adalah kali kedua gerimis di bulan april
ketika aku menjejak kaki di kotamu
bau tanah melesak sesak di dadaÂ
dan aku tersesat dalam gerimis
semesatinya hujan adalah pertanda kehidupan tumbuh di tanah tandusÂ
tapi di tanah kotamu aku telah mati
telah kubangun juga pusaraku di tugu kota
namun di sudut-sudut kota kisah kita masih disenandungkan angin
tak seharusnya tembok-tembok kota menulis cerita kita
agar tak kubaca lagi kenangan dalam gerimis
dan sudah semestinya kuruntuhkan tugu kota
tapi tanganku masih menyulam sketsa wajahmu di sudut mata
ini adalah kali ketiga gerimis di bulan april
ketika aku kembali datang ke kotamu
ada yang berbeda kurasakan
tak kulihat lagi namamu tertulis di tembok kota
mungkin hujan pertama di awal september telah melunturkannya
tak kutemukan lagi wajahmu di atas pasir pantai
mungkin ombak telah menghapusnya
juga tak kucium aroma tubuhmu yang dulu pernah disimpan dedaunan pepohonan kota
mungkin angin telah membawanya pergi
kenangan dalam gerimis di bulan april
adalah luka bernanah yang pernah membunuhku
elmariachi
22 september 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H