Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Alpukat dalam Pusaran Industri Pertanian dan Konflik Dunia

24 April 2021   11:42 Diperbarui: 28 April 2021   20:51 2267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal alpukat? 

Alpukat (Persea americana) yang dalam buku-buku teks pelajaran sekolah kita disebut berasal dari Amerika Latin. 

Konon Nama latin alpukat tadi, Persea americana artinya adalah amerika tengah. Tetapi kata "alpukat" konon berasal dari kata "ahuacati" bahasa Aztec yang artinya testis. Kalau liat buah ini ketika baru saja mentil, memang mirip sih. 

Saya kebetulan kenal buah alpukat sejak kecil. Saya suka alpukat sebab rasa buahnya lembut. Tanpa tambahan apapun sudah enak. 

Ada sedikit rasa manis dan asin samar yang muncul ketika saya makan buahnya. Itu sebabnya saya lebih suka makan buah ini begitu saja, belah dua, buang bijinya, sendoki lalu masuk mulut (ups, lupa sedang puasa)

Buah ini cukup populer di Indonesia. Kamu pasti suka alpukat juga kan? Tapi, sepopuler apapun buah alpukat di Indonesia, sepertinya popularitasnya kalah dengan buah lain seperti pepaya, mangga, pisang, jambu yang disebut dalam sebuah lagu zaman saya bocah dulu

Meski Indonesia termasuk negara besar penghasil alpukat, alpukat belum dianggap komoditi yang menjanjikan di Indonesia. 

Jika kita di Indonesia menyebut vanili sebagai emas hijau, tidak dengan dunia luar sana. Bukan vanili yang diakui sebagai emas hijau, tapi alpukat. 

Avocado's the Green Gold in the world. Ya, alpukat, sebagaimana tanaman ini berasal, diproduksi secara besar-besaran di Amerika Latin, seperti Meksiko, Peru, Chile dsb.

Popularitas Alpukat Si Buah Super Food Sehat Bernutrisi

Alpukat pun begitu disukai dan pupuler di dunia sebagai salah satu buah sehat yang masuk dalam hampir semua menu makanan dunia. Dari menu junk food dan street food, seperti jenis hamburger, sandwich, taco, sampai healthy food pada aneka salad, juice dan pure avocado. 

Ya, meski alpukat tinggi kandungan lemaknya, tapi lemak pada buah ini adalah memiliki asam lemak tak jenuh yang menurut hasil penelitian banyak pihak lemak yang baik bagi kesehatan. Alpukat dianggap sebagai super food bernutrisi murah yang banyak digemari di Amerika dan Eropa. 

Menurut saya, kebetulan sering membaca buku dan melihat resep yang menggunakan buah alpukat, juga melihat tayangan acara masak-memasak menggunakan buah alpukat pada tayangan Chef Table dan Street Food seri Amerika Latin di Netflix, bahkan wilayah Amerika lain dan eropa, kadang orang latah saja. Seolah ketika mereka menambahkan alpukat pada menu mereka otomatis mereka sudah makan makanan sehat. He, masa iya? 

Alpukat dibuat menjadi guacamole (Buah alpukat diaduk menjadi saos gurih, pedas) dan itu begitu populer pada kuliner Amerika Latin. 

Ketika orang Amerika dan Eropa ikut-ikutan menambahkan irisan buah alpukat segar ke atas beef atau bacon pada steik atau hamburger dan sandwich atau pada menu lain, sudah pasti tidak meghilangkan efek buruk lemak jenuh dan kolesterol tinggi pada beef atau bacon. Tidak ada, hanya sekadar mengurangi rasa bersalah pada diri sendiri karena banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak jenuh. Paling tidak ya... merasa sedikit lega ada ada makanan dengan lemak tidak jenuh pada makanan tinggi kolesterol dan berlemak jenuh tersebut. Entahlah. 

Hal yang jelas, buah alpukat pada kulier Amerika Latin adalah budaya yang memiliki akar sejarah yang panjang di Amerika Latin. 

Ketika kemudian jejaring dunia lewat televisi dan periklanan, apalagi sekarang sosial media membuat alpukat semakin populer dengan tambahan kajian alpukat sebagai makanan bernutrisi dan sehat, tentu saja membuat alpukat makin mendunia, makin populer. Setiap tahun katanya lebih empat milyar klogram alpukat dikonsumsi seluruh dunia.

Alpukat, Si Emas Hijau (Green Gold) Pencetak Uang 

Jika dulu orang-orang Amerika Latin menanam tanaman ini dengan santai yang sepadan dengan kondisi saat itu di mana alpukat belum begitu top markotop dan harga sekilonya sekitar 2-2,5 peso, sekarang lain kondisinya. 

Harganya sekilonya mencapai sekitar 80 peso. Itu sebabnya negara-negara Amerika latin semakin bersemangat menanam komoditi ini. Alpukat sangat populer di Amerika Latin

Kebun-kebun alpukat bertambah berkali lipat luasnya di sana. Banyak pengusaha dan orang kaya yang tadinya tidak tertarik pada komoditi ini akhirnya berinvestasi membeli lahan luas untuk dijadikan kebun alpukat.

Sekarang, tentu saja tak hanya Meksiko dan Negara-negara Amerika Latin yang berlomba-lomba menghasilkan alpukat. Negara kita juga, Israel bahkan Amerika Serikat yang lokasinya berdekatan dengan negara-negara latin tersebut. 

Di Meksiko, alpukat adalah sumber finansial yang menggerakkan industri unggul Meksiko. Alpukat adalah mesin pencetak uang. Alpukat adalah The Green Gold. 

Alpukat, Si Buah yang Rakus Air

Dulu saya kira hanya kelapa sawit yang dianggap rakus air, ternyata alpukat juga. Pada tayangan Rotten seri Konflik Alpukat di Netflix, saya melihat bahwa salah satu wilayah penghasil alpukat terbesar di Meksiko adalah Michoacan yang menghasilkan sepertiga kebutuhan alpukat dunia. 

Michoacan mengalami bagaimana konflik alpukat. Bagaimana sulitnya mendapat air bagi tanaman ini. Ya airpun diperebutkan demi kebun-kebun alpukat yang buahnya memenuhi kebutuhan dunia. Alpukat rupanya sangat rakus air. 

Sumber foto: rotten netflix
Sumber foto: rotten netflix
Menurut The Water Foodprint Network pada terbitan Yayasan Rumah Yapeka, yayasan yang bergerak pada kegiatan Konservasi Alam dan Pemberdayaan Masyarakat,

 "Satu pohon alpukat memerlukan paling tidak 272.000 liter air sejak tumbuh sampai menghasilkan buah. Analisa mereka memperkirakan untuk menghasilkan 1 kilogram buah alpukat siap konsumsi membutuhkan air paling tidak 2.000 liter air".

Saya bisa membayangkan kebutuhan air yang tinggi di tengah terbatasnya ketersediaan air dunia tentu saja menimbulkan banyak pihak melihat tanaman ini dengan perspektif lain. 

Selain itu tentu saja konflik yang ditimbulkannya. Masyakat Chile yang megalami kekeringan air bertahun-tahun hasrus berjuang keras untuk mendapatkan air demi pohon alpukat mereka.

Konflik Seputar Buah Alpukat

Bisnis kebun alpukat penuh dengan konflik, persaingan dan intrik. Seperti kita ketahui Amerika Latin dipenuhi kartel. Kartel tak lagi melirik narkoba, juga melirik bisnis ini. 

Pemerasan, penculikan, bahkan penindasan dan pembunuhan, konon kerap terjadi di sana. Persaingan kartel air dan kartel alpukat terjadi begitu ketat.

Tak hanya konflik seputaran Amerika Latin, alpukat Amerika Latin juga pernah berkonflik dengan Amerika Serikat. Chile berkonflik terkait air. 

Alpukat Meksiko pernah dilarang masuk Amerika Serikat mengingat Amerika serikat ingin melindungi alpukat dalam negeri yang dihasilkan di California (95% alpukat Amerika Serikat dihasilkan oleh California). 

Untunglah pada masa Pemerintahan Bill Clinton, pasar bebas NAFTA membukanya kembali. Alpukat Meksiko kembali mengisi kebutuhan alpukat Amerika Serikat. 

Ketika alpukat California sedang tidak menghasilkan, maka masyarakat Amerika Serikat yang mulai gandrung buah sehat ini tetap bisa menikmati alpukat sepanjang tahun.

Sepadankah kerugian akibat konflik dengan keuntungan yang diterima masyarakat? 

Bagi saya, ini yang harus dilihat dengan jeli dan bijak. Sepanjang masyarakat (bukan hanya pengusaha kaya pemilik kebun alpukat) mendapat keuntungan. 

Sistem bisa diperbaiki untuk mengurangi konflik, baik konflik lahan, terkait air, tenaga kerja, pemasaran dll, ya sepadanlah. Meski menuju ke sana dunia butuh waktu yang panjang. 

Kita tahulah dunia kartel dan bagaimana perjuangan negara berkembang di Amerika Latin untuk menghidupkan esksistensi diri dan marwah bagi masyarakat dan negaranya. Semoga kelak teratasi. Paling penting, semoga alpukat sebagai komoditi pertanian mampu mensejahterakan petaninya.

Begitulah. Sekali lagi, suka buah alpukat. Dimakan segar begitu saja enak. Kadang dibuat ek krim KW dengan mengaduknya dengan sedikit susu kental manis dan es batu, enak juga. 

Kalau jus alpukat jangan tanya, begitu populer di Indonesia. Sebagian teman-teman saya senang menambahkan alpukat pada salad sayuran dan salad buah mereka. Psttt, wong Plembang sedang gandrung menambahkan alpukat pada es kacang merah yang enak itu, muantap poll. 

Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

10 Negara Besar Penghasil Alpukat

Kian Digemari Dunia, Alpukat Bikin Konflik Air di Latin Amerika
 

Sumber Foto: Dokumentasi FB Bamset
Sumber Foto: Dokumentasi FB Bamset

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun