Meski Covid-19 belum reda akhirnya kami melakukan perjalanan libur tipis-tipis ke Lampung. Tentu saja berusaha maksimal menerapkan protokol penanganan Covid-19 dengan menggunakan masker, membawa dan menggunakan hand sanitizer, vitamin C, dan juga membawa makanan sendiri untuk perjalanan. Berhenti di rest area cuma untuk rombongan merokok, ngopi dan makan kue yang kami bawa dari rumah.
Pas ketika orang belum plesiran, kami berangkat dan kami memilih destinasi sunyi yang jarang dikunjungi orang tapi eksotik dan otentik. Teman saya bilang, hanya mereka yang bernyali yang akan memilih ke kiluan (akhirnya saya mengaminkan ucapan teman saya ini hiks)
Lampung dan Palembang itu dekat apalagi sejak ada Tol Palembang-Lampung sebagai bagian dari Tol Trans Sumatera terasa bertambah dekat. Ya via darat lewat tol yang kami mulai dari pintu tol Jakabaring lalu keluar pintu tol Kotabaru Bandar Lampung cuma menempuh waktu 3,5 jam.Â
Itu pun sudah dengan kecepatan sedang dan berhati-hati sebab di beberapa ruas ada jalan berlubang. Ada yang sedang diperbaiki, ada yang sedang menunggu jadwal diperbaiki.Â
Dengan jarak yang begitu dekat, wajar dong saya sebagai wong Plembang memiliki keinginan liburan keluarga ke Lampung tahun ini. Kenapa Lampung, sebab dekat dan Lampung juga memiliki banyak sekali destinasi wisata.
Di antara banyak destinasi tersebut, saya memilih ke Teluk Kiluan. Sebab ke beberapa spot lain sudah saya kunjungi seusai perjalanan dinas ke Lampung beberapa waktu lalu. Teluk Kiluan.... ya memang sudah lama saya simpan dalam bucket list saya. Pokoknya harus saya kunjungi.Â
Bayangan suasana Teluk Kiluan yang teduh dan airnya berwarna tosca, melihat Dolphin, Pantai Gigi Hiu, Laguna Gayau. Pulau Kiluan atau Pulau kelapa begitu membius saya hingga membuat sesuatu di kepala saya mencatat Teluk Kiluan harus saya kunjungi. Mba Katerina, mba Evi Indrawanto, dan teman-teman blogger lain rupanya sukses menghipnotis saya hahaha. Lebay.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 20 sd 23 Desember 2020 saya dan keluarga melakukan trip ke Teluk Kiluan. Saya ambil cuti Tahunan selama 3 (tiga) hari yang kata pegawai bagian kepegawaian adalah sisa cuti tahunan saya tahun lalu, wew. Ya sesekali ambil cuti liburan di akhir tahun, saya kunci tanggal tersebut sebab itu pstttt, tanggal istimewa kami.Â
Berbekal nekat, kami ke sana dengan kendaraan butut keluarga kami. Sebelumnya sempat kontak mbak Evi dan Mas Fajrin Haris tentang informasi penginapan di Teluk Kiluan.Â
Yupz, sehari sebelum berangkat saya sudah kontak Abah Solihin, mba Herlina, anaknya yang angkat dan sudah memesan 1 buah cottage atau homestay buat keluarga kami.
Berangkatlah kami dengan riang gembira, saya, suami, anak dan adik suami, kami berempat. Seusai sarapan, tanggal 20 Desember 2020, pukul 06.30 WIB kami berangkat dari rumah.Â
Suasana perjalanan yang smooth banget. Masih pagi, belum termasuk tanggal Liburan Nataru, jalan tol lempeng dan masih sepi. Kami sekali berhenti di rest area yang saya lupa di kilometer berapa.Â
Pukul 11.00 WIB kami sudah tiba di Bandar Lampung. Pukul 12.20 WIB setelah kami makan siang di Bandar Lampung dan kendaraan kami sedang merayapi Kota Bandar Lampung, HP saya berdering, mba Herlina anaknya Abah Solihin si pemilik homestay di Teluk Kiluan menanyakan posisi kami di mana.Â
"Lewat Teluk Betung aja bu, terus pantai padang Cermin, Punduh Pidada, pematang Awi. Lalu Pasar Bawang belok kiri ke Kiluan. Kalo bingung telpon lagi aja saya.....", katanya
Ya baik banget tuan rumah homestay kami di Kiluan. Sehari sebelum berangkat mba Herlina memang berjanji akan memandu kami begitu kami tiba di Bandar Lampung. Rute yang ditunjukkan itu adalah rute terbaik. Ketika saya cek di Google Maps dengan tujuan "Teluk Kiluan" rutenya persis sama.
Ketika perjalanan itulah saya tersadar bahwa Teluk Kiluan itu jauh, haha. Padahal sudah tau letaknya di Ujung Lampung, termasuk Kabupaten Tanggamus.Â
Sebetulnya tidak jauh, hanya 78 kilometer jarak Bandar Lampung-Teluk Kiluan. Tetapi karena geografis medannya menanjak dan tepi pantai, lereng bukit, apalagi beberapa ruas jalan rusak, maka terasa jauh.
Seusai wilayah Teluk Betung, melewati jalan RE Martadinata, masuk ke Jalan Way Ratay mendekati pantai Klara 2. 1 dan 3 Â jalanya rusak di beberapa ruas.Â
Semakin menjauh dan mendekati Pematang Awi, jalan Dirt Road Kabupaten Pesawaran yang menanjak dan berbelok-belok mengikuti kaki bukit dan tepi pantai kami juga menemukan banyak ruas jalan rusak. Bahkan ada 1 ruas jalan di Dirt Road yang terbis separuh jalan, memang harus ekstra hati-hati gaes.Â
Tetap saja kami berbesar hati dan riang gembira (Euh, padahal saya sambil dizikir yang saya simpan di hati, khawatir membuat anak kami yang menyetir jadi keder). Yah bahkan kami sempat berhenti di pinggiran Pantai Klara (Gak masuk, pulanya baru kami masuk bener ke Pantai Klara).Â
Jika google Maps mengatakan perjalanan Bandar lampung-Teluk Kiluan dengan rute tadi menempuh waktu hanya 2 jam 42 menit, rupanya waktunya bertambah menjadi 3,5 jam. Mungkin juga karena kami pertama kali ke sana jadi masih kagok, menghayati pemandangan sepanjang jalan yang kami lihat sambil kami berhati-hati.
Pukul 15.30 WIB kami sampai di Pasar Bawang, Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran, lalu belok kiri menuju Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus.
Perjalanan masih berlanjut dan masih harus ekstra hati-hati. Melewati sawah, kebun, rumah-rumah masyarakat Bali, barulah belok kiri lagi memasuki Pekon Teluk Kiluan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.Â
Tiba juga kami di Pondok Abah Solihin yang letaknya paling ujung. Mba Herlina sudah menunggu di halaman dengan senyumnya.
1. Melihat Dolphin
Harus dilakukan pagi sekali. Kita bisa melihat dolphin alias lumba-lumba dengan menggunakan perahu ketingting, keluar dari Teluk Kiluan menuju laut lepas.
2. Pulau Kiluan
Sebagian menyebutnya Pulau Kelapa. Pulau ini berada di Teluk Kiluan. Biasanya setelah melihat Doplhin orang mampir ke pulau ini. Pasirnya lembut, air laut warna tosca dan angin berhembus.Â
Letaknya di Pegadungan. Dulu disebut juga pantai batu layar. Dari Pekon Teluk Kiluan berjarak sekitar 16 kilometer ditempuh dengan ojek. Tenang ojeknya terlatih dan biasanya sekaligus guide.Â
Dulu saya tawarkan sekalian trip dolphin, katanya. Jadi ke Pantai Gigi Hiu selain dengan jalur darat menggunakan Ojek bisa juga dnegan perahu asal ombaknya tidak besar.Â
4. Laguna Gayau
Air laut terperangkap di lingkaran batu karang sehingga membentuk serupa danau laguna. Keren sekali. Dari penginapan kami jaraknya sekitar 1 kilometer. Sudah dibuat rute tracking untuk berjalan kaki. Sayang batal kesini karena terlalu lelah ke Gigi Hiu. Untuk penggambaran suasananya silahkan lihat gambar di bawah ini
Masih eksotik, otentik dan terjaga. Barangkali ketika akses sangat mudah dicapai, jalan mulus semua orang akan ke Teluk Kiluan dan barangkali suasananya tidak otentik lagi, entahlah.Â
Setelah ke sana, saya membenarkan ucapan teman saya, hanya mereka yang bernyali memilih ke Teluk Kiluan. Selain tidak terlalu mainstrream seperti spot wisata lainnya di Lampung, masih otentik juga karena perjalanan yang penuh tantangan.
Terima kasih keluarga abah Solihin yang telah menerima dan membantu kami dengan penuh kekeluargaan. Saya dan suami sempat mengobrol beberapa kali dengan abah Solihin selama berada di Teluk Kiluan.Â
Ya cerita tentang awal abah Solihin datang ke Teluk Kiluan bersama orangtuanya dari Serang Banten pada Tahun 1976 saat usia beliau masih 17 tahun,Â
"Tapi dulu makmur sekali karena semua hasil laut melimpah. Mencari lobster tinggal ambil di laut....", lanjutnya lagi.
Begitulah Teluk Kiluan. Liburan tipis-tipis keluarga kami sekaligus wedding anniversary kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H