Mohon tunggu...
Ellyta Lufihasna Wakhanda
Ellyta Lufihasna Wakhanda Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger | Full time mom | Magister Pendidikan

Sedang belajar menulis secara konsisten :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Gentrifikasi dan Fenomena Perubahannya

17 September 2023   12:11 Diperbarui: 17 September 2023   12:27 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkotaan | sumber gambar: pexels.com

Gentrifikasi pada dasarnya merupakan perubahan kondisi demografi dan sosio spasial kawasan perkotaan. Definisi  gentrifikasi sendiri  pada  dasarnya  masih  dalam  perdebatan,  terutama  dalam  konteks pembangunan urban. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gentrifikasi diartikan sebagai imigrasi penduduk kelas ekonomi menengah ke wilayah kota yang buruk keadaannya atau baru saja diperbaiki dan dipermodern.

Gentrifikasi berasal dari Bahasa Inggris Gentrification yang berasal dari Bahasa Perancis kuno yaitu genterise yang berarti kaum gentlemen atau bangsawan. Gentrifikasi berarti suatu perubahan sosial budaya pada suatu wilayah penduduk, dimana yang awalnya merupakan wilayah penduduk berpenghasilan rendah kemudian mulai dipadati penduduk berpenghasilan tinggi.

Ketika orang dari kaum berpendapatan tinggi beramai-ramai membangun rumah atau perumahan di daerah orang perpendapatan rendah, maka prospek daerah tersebut akan meningkat dan menjadi berkembang, menarik para investor, dan mulai akan dengan ramai fasilitas-fasilitas modern seperti mall, tempat-tempat hiburan, hotel, apartemen, layanan kesehatan, bahkan layanan pendidikan.

Gentrifikasi sendiri pada dasarnya ialah fenomena yang bersifat sistemik. Proses ini tercipta ketika  suatu  kawasan  tengah  kota  diokupasi  oleh  kelas menengah-atas  dan  akumulasi  kapital. 

Bentuk  okupasi ini  yang  kemudian ditekankan  sebagai dampak  yang  telah terpola  dalam suatu sistem  pertumbuhan kawasan  urban.  Bentuk sistem  ini mewujud nyata  ketika aliran  akumulasi kapital yang masuk di suatu kawasan mendorong pada kebijakan pembangunan yang berdasarkan kepentingan kapital. 

Identifikasi  gentrifikasi  sebagai  masalah  yang  bersifat sistem semakin nyata dalam keterlibatan kelompok masyarakat yang lintas kelas, aktor pemerintah, serta pelaku pasar  yang turut melanggengkan proses gentrifikasi. Sebelumnya  perlu  diketahui  bahwa  dalam  mendalami gentrifikasi  sebagai  masalah  sosial tidaklah  dapat dilihat  menggunakan tata  ukuran tertentu.

Gentrifikasi sendiri sebenarnya berdampak positif dan negatif. Secara  positif  gentrifikasi  dibutuhkan  dalam  upaya  merevitalisasi  dan  perbaikan  kondisi perkotaan. 

Kondisi wilayah yang pada awalnya merupakan kawasan yang tidak sehat dan terkhususnya tidak ramah secara lingkungan, dapat mengalami perbaikan kualitas dengan  melalui  proses  gentrifikasi.  Namun  pada  sisi  lain,  gentrifikasi  menjadi  penyebab  dari munculnya jurang  ketimpangan dan permasalahan  terkait keadilan sosial. 

Pemusatan  pembangunan  pada  kebutuhan  kelompok  kelas  menengah  menjadikan  kian tersingkirkannya  keberadaan  kelompok  marjinal  dan  membawa masalah  ketidakadilan  dalam pembentukan ruang kota itu sendiri.

Dampak negatif terjadi ketika daerah yang tergentrifikasi kehilangan banyak penduduk aslinya dan tidak memiliki kegiatan perkotaan sebagaimana mestinya. Para penduduk asal yang tergolong miskin akan merasa terusir karena harga-harga tanah akan meningkat dan biaya hidup juga akan meningkat, maka bagi mereka yang tidak dapat mengambil keuntungan dari kemajuan daerah tersebut akan tersingkir.

Gentrifikasi terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi

Menurut Atkinson (2002), gentrifikasi merupakan suatu proses yang mendukung upaya revitalisasi dan perbaikan kawasan perkotaan. Gentrifikasi oleh sebagian orang dianggap sebagai pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi.

Dilansir dari laman money.howstuffworks.com dengan adanya revitalisasi sebuah kawasan perkotaan, tentu akan meningkatkan ketertarikan untuk berinvestasi bagi para investor. 

Hal tersebut berpotensi meningkatkan kondisi ekonomi darah gentrifikasi ke arah yang lebih baik. Selain itu dengan meningkatnya perputaran uang di kawasan yang terkena gentrifikasi melalui revitalisasi kota, banyak aspek kehidupan bermasyarakat yang berpotensi terkena dampak positif. 

Berikut dampak positif gentrifikasi di suatu kawasan yang dipandang kumuh:

  • Bangunan dan ruang hijau yang direnovasi akan menambah keindahan dan nilai estetis suatu kawasan;
  • Banyaknya peluang kerja baru yang tersedia setelah meningkatnya konstruksi pembangunan pusat perbelanjaan dan perkantoran;
  • Menurunnya tingkat kriminal pada suatu kawasan karena menjadi sebuah kawasan yang lebih ramai;
  • Kualitas lingkungan yang lebih baik juga lebih bersih dapat dinikmati oleh masyarakat yang sudah ada melalui kehadiran dari masyarakat kelas menengah. 

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian dari University of Colorado, University of Pittsburgh dan Duke University pada tahun 2008 yang meneliti tentang pendapatan total pada kawasan yang tergentrifikasi pada rentang waktu tertentu. 

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kelompok masyarakat yang paling tinggi peningkatan pendapatannya adalah masyarakat kelas bawah dengan jenjang pendidikan minimal SMA. Hal tersebut menjadi salah satu contoh bahwa fenomena gentrifikasi tidak selamanya memarjinalkan masyarakat kelas bawah. 

Gentrifikasi terhadap Kesehatan Masyarakat

Ketika harga perumahan meningkat di lingkungan yang mengalami gentrifikasi, beberapa keluarga berpenghasilan rendah mungkin terpaksa mengungsi ataupun pindah rumah, dan tuan tanah yang beroperasi di lingkungan yang mengalami gentrifikasi dapat mengusir penduduknya dengan membersihkan bangunan atau melakukan berbagai taktik untuk mendorong penduduk miskin agar pindah dan memilih penduduk yang berpenghasilan lebih tinggi untuk menempati lingkungan tersebut. 

Bagi masyarakat berpendapatan rendah yang tetap bertahan berada di lingkungan yang mengalami gentrifikasi, mereka mengamati perpindahan tetangga, keluarga, atau teman bersama rasa was-was mereka terhadap kemungkinan perampasan hak milik dapat menimbulkan beban psikososial. 

Beban tersebut akhirnya yang bertindak sebagai faktor risiko terhadap berbagai dampak kesehatan. Belum lagi dengan kenaikan harga perumahan tentu juga berimbas kepada kemampuan rumah tangga dalam memperoleh  pengobatan, layanan kesehatan, transportasi, makanan sehat, dan aktivitas rekreasi. Jadi, dampak kesehatan yang muncul akibat gentrifikasi di sini bermula pada masalah kesehatan psikologis.

Dikutip dari cdc.gov, mengenai efek buruk gentrifikasi terhadap kesehatan di mana orang tinggal, bekerja, dan bermain. Beberapa faktor menciptakan disparitas (perbedaan) dalam kesehatan komunitas. Contohnya termasuk status sosial ekonomi, penggunaan lahan/lingkungan binaan, ras/etnis, dan ketidakadilan lingkungan. 

Selain itu, pengungsian memiliki banyak implikasi kesehatan yang berkontribusi pada disparitas di antara populasi khusus, termasuk orang miskin, perempuan, anak-anak, orang tua, dan anggota kelompok ras/etnis minoritas.

Populasi khusus ini berisiko tinggi mengalami konsekuensi negatif gentrifikasi. Studi menunjukkan bahwa populasi yang rentan biasanya memiliki harapan hidup yang lebih pendek; tingkat kanker yang lebih tinggi; lebih banyak cacat lahir; kematian bayi yang lebih besar; dan insiden asma, diabetes, dan penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi. Dengan adanya gentrifikasi tentunya akan muncul berbagai layanan kesehatan yang lebih beragam.

Fenomena gentrifikasi yang marak terjadi di perkotaansebenarnya sudah layak mendapatkan perhatian oleh seorang perencana, dan tidak bisa hanya mengintervensi lewat cara tradisional. 

Hal tersebut dikarenakan kasus gentrifikasi pada setiap kawasan akan memiliki cerita yang berbeda-beda yang disebabkan oleh proses gentrifikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon masyarakat terdampak. Sementara, tentunya karakter masyarakat pada setiap kawasan tentunya akan berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun