Kita tidak hidup untuk kita saja dan saat ini saja. Kita juga harus melihat bagaimana dunia kita, lingkungan  di masa mendatang. Apakah masih dapat dinikmati dengan baik dan aman oleh generasi mendatang.Â
Ya, kita telah memasuki era Agenda Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) sejak dekade lalu dan  saat ini dilanjutkan dengan Agenda  Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Develpoment Goals). Tentunya, masih banyak hal harus kita kembangkan.Â
Indonesia Menuju Pariwisata BerkelanjutanÂ
Tau Bhutan? Â Ya, Bhutan adalah salah satu negara kecil di Asia Selatan, terletak diantara India dan China, yang sangat menjaga indeks kebahagiaan penduduknya dan sangat menjaga lingkungannya. Bhutan adalah negara yang dulu kekeuh, menolak pariwisata demi menjaga kelestarian lingkungan tepatmya hutannya.
Ya itu hak mereka, secara pribadi saya salut dengan hal tersebut. Tetapi Kita bukan Bhutan. Kita memiliki sumberdaya alam melimpah dengan kekayaan alam bervariasi, sekaligus Sumberdaya masyarakat yang dengan semua dampak sosial yang melekat padanya. Tentunya ada yang harus kita lihat lebih jauh. Bagaimana pembangunan dikejar juga sambil menjaga kelestarian lingkungannya, hal yang kita sebut pembangunan berkelanjutan.
Saat ini Pemerintah Pusat sedang menyusun Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045 yang sedang proses pembahasan untuk ditetapkan menjadi Undang-Undang. Kita sedang menuju agenda Indonesia Emas 2045. Didalamnya ada 4 (empat) Pilar Pembangunan, salah satunya adalah Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. Di dalamnya ada pembangunan Industri dan Pariwisata.
Berdasarkan data BPS Indonesia, sampai dengan Triwulan III perjalanan Wisatawan Nusantara mencapai 192,52 perjalanan atau meningkat 13,36 % dibandingkan Tahun 2022. Ya, wajar peningkatan hanya kisaran belasan persen mengingat sektor pariwitasa kita sedang pemulihan dan bangkit dari dampak Covid-19. Â Sementara itu hasil survey Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif yang melibatkan 84 pakar telah memberikan hasil bahwa Pariwisata Berkelanjutan diprediksi akan menjadi tren Pariwisata Indonesia di masa mendatang.Â
Bagi saya pribadi, ini memang pilihan yang paling masuk akal untuk menjaga lingkungan kita. Tidak sekadar  aman, memberdayakan masyarakat,  ramah lingkungan, menjaga sustainablelitynya bagi generasi mendatang. Bagaimana caranya, mudahkan? ini pertanyaan selanjutnya.Â
Tidak bisa tidak. Meski tidak mudah, kita harus memulai dari masyarakat. Kenapa ? sebab masyarakat adalah pelaku utama dari sektor pariwisata itu sendiri. Tidak saja sebagai penggagas pengembangan destinasi wisata baru, yang akan menikmati (user) pariwisata tersebut juga masyarakat.Â
Jika mengenalkan Pariwisata Berkelanjutan dengan banyak istilah asing itu sulit, kita coba dengan hal sederhana. Pariwisata Berkelanjutan itu adalah pariwisata yang memberdayakan masyarakat, aman, nyaman, sehat dan lestari. Supaya dapat menghidupi maka pawiwisata itu juga harus menguntungkan. Slogan ini yang harus terus kita dengungkan ke masyarakat. Â
Pada Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan disebutkan bahwa Pariwisata Berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan. Bisa kita lihat definisi tersebut tidak beda dengan pengertian sederhana Pariwisata Berkelanjutan yang sudah saya sebut sebelumnya.Â
Sumberdaya Manusia (masyarakat) adalah salah satu aspek penting pembangunan pariwisata berkelanjutan, selain aspek pemasaran, destinasi, iptek, keterkaitan lintas sektor dan lain sebagainya. Pemerintah melakukan perannya melalui kebijakan dan strategi pembangunan berkelanjutan yang didalamnya ada pembangunan infrastruktur, pendampingan masyarakat pelaku pembangunan pariwisata dan lain sebagainya. Kita sebagai masyarakat, penikmat pariwista, ya kita punya peran yang tidak kalah penting.Â
Jika masyakat adalah aspek penting, maka apa yang bisa kita lakukan sebagai masyakarat pada Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan? Pertanyaan ini selalu terngiang di kepala saya. Lama saya renungkan. Saya cari jawabannya saat saya sedang melakukan perjalanan wisata ke pantai atau puncak bukit ketika mencari semburat matahari pagi dan senja yang disebut orang sunrise dan sunset itu.Â
Perjalanan yang saya sebut Soul Journey. Perjalanan yang gak sekadar jalan/traveling tapi hasilnya cuma capek, foto-foto narsis, kantong jebol, pulang-pulang malah gak semangat. Ah bukan itu. Jadikan traveling kita lebih bermakna baik bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Â
Ya, kita sebagai masyarakat justru kitalah inti dan tujuan pembangunan. Banyak hal yang bisa kita lakukan Pada pariwisata berkelanjutan.  Cukup  lama  saya merenungkan ini, hampir di setiap even liburan saya. Berikut ini adalah 3 Hal Sederhana tapi berdampak besar yang bisa kita lakukan pada Pariwisata Berkelanjutan, khususnya dalam menjaga Lingkungan dari Limbah domestik.Â
3 (Tiga) Cara Sederhana Tapi Berdampak Besar Yang bisa dilakukan Traveler  dalam Menjaga Lingkungan Dari Limbah Domestik
1. Biasakan  Bawa Air Minum Sendiri dan Jaga kebersihan dan Kelestarian lingkungan Saat Traveling
Saat traveling saya biasa membawa tumbler yang berisi air minum. Kita tau bahwa kebutuhan asupan air minum manusia sehari penuh adalah 2-3 liter tergantung berat badan.Â
Saat traveling, bisanya kita perlu sekitar 1-2 liter air minum. Maka bawalah tumbler berisi air minum, masukan dalam tas atau ransel anda. Ketika habis bisa disisi ulang. Jika anda rutin melakukan ini maka anda sudah mengurangi penumpukan sampah botol plastik bekas botol kemasan air mineral.Â
Jika anda pergi bersama 2-3 anggota keluarga, biasakan setiap anggota keluarga membawa tumblernya sendiri, bayangkan berapa penghematan limbah botol plastik yang sudah kalian kurangi.Â
Jangan buang sampah sembarangan, ini mutlak harus dilakukan. Jika perlu bawa kantong disposal sementara untuk memgumpulkan sampah yang anda buat, begitu ketemu kotak sampah baru anda pindahkan kesana.Â
Kalau kebetulan kotak sampah sudah dibedakan sampah organik dan anorganik, maka patuhi itu. Ketika saya ke Kawasan Dieng, jalur ke Puncak Sikunir begitu rapi. Ada kotak sampah yang membedakan sampah organik dan anorganik yang membuat saya salut. Kalau ke kawasan seperti ini, dipatuhi ya.Â
Jangan merusak lingkungan. Jangan ikut-ikutan buang sampah ke laut, sungai atau kali dimana anda sedang berada. Jangan merusak tanaman yang ada. Jangan juga merokok sembarangan, apalagi buang puntung rokok sembarangan, bahaya. Ini adalah bentuk-bentuk sederhana ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.Â
2. Â Hargai kearifan/Budaya lokal dan Pangan Lokal di Lokasi Wisata
Sedapat mungkin hindari makanan instan, minuman kemasan.  Masa jauh-jauh traveling yang dimakan mie instan juga,  waduh, dikurangilah itu. Atau minum minuman kemasan  yang biasa anda minum di rumah, tempat kerja, ah gak aseek. Â
Belilah makanan lokal yang ada. Entah Pecel, Mie Ongklok , sate lokal dan makanan  dan minuman khas setempat yang ada. Pecel Pincuk yang dibungkus daun, Kopi Klothok, Kopi Joss dengan wadah batok kelapa dan dimasak dengan arang. Dengan begitu selain anda meningkatkan perekenomian masyarakat, anda mendukung pengembangan budaya lokal, anda juga sudah berperan mengurangi sampah anorganik dari sisa kemasan makanan dan minuman kekinian dan junk food anda.Â
Saat sedang traveling ke suatu tempat, yang saya cari pasti makanan lokal. Kalau sedang ke Bromo, saya cari makanan lokal disana (masa iya saya cari pempek). Jika sedang di kota lain, hampir dipastikan juga saya gak akan mencari makanan kekinian atau  mencari fast food yang hampir disetiap  kota ada. Selain karena gak terlalu suka makanan junk food dan makanan fast food instan, saya pengen merasai, mencicipi gimana rasanya makanan lokal. selain karena suka dengan  yang lokal, inilah bentuk saya menghargai kearifan dan budaya lokal dimana saya sedang berada.
Alasan lainnya apa? Makanan lokal sudah pasti menggunakan bahan yang ada di sekitar. Effortnya  untuk sampai ke tangan anda dan siap disantap begitu  panjang dan menghabiskan energi. Makanan dan mnuman lokal juga lebih segar, tanpa bahan pengawet. Pangan lokal biasanya dikemas dengan kemasan sederhana berbahan alami seperti daun pisang, daun waru. Ini lebih sehat dan mengurangi limbah sampah domestik berupa plastik atau kemasan lain yang sulit terurai.
 3.  Miliki Tekad dan Keyakinan bahwa Traveling anda Istimewa dan Mencerahkan dan LestariÂ
Pastikan anda tidak pulang sia-sia. Anda pulang membawa hasil perenungan dan quotes yang anda buat sendiri, yang dengan quote tersebut anda memiliki memiliki tujuan yang jelas Menjadi Manusia Yang Lebih. Menjadi lebih semangat. Bukan menjadi manusia serba galau dan mealow yang pulang liburan malah didera Post Holiday Blues berkepanjangan, hiks. Jangan membawa sampah  berupa pikiran negatif di kepala lalu anda sebarkan di sosmed anda.Â
Anda traveling bukan sekadar sebagai penghilang suntuk atau untul lapor (baca pamer) ke sosmed anda bahwa anda sudah liburan kesana, kesini, ke tempat-tempat instagramable dan ngeHits. Tidak sekadar itu kawan. Anda liburan bukan untuk menyenangkan orang lain. Anda liburan untuk diri anda dan keluarga supaya anda miliki semangat baru, mencharge jiwa. Tidak Sekadar Latah dan Ikut-ikutan karena orang ke tempat liburan Hits maka anda kesana juga.Â
Miliki Tujuan Lebih Maknawi bahwa traveling menjadikan anda lebih baik sebagai manusia. Pamer dan motivasi  itu memang beda tipis dan manusiawi. Tetapi, setidaknya output liburan anda lebih joss. Yaitu berupa pencerahan untuk diri sendiri dan update di sosmed anda vibesnya lebih positif.Â
Kalau  foto-foto liburan di sosmed anda penuh foto-foto narsis, sepertinya itu pamer doang, he. Tetapi, jika anda upload gambar view keren, foto makanan lokal disana, dengan quote menarik supaya orang dapat menikmati langsung pemandangan dan makanan lokal disana, juga ajakan menjaga kelestariannya, maka itu meski pamer juga tapi lebih ke motivasi dan vibesnya positif. Anda sudah mendukung pariwisata berkelanjutan.
Begitulah 3 (tiga) Hal Sederhana tapi berdampak besar pada Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan terkait penanganan sampah domestik di lokasi wisata.Â
Sekecil apapun, kita memiliki peran. Sebab kita semua adalah Pelaku Pembangunan. Jika tidak bisa berdampak besar bagi orang, setidaknya anda berdampak untuk menjadikan diri dan lingkungan anda lebih baik. Jika sudah dilakukan, anda keren. Vibesnya akan menyebar. Salam.Â
Mau Baca Tulisan saya yang lain tentang Traveling dan Lingkungan:
Serius Kamu Butuh Libur Akhir Tahun ?
Sampah Organik atau Gaya Hidup Back To Nature?
3 Hal Kenapa Masyarakat Dilarang Bakar Sampah sembarangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H