Kuliner Thai, menurut saya mirip dengan kuliner Sumsel, kampung saya. Dua-duanya memiliki rasa khas perpaduan asam, manis, asin dan pedas.Â
Bedanya, kuliner Thai dengan kuliner Sumsel adalah dari penggunaan daun jeruk. Jika masakan Thai banyak menggunakan daun jeruk, sementara Sumsel sebaliknya.
Sama halnya dengan hidangan Sumsel. Bagi Bo, hidangan yang baik itu harus memiliki keseimbangan. Keseimbangan cita rasa asam, manis, asin dan pedas. Juga keseimbangan tekstur, apakah lembut atau harus renyah dan sebagainya.Â
Dukungan Pada Pertanian Berwawasan Lingkungan
Cita rasa enak pada masakan hanya akan didapat dari bahan yang segar. Bukan sekadar segar biasa, namun harus aman dan sehat untuk dikonsumsi.Â
Bo tahu bahwa masakan otentik membutuhkan bahan yang segar dan sehat, seperti halnya kondisi bahan pertanian zaman dahulu ketika orang belum mengenal pertanian kimiawi, seperti pestisida, pupuk kimiawi buatan, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, Bo mulai beralih ke bahan segar produk pertanian organik. Restonya dia klaim 100 persen menggunakan bahan organik, keren.
Lalu di manakah hasrat akan cita rasa, kemurnian atau otentik dan cerita peradaban dan pengembaraan kuliner itu berlabuh? Tentu saja dalam perjalanan seni, budaya dan sejarahnya.