Riau.Â
Teristimewa sekali buat sahabat saya Bunda Zainab yang telah membawa saya kepada hal yang baik ini. Sekali lagi terimakasih banyak Bunda. Alhamdulillah berkat ajakan Bunda Zainab lah saya bisa seperti ini. Semoga yang Mahakuasa membalas semua kebaikan Bunda Zainab dan orang-orang yang telah memampukan saya hingga sampai ketitik ini. Aamiin ya rabbal'alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H