Broken home adalah suatu keadaan dimana tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga, yang dimana kurangnya kasih sayang dan cinta di dalam rumah tersebut sehingga membuat terjadinya keributan hingga adany KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).Â
Dalam kasus ini, sang anaklah yaang menjadi imbasnya. Banyak sekali anak-anak yang mulai dari usia remaja hingga usia dewasa mencari pelarian terbaik menurut mereka, contohnya pergi keluar rumah untuk mencari ketenangan, berkumpul bersama teman-teman untuk mencari kebahagiaan, mencari dan menemukan kekasih dengan harapan merasa dicintai bahkan tidak sedikit pula anak-anak mencari pelarian ke arah jalan yang salah.
Tidak sedikit pula orang-orang diluar sana beranggapan bahwa jika seorang anak terlahir dari keluarga broken home, maka kelak kehidupan untuk kedepannya juga ikut hancur. Statements seperti itu adalah salah besar, karena anak-anak broken home itu kuat. Alasannya adalah mereka telah didewasakan oleh keadaan, dituntut agar selalu tegar dan mereka juga telah mendapatkan pengalaman yang berharga dalam kehidupan mereka.
Sebagian besar orang-orang beranggapan bahwa anak-anak dapat dikatakan sebagain seorang broken home ketika orangtua mereka cerai. Namun, dibalik itu ada faktor dan penyebab lain yang dapat dikatakan bahwa seorang anak terlahir dan hidup sebagai broken home, diantaranya adalah :
1. Kurangnya bahkan tidak adanya kedekatan antara anak dan orangtua sehingga si anak menganggap bahwa kehadirannya tidak berharga di mata kedua orangtuanya.
2. Kurangnya apresiasi, pujian dan dukungan dari orangtua kepada sang anak.
3. Orangtua yang tidak memiliki waktu luang untuk sang anak sehingga menimbulkan sang anak akan menjadi seorang yang memliki karakter penutup, pemurung dan merasa tidak berharga.
4. Orangtua yang selalu menuntut sang anak untuk terlihat sempurna dan tidak bisa mentolerin kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri si anak.
5. Orangtua yang melakukan kekerasan fisik terhadap anak, seperti memukul, menampar, dan kekerasan fisik lainnya yang menimbulkan rasa trauma yang dalam pada kehidupan mereka.
6. Orangtua yang selalu menyumpah dengan perkataan buruk kepada anak dan membentak si anak.
7. Orangtua yang tidak mau mendengarkan keluh kesah si anak, menggangap bahwa cerita si anak tidak begitu penting.
8. Orangtua yang selalu ribut di dalam rumah.
Selain itu, perasaan-perasaan yang dirasakan oleh anak-anak broken home diantaranya adalah :
1. Selalu merasa kesepian, walaupun sudah memiliki dan menyibukkan diri dengan melakukan aktivitas-aktivitas tetap saja anak-anak broken home merasakan kesepian.
2. Sensitif. Karena mereka terbiasa dengan keadaan di dalam rumah.
3. Rapuh, karena tidak danya sumber kebahagiaan yang di dapatkan dalam rumah.
4. Memiliki perasaan yang penyayang. Karena mereka tahu dan paham bagaimana diperlakukan dengan cara yang tidak baik.
5. Sulit meluapkan emosi. Karena anak-anak broken home begitu takut untuk meluapkan emosinya.
6. Begitu berati-hati dalam memilih teman atau sahabat. Karena bagi anak-anak broken home mereka akan lebih selektif dalam memilih teman atau sahabat, karena mereka tidak ingin disakiti lagi oleh lingkungan.
7. Ingin mendapatkan perhatian dari orang yang mereka sayang dan dipercaya.
Diatas adalah faktor dan penyebab dari broken home, pesan untuk para orangtua agar bisa menjadi partner terbaik di dalam kehidupan si anak, sehingga si anak bisa merasakan ketenangan, merasa dihargai, dan merasa dicintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H