Mohon tunggu...
Hani Elmahida
Hani Elmahida Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Education, psychology, and writing enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dari Perspektif "Ibu" - Anak adalah alasan bertahan

31 Desember 2024   07:32 Diperbarui: 31 Desember 2024   07:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasca kegiatan diskusi Perpustakaan Manusia oleh menjadimanusia

Menikah di usia 21 tahun tidak membuat “S” memiliki kesiapan yang cukup untuk menjadi seorang Ibu. Hal ini disebabkan karena ia merupakan satu dari banyak orang dengan latar belakang Married by Accident. Hidup dengan membawa aib, membuat “S” memilih pindah rumah untuk menjaga anak-anak dari perundungan tetangga atas masa lalunya teraebut. Ia sadar betul bahwa cara yang ia memulai adalah salah, sehingga dalam perjalanan rumah tangga tersebut, “S” banyak menemui kerikil-kerikil yang hingga saat ini berhasil dilalui dengan bekal lapang dada serta alasan bertahan karena anak.

“S” memiliki empat orang anak yang ia berharap semua anaknya tidak ada yang mengulangi kesalahan seperti Ibunya dahulu.

4. Dari perspektif Ibu tunggal

Suami problematik bukan hanya sekadar di televisi. “T” adalah seorang Ibu tunggal dengan baby new born yang baru saja memutuskan untuk cerai dengan pasangannya.

Keluarga mantan pasangannya adalah penganut patriarki. Ditambah lagi, si laki-laki ini selingkuh, pengguna narkoba, dan pernah dipenjara. Agaknya hal tersebut sudah sangat fatal untuk ditoleransi.

“T” adalah representasi dari tren “married is scary” Bukan tanpa perkenalan, bahkan “T” sempat berpacaran lama dengan mantan suaminya. Pada kenyataannya, selama apapun hubungan itu, akan tetap ada hal baru yang mengejutkan disetiap harinya dalam kehidupan setelah menikah.

Pasca berpisah, “T” memutuskan untuk menjadi perempuan sekaligus Ibu yang berdaya untuk anaknya. Karena ia yakin bahwa anak adalah titipan yang sudah sepaket dengan rezekinya.

5. Dari perspektif wanita karir yang berakhir menjadi Ibu rumah tangga

Memutuskan untuk menikah saat berada di puncak karir dialami oleh “N” yang kini harus menjalani long distance married karena dinas luar kota sang suami. “N” adalah ibu muda berusia 25 tahun yang dulunya seorang general manager dan kini menjadi full time Ibu rumah tangga. Banyak perubahan yang tak terduga dalam kesehariannya mendidik anak seorang diri. Saat sedang hamil pun, “N” tidak didampingi peran sang suami atau keluarga. Sebuah perjalanan yang berat dalam proses menjadi seorang Ibu tetap ia jalani dengan profesional karena kesadarannya yang amat tinggi bahwah anak adalah anugerah untuk dijaga.

Banyak sekali Ibu dengan ragam cerita dalam perjalanannya bersama anak. Tidak menutup kemungkinan pula untuk keduanya saling belajar satu sama lain. Jika Ibu adalah kata kerja, maka itu adalah pekerjaan yang paling mulia. Tidak peduli sebagaimana seorang anak, akan tetap menjadi permata untuk sang Ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun