Mohon tunggu...
Ellyta Lufihasna Wakhanda
Ellyta Lufihasna Wakhanda Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger | Full time mom | Magister Pendidikan

Sedang belajar menulis secara konsisten :)

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

PayLater, Beli Aja Dulu Bayarnya Nanti: Antara Terjebak Promo atau FoMO Ya?

13 September 2023   10:39 Diperbarui: 15 September 2023   02:49 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi paylater, belanja dulu bayarnya nanti. Sumber: Shutterstock via kompas.com

Perasaan takut ketinggalan promosi inilah disebut dengan pemasaran FoMO. Takut barangnya habis atau harganya berubah jadi lebih mahal jika menunggu punya uang atau menunggu gajian.

Foto ilustrasi wanita berbelanja oleh: Andrea Piacquadio | pexels.com
Foto ilustrasi wanita berbelanja oleh: Andrea Piacquadio | pexels.com

FoMO menjadi sebuah fenomena psikologis yang dimanfaatkan sebagai strategi marketing. Fear of Missing Out (FoMO), menggambarkan rasa takut kehilangan kesempatan untuk mengalami suatu kegiatan atau memiliki sesuatu yang dikira penting bagi individu. Dalam e-commerce, FoMO digunakan secara aktif karena urgensi dan prospek kehilangan sesuatu memiliki dampak besar dalam keputusan seseorang membeli atau menggunakan suatu produk. 

Konsumen yang FoMO, biasanya memiliki kesulitan dalam menunggu atau menunda membeli suatu produk. Meskipun belum memiliki uang, jika bisa beli sekarang bayar nanti,  kenapa tidak? Sebenarnya ini bukan soal nominal ataupun kesanggupan untuk membayarnya nanti ketika gajian dan punya uang. 

Tapi menggunakan PayLater dengan pola kebiasaan FoMO "mumpung ada promo" itu tandanya sedang membangun kebiasaan membeli sesuatu tanpa harus punya uangnya dulu dan terbiasa dengan sesuatu yang serba instan. Sikap seperti ini, nantinya akan membawa diri pada perasaan sulit jika dihadapkan dengan kenyataan bahwa tidak semua hal bisa kita dapatkan dengan segera. Lama kelamaan, hal ini bisa membuat seseorang menjadi konsumtif dan beresiko terlilit hutang yang semakin besar hingga merugikan diri sendiri maupun orang terdekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun