Bencana angin merupakan salah satu bencana alam yang dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang sering dilanda angin kencang. Polewali Mandar adalah salah satu daerah di Indonesia yang pernah mengalami bencana angin yang cukup parah, yang menyebabkan kerusakan bangunan, kehilangan nyawa, dan luka-luka pada masyarakat setempat.
Dalam konteks ini, analisis framing teks terhadap bencana angin di Polewali Mandar menjadi penting untuk dilakukan. Framing teks adalah proses pengaturan dan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari suatu peristiwa atau isu dalam pemberitaan media. Oleh karena itu, analisis framing teks dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana media melaporkan bencana angin di Polewali Mandar.
Analisis framing teks dapat membantu mengungkapkan perspektif dan nilai-nilai yang mendasari pemberitaan media tentang bencana angin tersebut. Dengan demikian, analisis framing teks dapat memberikan pemahaman yang lebih kritis terhadap peran media dalam.
Pemberitaan isu bencana angin di Polewali Mandar dapat dilihat dari sudut pandang framing teks yang digunakan dalam pemberitaan tersebut. Framing teks merupakan cara pandang atau sudut pandang yang digunakan oleh media untuk memberikan gambaran terhadap suatu peristiwa atau isu tertentu kepada publik.
Salah satu framing teks yang digunakan dalam pemberitaan tentang bencana angin di Polewali Mandar adalah framing teks kerugian. Framing teks ini memfokuskan pada dampak kerugian yang ditimbulkan oleh bencana angin tersebut, seperti kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerugian materiil. Hal ini tercermin dalam judul-judul pemberitaan yang menekankan kerugian, seperti "Ribuan Rumah Rusak Parah Akibat Angin Kencang di Polewali Mandar" atau "Angin Kencang di Polewali Mandar, 5 Orang Tewas dan Ribuan Rumah Rusak". Dengan menggunakan framing teks kerugian, media berusaha untuk menggambarkan betapa parahnya dampak bencana angin tersebut.
Selain framing teks kerugian, media juga menggunakan framing teks kemanusiaan. Framing teks ini menekankan pada dampak yang dialami oleh manusia akibat bencana angin, seperti korban jiwa, kehilangan harta benda, dan trauma. Hal ini tercermin dalam narasi pemberitaan yang lebih banyak membahas kondisi manusia yang terdampak bencana, seperti "Korban Angin Kencang di Polewali Mandar Butuh Bantuan Medis dan Sembako" atau "Ribuan Warga Polewali Mandar Terdampak Angin Kencang, Pemerintah Siapkan Bantuan". Dengan menggunakan framing teks kemanusiaan, media berusaha untuk menggambarkan betapa besarnya dampak bencana angin tersebut terhadap kehidupan manusia.
Selain itu, media juga menggunakan framing teks penyebab. Framing teks ini menekankan pada faktor penyebab terjadinya bencana angin, seperti perubahan iklim atau kelalaian manusia dalam menjaga lingkungan. Hal ini tercermin dalam judul-judul pemberitaan yang menekankan faktor penyebab, seperti "Perubahan Iklim Picu Angin Kencang di Polewali Mandar" atau "Polewali Mandar, Kisah Kelalaian Manusia yang Berbuah Bencana Angin". Dengan menggunakan framing teks penyebab, media berusaha untuk memberikan gambaran tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tidak terjadi bencana serupa di masa depan.
Dalam keseluruhan pemberitaan mengenai bencana angin di Polewali Mandar, framing teks yang digunakan oleh media dapat memberikan pengaruh terhadap persepsi dan respons masyarakat terhadap isu tersebut. Oleh karena itu, media perlu memperhatikan framing teks yang digunakan dan berusaha memberikan informasi yang akurat dan seimbang agar dapat membantu masyarakat memahami isu tersebut dengan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H