Mohon tunggu...
Elmiano Erong
Elmiano Erong Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa akhir yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pelatihan Digital Marketing dan Inovasi Jamu Kering di UMKM Jamu Bunda di Dusun Wiyu

17 Juli 2024   08:45 Diperbarui: 17 Juli 2024   09:00 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Proses pembuatan jamu dan jamu kering yang  telah dikemas/dokpri

Jamu adalah minuman tradisional Indonesia yang dibuat dari campuran bahan-bahan alami seperti akar, daun, kulit kayu, dan rempah-rempah. Jamu sering digunakan sebagai obat herbal untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit. Minuman ini telah menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi pengobatan masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Definisi ini hampir sama dengan definisi yang dipaparkan oleh Kasnowo, dkk yang menyatakan bahwa Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah dipraktekkan selama berabad-abad di masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit ini biasanya dalam bentuk cair (Kusumo & dkk, 2020). 

Oleh karena minuman ini telah mendarah daging di kehidupan masyarakat Indonesia maka banyak orang yang berminat untuk memproduksi dan memasarkan jamu ini. Sayangnya antara pemasaran dan produksi tidak berbanding lurus di mana besarnya penjualan berbanding terbalik dengan tingkat produksi. 

Hal itu terjadi karena UMKM jamu ini sudah sangat banyak dan telah menyebar luas di masyarakat. Salah satu pihak yang turut terjun ke dunia bisnis jamu ini adalah Bu Aira di dusun Wiyu, Desa Wiyu, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojekerto. Bu Aira dengan dengan label produk Jamu Bunda telah eksis di pasaran berapa tahun belakangan ini.

Selama beberapa tahun ini, jamu Bunda ini tidak luput dari berbagai masalah, seperti jangkauan pasarnya masih kecil yang disebakan oleh tidak banyak yang tahu akan UMKM ini. Padahal berdasarkan testimoni dari pelanggan-pelanggan dari yang bersangkutan, jamunya cukup enak dan layak untuk mendapat perhatian khusus (diproduksi dalam jumlah yang banyak). Munculnya permasalahan ini karena yang bersangkutan belum melakukan pemasaran secara online dan hanya mengharapakan word-of-mouth marketing atau pemasaran dari mulut ke mulut dari hasil testimoni pembeli. 

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, rencananya akan diadakan Pelatihan tentang pemasaran digital untuk produk jamu melalui media sosial. Adapun digital marketing adalah alat, teknik, dan metode yang digunakan untuk mempromosikan produk dan layanan melalui saluran digital seperti mesin pencari, situs web, media sosial, email, dan aplikasi mobile (Ryan, 2016). 

Pelatihan ini penting karena produk jamu mitra saat ini masih kurang dikenal secara luas akibat strategi pemasaran konvensional yang terbatas. Dengan memanfaatkan digital marketing, produk jamu bisa mencapai pasar global tanpa terbatas oleh lokasi geografis. Selain itu, biaya promosi lebih terjangkau dibandingkan metode tradisional seperti iklan cetak atau televisi, dan bisa melakukan targeting yang lebih tepat terhadap audiens berdasarkan demografi dan minat.

Untuk mendukung strategi ini, akan dibuat akun media sosial khusus seperti Instagram untuk membagikan konten visual produk jamu. Selain itu, akan dibuat titik penjualan di Google Maps dan banner promosi untuk memudahkan konsumen menemukan produk. Namun, akan ada tantangan baru terkait keberlanjutan produk karena permintaan yang meningkat, terutama untuk jamu basah atau cair yang memiliki masa kedaluwarsa pendek. 

Untuk mengatasi hal ini, solusinya adalah mengembangkan inovasi produk seperti jamu kering/ bubuk. Jamu bubuk adalah bentuk sediaan jamu yang praktis, dihasilkan dari pengolahan tanaman obat melalui proses pengeringan dan penggilingan hingga menjadi serbuk halus, sehingga mudah digunakan dan disimpan (Nurmalita, 2018). 

Inovasi jamu kering menjadi langkah strategis untuk mengatasi tantangan dalam pemasaran digital produk jamu. Jamu kering, yang telah diproses menjadi bubuk halus setelah dikeringkan, menawarkan berbagai keuntungan yang signifikan. Pertama, jamu kering memiliki masa simpan yang lebih panjang dibandingkan dengan varian basah atau cair, memungkinkan penyimpanan yang lebih mudah dan distribusi yang lebih luas tanpa risiko kerusakan produk. 

Kedua, produk ini praktis dan mudah disajikan---cukup dengan mencampurkan dengan air atau minuman lain sesuai kebutuhan. Selain itu, jamu bubuk memungkinkan variasi rasa dan khasiat yang lebih fleksibel, sesuai dengan preferensi pasar yang beragam. Dengan pengemasan yang efisien, jamu kering juga mengurangi biaya logistik dan memudahkan promosi melalui platform online seperti media sosial dan e-commerce. Ini semua menjadikan inovasi jamu kering sebagai solusi yang tepat untuk meningkatkan daya saing produk jamu di pasar digital saat ini.

Rancangan yang telah diatur ini, berhasil diimplementasikan oleh pelaksana di lokasi penjulan dari UMKM ini.  berkaitan dengan pelaksanan ini, terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan oleh pelaksana, yakni:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun