Benarkah pandemi Covid-19 ini membuat orang jadi suka dan rajin memasak, sepertinya iya.Â
Soal valid atau tidak itu tergantung situasi masing-masing ya. Tetapi kalau melihat tren yang ada maka hampir bisa dipastikan bahwa Covid-19 membuat orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan asupan makanannya dengan memasak sendiri. Buktinya ya saya sendiri, walau sesekali masih pesan makanan online kalau kepepet.
Bukti lainnya, penjualan bahan mentah sayuran dan buah-buahan serta bahan dapur secara online meningkat. Bukti lain lagi, aktivitas memasak sendiri itu meningkat. Saudara dan teman-teman kerja saya sekarang memasak sendiri. Bahkan orang-orang di berbagai penjuru dunia.
Laman Cookpad terus bertambah jumlah anggotanya, apalagi resepnya. Begitu pula laman memasak lainnya seperti Tasty, Yummy IDN, dan lain sebagainya. Dan.... Kompasiana muncul kategori Pilihan "Foodie", keren.
Ya memasak sendiri itu asyik dan menyenangkan sebetulnya, terlebih di masa pandemi Covid-19. Dilansir dari Kompas.com, di Amerika ada tren bikin roti sendiri yang muncul selama pandemi Covid-19 ini.Â
Ya roti yang makanan pokok mereka. Konon toko-toko sampai kehabisan tepung dan ragi gara-gara orang sana keranjingan membuat roti sendiri saat pandemi Covid-19. Wow, bukan main.Â
Apa sih alasan yang membuat orang suka dan rajin memasak saat Pandemi Covid 19 ini?Â
Pasti banyak, ya tergantung sikon masing-masing. Menurut saya, paling tidak ada 5 (lima) kelompok alasan kenapa orang jadi suka dan rajin memasak saat pandemi Covid-19, berikut alasan tersebut
- Ingin mendapat asupan makanan yang lebih sehat dan jelas.
Memasak sendiri membuat was-was pergi karena orang tahu bagaimana mutu bahan mentah yang digunakan. Kita juga bisa memastikan cara dan teknik memasak kita aman dan sehat. Dengan demikian keluarga yang mengonsumsi makanan masakan menjadi lebih terjamin keamanan dan kesehatannya.
Kita bisa memilih bahan yang kita masak, perbanyak sayuran dan buah, mengurangi penggunaan minyak dll. Bahkan kita bisa memilih jenis sayuran yang menurut kita bisa meningkatkan imunitas tubuh kita - Menghemat Pengeluaran.
Kita tahu bahwa masa pandemi Covid-19 ini membuat pemasukan sebagian orang berkurang, sementara pengeluaran bertambah. Dengan memasak sendiri tentu saja apa yang kita beli untuk dimasak itu menyesuaikan dengan budget kita.
Hal yang pasti dengan memasak sendiri maka cost untuk para chef atau koki rumah makan dan jasa lain seperti kurir menjadi tidak ada atau kita pangkas.
Memasak sendiri bisa lebih hemat. Dengan anggaran 50 ribu asal bisa mengaturnya saya bisa masak untuk 3 orang dan 2 kali makan. Kalau jajan semua, sudah habis berapa untuk 3 orang anggota rumah kami seharian, kan kan. - Mengisi waktu.
Ya pandemi Covid-19 membuat banyak kantor mengurangi jam kerja karyawannya (bahkan ada yang kena PHK sehingga harus banting setir wirausaha di rumah).
Perubahan jam kerja. Ada aturan misal ketika PPKM maka kantor-kantor harus membuat jadwal Work From Home dan Work From Office bagi para pegawai. Jadwal yang diatur sedemikian rupa dan membuat banyak orang memiliki waktu luang yang banyak. Maka memasak itu menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Menyenangkan dan mengenyangkan.
Kota Palembang yang saat ini sedang PPKM mau tak mau membuat para ASN, pekerja BUMN., BUMD, kantor swasta dll diatur kapan harus WFH dan kapan harus WFO. Artinya ada banyak waktu luang dibandingkan ketika sebelum masa pandemi Covid-19. - Terapi Jiwa, menghilangkan stres.
Tidak sekadar mau mendapat makanan lebih sehat dan mengisi waktu, memasak juga sebuah terapi jiwa. Masa lockdown membuat banyak orang kehilangan semangat, merasa kosong, bahkaan sebagian besar dilanda panik dan stres.
Bagi orang yang optimis maka ada banyak cara mengatasi stres dan mengisi kekosongan tersebut. Salah satunya adalah masuk ke dapur dan memasak.
Mengapa memasak bisa mengatasi stres dan melatih emosi? Ya karena masak itu sebuah proses yang memiliki banyak tahapan. Mulai dari memilih bahan, persiapan, memotong, mengulek, merebus, menggoreng sampai dengan menyajikan di piring (platting) yang bila semua tahapannya dilakukan dengan baik dan menyenangkan maka ia sebuah tantangan sekaligus terapi.
Di Skotlandia banyak bapak-bapak menjadi aktif dan konsisten membuat Sordough bread sendiri untuk dikonsumsi oleh keluarga di rumah mereka selama masa lockdown karena pandemi Covid-19. Bayangkan roti Sordough yang raginya dibuat sendiri dengan starter dan membutuhkan waktu lama itu. Konon mengulen roti selain sebuah teknik dan seni diduga memang bisa mengatasi stres (asal dilakukan dengan santai dan menyenangkan). Sebagian ahli mengatakan ketika mengulen roti, ada rasa tenang dan rasa memegang kendali (control) yang kuat, sebuah paradoks yang menenangkan di saat dunia kacau karena pandemi ini. Itu alasan kenapa membuat roti itu sebuah teraphy juga di masa pandemi Covid-19. - Menantang Kreativitas.
Memasak juga menantang kreativitas. Memicu banyak ide. Melihat seikat kemangi, beberapa batang daun bawang di meja saja saya bisa terisnpirasi membuat godo-godo udang atau bakwan loh, orang lain begitu juga.
Jika membuat makanan tradisional Indonesia itu menantang, membuat makanan tradisional di belahan dunia lain juga memicu semangat ingin tau saya dan semangat saya untuk mencoba.
Bagaimana rasanya seperti perempuan tua di italia mengulen adonan roti tradisional di talenan kayu di rumah mereka. Maka kadang saya mencoba membuat roti dengan mengulen dengan tangan saya tanpa mikser demi sensasi rasa seperti nenek tua di Italia yang saya baca di buku roman dan saya saksikan di film lama.
Sebagaimana dikatakan Jarelle Guy yang saya tulis DISINI, bahwa dapur adalah tempat paling bebas untuk mengekspresikan diri, tidak heran jika banyak orang menjadi kreatif saat di dapur. Memasak menu lama berbekal ingatan masa kecil. Memasak menu kreasi baru dengan menyandingkan menu lama dan memodifikasi dengan bahan yang ada dan lain sebagainya.
Ya, sebenarnya tidak heran dengan fenomena memasak sendiri saat Covid-19 ya karena 5 alasan di atas. Bahkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mengimbau masyarakat untuk memasak sendiri selama pandemi Covid-19. Lebih sehat dan lebih aman dan alasan lain seperti di atas.
Saya memutuskan kembali memasak sendiri di rumah karena alasan-alasan di atas. Beberapa orang yang saya temui juga karena alasan tersebut. Kalau dengan memasak sendiri bisa lebih sehat, lebih aman, lebih hemat, mengelola stres, dan saya punya waktu... kenapa gak ya. Cuss masak dong gaes.Â
Pandemi Covid-19 ini katanya selain mematikan bisnis, juga bisa memunculkan bisnis. Banyak bisnis baru bermunculan. Bisnis menjual online siap antar bahan segar untuk dimasak orang lain.Â
Bisnis katering sehat bagi yang memang tidak bisa dan tidak sempat memasak, masih ada kan, semuanya peluang. Kalau setelah masak untuk keluarga dan masih banyak waktu, bisa ambil peluang ini kalau mau.
Begitulah. Mau tau akronim PPKM plesetan ala saya....? mau. Ini dia PPKM adalah Peh, Peh, Kito Masak. Bahasa Palembang yang artinya, Yuk, yuk, kita masak.
Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu. Salam sehat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H