Mohon tunggu...
Kholisatun Nurul Elma
Kholisatun Nurul Elma Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay positive, but not in covid

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 21107030053

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bahaya dari Gaya Hidup Minimalis, Memang Ada?

18 Maret 2022   19:29 Diperbarui: 18 April 2022   19:50 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Decluttering (Sumber : rumah123.com)

            Hai para minimalist, sudah berapa lama nih kalian menjalani minimalist lifestyle? Satu tahun, dua tahun atau bahkan lebih dari lima tahun? Banyak sekali bukan manfaat dari gaya hidup minimalis yang kita dapat. Mulai dari lebih sehat secara finansial, lebih hemat waktu dan energi, mengurangi stres, menambah space untuk hal penting, bahkan baik untuk lingkungan dan masih banyak manfaat lainnya. Banyak sekali manfaat dan keuntungan yang kita dapat selama menjalani gaya hidup minimalis, apalagi buat kamu yang sudah menerapkan gaya hidup minimalis ini sejak lama daripada mereka yang baru memulainya. Namun tahukah kamu bahwa bukan hanya manfaat yang kita dapat dari gaya hidup minimalis. Ada juga nih yang namanya "Toxic side of minimalism" atau bahaya dari hidup minimalis. Jadi jangan hanya melihat sesuatu dari sisi positifnya saja ya, kita juga harus melihat sisi lainnya yaitu sisi negatifnya. Artikel ini sangat berguna buat kamu supaya memiliki mindset yang benar terhadap minimalist lifestyle. 

            So, apa aja sih bahaya yang terjadi saat menjalani minimalist lifestyle? Mengutip dari youtube channel Kak Devi Melissa, ada beberapa bahaya minimalism yang harus kita ketahui antara lain :

Aesthetic vibes

Saat ini orang-orang suka bingung dalam membedakan antara minimalist lifstyle dengan aesthetic minimalism. Banyak orang yang mungkin pernah berada di tahap dimana mereka berpikir bahwa kita ingin memiliki rumah yang minimalis, itu yang ada di otak atau pikiran kita. Padahal sebenarnya yang kita inginkan adalah aesthetic minimalism. Maksudnya bagaimana? Jadi jika kalian sekarang searching di internet banyak sekali yang akan muncul tentang aesthetic minimalism, terutama dari segi desain. Terkadang, ada seseorang yang sampai berada di tahap pusing dan stres memikirkan keestetikan rumahnya. Banyak dari merka yang bertanya-tanya, kenapa rumah nya tidak estetik? Kenapa furniturnya besar-besar? Kenapa furniturnya tidak terlihat seperti furnitur minimalis? Kenapa dekorasinya tidak terlihat seperti dekorasi milik orang lain di instagram? Bahkan berpikiran tentang baju-baju yang kita pakai kenapa tidak sesuai dengan trend minimalis? Saat kita terlalu pusing akan hal tersebut, kita jadi lupa bahwa minimalism buka soal estetik, tapi juga bukan berarti aesthetic minimalism itu salah. Dan seharusnya pikiran kita lebih terarah kepada minimalist lifestyle. Dengan mengingat tujuan kita yaitu tentang minimalist lifestyle itu akan menyadarkan diri kita untuk mengatakan tidak terhadap sesuatu yang menganggu pikiran kita tentang minimalist lifestyle yang sesungguhnya. Sebenarnya ini tidak berarti benar atau salah, tapi yang paling penting adalah dari mindset, apalagi untuk kamu yang lebih ke arah minimalist lifestyle. Jadi bukan mengutamakan keestetikannya. Apabila mindset kita sudah berubah menjadi mindset minimalis, maka estetik atau tidak estetik tidak akan menjadi prioritas utama.

Over decluttering

Over decluttering biasanya sering terjadi pada kita yang baru saja mengenal minimalism. Sebenarnya itu adalah hal yang normal yang terjadi pada manusia, karena biasanya saat kita melakukan sesuatu yang baru kita cenderung memiliki semangat yang menggebu-ngebu. Ada saatnya kita ingin melakukan decluttering satu rumah secara langsung atau misalnya men-decluttering semua lemari kita secara langsung. Semua ingin kita decluttering secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya. Inilah yang akan menjadi problem nantinya karena biasanya setelah kita melakukan decluttering ternyata kita baru sadar bahwa kita masih mau dan masih butuh barang yang kita decluttering tersebut. So, ini adalah masalah yang akan kita hadapi kurang lebih satu sampai dua tahun setelah kita menjalani gaya hidup minimalis. Apalagi biasanya gaya hidup minimalis sekarang ini dikaitkan dengan eco friendly living atau zero waste lifestyle. Dimana biasanya orang-orang sekarang yang mengadopsi gaya hidup minimalis mereka  juga berubah ke eco friendly living. Biasanya itu akan membuat mereka declutter barang-barang di rumah mereka dan mengganti dengan barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Kembali lagi bahwa sebenarnya itu bukan sesuatu yang 100% salah, tapi apakah kamu yakin jika kamu akan benar-benar cocok dengan eco friendly living? Kalau ternyata tidak cocok lalu bagaimana? Padahal barang-barang nya sudah kita declutter, ahirnya kita perlu membeli barang-barang yang baru. Seharusnya kita bisa lebih mainful lagi dan jangan terlalu tergesa-gesa kalau misalnya kita baru memulai decluttering. Kita harus men-decluttering dengan lebih objektif supaya kita tidak salah dalam mengambil keputusan dan tidak membuang-buang barang.

Reckelss decluttering

Reckless decluttering artinya adalah decluttering yang tidak bertanggungjawab. Karena kita terlalu menggebu-nggebu, terlalu semangat, dan hanya memikirkan tentang decluttering ahirnya kita tidak memikirkan apa sih yang sebenarnya terjadi dengan barang-barang yang kita declutter. Kita hanya berpikir bahwa urusan kita selesai saat barang kita berikan atau donasikan kepada orang lain. Kalau misalnya kita mendonasikan kepada orang/ organisasi yang tepat pasti tidak akan jadi masalah. Tapi kebanyakan dari kita mungkin karena terlalu semangat karena baru menjalani gaya hidup minimalis, yang penting barang-barang ini keluar dari rumah kita terserah selanjutnya mau kemana. Padahal saat kita mengaku bahwa diri kita adalah seorang minimalism seharusnya kita peduli kemana barang-barang itu pergi. Jangan-jangan barang yang kita donasikan atau kita buang malah jadi sumber sampah dan berakhir buruk untuk lingkungan. Kalau kita bilang kita orang yang sustainable kita fokusnya bukan decluttering tapi kita lebih berpikir gimana caranya supaya barang ini tetap bisa kita pakai, gimana caranya supaya barang ini bisa dipakai untuk fungsi yang lain mungkin. Jadi fokusnya bukan hanya mengeluarkan barang dari rumah kita. Yang disampaikan disini adalah bukannya kita tidak boleh decluttering, boleh banget asalkan sasarannya tepat. Tapi kalau misalnya kita bilang kalau diri kita adalah orang yang sutainable dan kita declutter secara mainful dan bijaksana, yang jadi fokus kita adalah repurpose. 

            Setelah mengetahui beberapa bahaya dari hidup minimalis, mindset kita tentang minimalist lifestyle akan berubah. Kita juga akan lebih mudah dalam membedakan mana yang positif dan yang negatif terhadap apa yang kita jalani pada gaya hidup minimalis.

Referensi

https://youtu.be/TZjDBtFjRxl

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun