Adalah terlalu naif jika menganggap semua Komika (entah perempuan atau laki-laki) selalu lucu. Lucu yang sebenarnya lucu. Lucu karena hati yang ceria bahagia seperti Kiky Saputri, jangan.Â
Sebab tidak semua Komika itu ceria, bahagia yang lalu mengakibatkan mereka lucu yang sebenarnya lucu itu.
Sebagian besar mereka hidupnya getir. Maka panggung adalah tempat mentertawakan kegetiran itu. Sesuatu yang kita sebut kadang black commedy, satire, sarkasm dan lain sebagainya. Â
Nina Geld, komika yang menjadi tokoh utama film All About Nina adalah salah satu komika yang gaya stand- upnya cerita getir, satire, black commedy.Â
Film dimulai dengan suara pembawa acara Stand-up Commedy membuka acara dengan cerita ringan,
"Tinggal bersama wanita semua..."
"Terus-terusan ada tangisan di rumah..."
"Kalian tau apa yang aku alami...?"Â
Suara Gerrr...
"Siap dengan komedian pertama kalian..."
"Sambutlah, Nina Geld..."Â
Perempuan tinggi berjaket kulit masuk ke panggung, saya ? Huehehe, ya jelas Nina Geld tadi
Setelah memegang mikrofon dan melepas jaket kulitnya, tanpa basa-basi, Nina langsung membalas pembukaan si pembawa Acara yang baginya meremehkan perempuan.Â
"Ini luar biasa...." kalimat pembuka Nina saat masuk panggungÂ
"Apa yang bisa dicapai wanita, jika tak selalu membela diri..."
"dari laki-laki yang mau bercinta dengan kami..."
"sepanjang waktu..."
Gerrrr penonton panggung itu, laki-laki, perempuan tertawa
Maka sepanjang film, saat menampilkan scene panggung stand-up, Nina bercerita tentang nasib perempuan, kisah perempuan dan kegetiran perempuan. Perempuan asisten lab yang ditiduri oleh laki-laki temannya. Perempuan penerjemah di medan perang yang kata Nina diperkosa dan perempuan-perempuan lain.Â
Kegetiran yang menurut Nina karena Perempuan di bawah kuasa laki-laki. Ya masih soal keseteraaan gender, dominansi laki-laki dalam karir dan ranah domestik.
 "Semua itu salahmu..." katanya, tentu saja Nina tak menyebut nama
"Salahmu dan penis bodohmu..." Â Â
Lain kesempatan Nina bercerita Vagina, soal siklus haid perempuan. Tentu saja dia bercerita dengan gayanya yang acuh tapi santai, betapa merepotkannya haid bagi perempuan.Â
Tanpa tedeng aling-aling dia berkata
"Kau tau saat ini aku sedang haid..."
"Beberapa hari lalu ketika aku sedang haid dan menunduk ke bawah..."
"Astaga, seperti Pembataian di  (film) Saving Private Ryan..." Gerrr orang-orang tertawa lagi.
Panggung lain, dia bercerita tentang gairah. Tentang perasaannya saat bercinta dan lain sebagainya. Pastinya bercerita dari sudut pandang dia sebagai perempuan. Orang-orang tertawa.Â
Sebagian dari yang tertawa itu ada yang mengaguminya. Diantara para pengagumnya itu, yang laki-laki... seperti dugaan Nina, ingin bercinta dengannya. Hal yang dianggap Nina menyebalkan.
Saya gak akan banyak cerita tentang kisah cinta Nina yang juga ditampilkan di film ini. Maaf, bagusnya kamu lihat saja saat menonton film ini.Â
Menurut saya kisah cintanya agak menjengkelkan. Kehidupan cinta yang rumit. Satunya polisi rese yang memaksa Nina untuk selalu ada baginya, sementara dia punya anak istri, laki-laki kurang ajar bah!Â
Satunya lagi, Pemain pendamping Nina di film ini, Â yang digambarkan lebih cool, hanya ... ais saya gak sreg. Loh, loh..., itu hidup Nina, ah emak terbawa suasana.
Kembali ke film ini. Saya bak ditarik magnet yang membuat saya lanjut menonton sampai usai. Nina yang tangguh, cuek, tak perduli. Dan Nina yang setiap selesai closing stand-Upnya lari terburu-buru mencari toilet.
Bukan pipis, tapi muntah. Ya setiap selesai manggung, Nina muntah di toilet. Seusai itu dia menenggak entah Bir atau whisky, lalu berjalan keluar dengan tak acuh seolah tak terjadi apa-apa. Hari-hari panggungnya seperti itu.
Saya penasaran. Ada apa denganmu Nina...? Hingga hampir lebih 3/4 film pertanyaan saya belum terjawab. Sampai mendekati akhir, ketika Nina yang sebelum manggung bertemu dengan teman Ibunya, Amy.
"Aku selalu menonton acaramu..." kata Amy sambil memeluk Nina
"Tapi ada apa denganmu? kenapa sepertinya kau selalu marah..?"
"Itu tidak baik Nina..." lanjut Amy lagi
Ya, biasa, kadang orang sangat perduli dengan tetangga, anak teman dsb. Pertanyaan yang dianggap santai, tapi buat orang lain itu pertanyaan menganggu.Â
Nina tidak menjawab langsung. Dia menjawab saat dia telah berada di Panggung,
"Cobalah rasakan diperkosa ayah kandungmu selama 8 tahun..."
"Amy, yang kau tak tau bagaimana rasanya itu..."
"Saat pertama diperkosa ayahku, usiaku 12 tahun. Sedang di lantai sambil memandang kucingku..."
"Lalu aku mengarang cerita, bahwa keperawananku kuberikan kepada kekasihku..."
Kali ini panggung senyap. Suasana agak kelam. Tak ada yang tertawa. Lalu Nina keluar mencari toilet yang tidak dia temukan hingga dia mengeluarkan muntahannya di dinding.Â
Sampai di adegan itu, agaknya saya tau kenapa Nina yang selalu lancar bercerita satir tentang kehidupan, tentang seks, rentang perempuan, setiap selesai manggung dia akan muntah.Â
Dia muntah akan kehidupan kelamnya. Kisah tragis yang ia pendam sendiri sampai usianya tigapuluhan.
Poor Nina. Saya melihat ada air mata di sudut mata Nina ketika dia berkata bahwa sebetulnya dia juga ingin punya pasangan hidup, lelaki yang pantas untuk dicintai.
Begitulah. Buat kita semua, yang punya anak perempuan atau laki-laki, memang kita harus menjaga anak kita. Menyayanginya dan dekat dengan anak kita.Â
Sesekali tanya, apa yang dia lakukan. Sudah sejauh apa capaiannya. Apa perasaannya. Saya bukan ibu yang sempurna, tapi saya akan berjuang menjaga anak saya.
Untungnya anak saya laki-laki, ya sama saja, sekarang anak laki-laki juga harus dijaga.
Film ini apik, meski banyak hal yang menimbulkan pertanyaan. Kenapa Nina yang berani itu tidak berdaya untuk keluar dari hubungan cinta toksik saat bersama polisi beristri itu? Baru keluar saat dia pindah ke kota lain.Â
Kenapa dia diam saja diperkosa ayah kandungnya selama 8 tahun hingga usianya 20 (duapuluh tahun)...!?  Untuk ukuran kehidupan di Amerika dimana anak keluar rumah, sekolah, bergaul, melek literasi dan lain-lain, kenapa tidak speak up?,  entahlah.Â
Sampai disini, saya ingin berkata bahwa Film ini keren. Film ini layak ditonton. All About Nina, film komedi-drama Tahun 2018. Naskah dan sutradara oleh Eva Vives, seorang penulis skenario, sutradara berkebangsaan Spanyol.Â
Film ini konon film pertama Eva Vives, wah bagus. Film ini dibintangi Mary Elizabeth Winstead, artis sekaligus penyanyi Amerika Serikat sebagai Nina Geld dan Common sebagai Rafe Hines serta sederet nama lain.Â
Kalau harus kasih nilai dari kisaran 1-10, saya kasih 8,5 (delapan koma lima). Ide cerita bagus, akting pemain keren, terutama Mary Elizabeth Winstead, salut.Â
Masih tayang kok di Netflix, monggo nonton. Tapi, jangan sama anak-anak ya nontonnya.
Hidup katanya kadang memang perlu untuk dimuntahkan. Selamat Hari Perempuan Sedunia besok.
Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu.
![Sumber Foto : Dok.Kompal](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/07/logo-kompal-terupdate-6044a64d8ede48133569cfe2.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI