Ya betapa banyak orang mengkritik karena tidak suka, bukan karena hal tersebut tidak bagus. Betapa banyak orang menolak, karena merasa berseberangan dan menganggap orang lain tidak mampu, egois, dan lain sebagainya padahal belum melihat pekerjaannya.Â
Berapa banyak orang menolak hal yang hanya berdasarkan pengamatan dari jauh dan kecurigaan bahwa pesohor, orang lain, tidak menguasai substansi, tidak cerdas seperti yang diharapkan. Bahwa teater hanya untuk seniman teater dan artis hanya orang beken yang kemampuannya di bawah rata-rata tapi tertolong oleh dongkrak sosmed mereka.
Mungkin banyak orang memiliki prestasi hasil dongkrak-an sosmed mereka, tapi tidak semua. Setidaknya Riggan menggambarkan bahwa dia adalah salah satu pesohor yang berjuang dan bernas. Riggan yang tidak punya facebook, IG ataupun twitter. Riggan yang oleh Sam anaknya, dianggap tidak ada karena  Riggan  tidak punya akun sosmed sama sekali. Riggan bahkan membenci penulis blog, twitter dsb, haha. Â
Film ini berakhir happy ending yang keren dan tidak lebay. Ditutup dengan pertunjukan teater yang sukses meski ada sedikit kecelakaan Riggan menggunakan Pistol asli pada pertunjukkannya. Hal yang tidak diharapkan sebelumnya, Dickinson sang kritikus akhirnya menonton pertunjukan tersebut dan membuat ulasan bagus yang tidak terduga. Ulasan keren berjudul The Unexpected Virtue of Ignorance" tentang pertunjukkan Rigan pada Kolom "Artis This Weekend".
"Thomson (Riggan Thomson) tanpa sadar melahirkan suatu bentuk seni baru surealisme super..." tulis Dickinson dalam ulasannya. Ya, walau scenenya tidak banyak, pemeran Tabitha Dickinson, Linsay Duncan apik juga.
Begitulah film sederhana tapi menggedor jiwa dan bernas ini. Salut buat Sutradara  film ini, Alejandro Gonzales Inarritu, telah membuat film apik bagi saya.
Film ini membuat saya bisa mengisi waktu menunggu dengan berkesan dan senyum kepuasan di sudut  jiwa saya. Tepat ketika saya menunggu 6 (enam) jam proses autolysis adonan roti saya. Proses saat protein glutenin di  terigu membentuk gluten. Â
Dari balik wadah plastik saya mengadon adonan roti itu  kemarin, pikiran tentang film ini mengendap di kepala saya. Lalu usai ketika bau roti dari oven menyeruak, dan roti sobek saya jadi.
Tulisan ini sudah terbit di blog Pribadi saya tadi DISINI