Saya setuju bahwa banyak kejahatan berdasarkan penyalahgunaan data pribadi kita. Saya setuju bahwa data pribadi banyak disalahgunakan. Saya setuju bahwa kita harus berhati-hati menjaga data pribadi kita. Tetap saja, menghubungkan struk ATM dengan data di web KPU itu gak nyambung dan "bikin mual".Â
He, kebetulan saya nasabah salah satu bank daerah yang disebut itu. Karena penasaran, saya cari struk ATM saya (kebetulan saya memang tidak pernah membuang struk ATM).
See, hanya ada nomor call center, lokasi pengambilan, nomor resi dan waktu, nomor kartu 4 angka pertama dan 2 angka terakhir, jumlah yang ditarik, lalu saldo yang tersedia (tersisa). Kan tidak ada nama nasabah tampil di struk ATM tersebut. Kenapa bisa mendapat data macam-macam di web KPU?Â
Faktanya, kami pun membincang keanehan ini Kompal. Banyak asumsi, dan cukuplah konsumsi kami di Kompal.
Berita lain yang bikin mual juga banyak. Ada berita tentang sepasang muda-mudi langsung ditangkap di hotel budget ekonomis Redd**s karena video mereka sedang berbuat mesum viral akibat mereka lupa menutup gorden.
Saya sungguh bingung, berapa lama memangnya durasi "maen congklak" sepasang mahasiswa itu sehingga saat video cabul mereka menyebar lalu polisi siber datang ke hotel itu menangkap mereka.
Kan katanya yang begituan jam-jaman alias short time? Buat saya berita ini aneh. Belum lagi, siapa yang merekam, siapa yang mengupload di sosmed dan lain sebagainya.
3 (Tiga) Alasan Kenapa Kita Harus Kritis dan Skeptis Terhadap Berita Viral di Sosial Media
Pada beberapa titik kita harus skeptis dan pilih-pilih, pasang antene tidak langsung percaya atau kritis terhadap apapun berita di sosial media kita. Ada banyak alasan, kalau saya kelompokkan 3 (tiga) besar, inilah kira-kira alasannya menurut saya:
- Banyak berita dibuat asal jadi. Kadang terlalu lebay. Tidak berdasarkan data dukung yang valid. Kadang antara judul dengan isi tidak sejalan. Kadang memang isinya pun aneh. Percaya begitu saja berita demikian, buat saya berbahaya dan menyesatkan. Sesat berpikir. Sesat bertindak dan akan berakibat fatal.
- Berita kadang dibuat karena kepentingan. Ah saya gak mau macam kerbau dicocok hidung, percaya dan tunduk pada kepentingan orang lalu ikut membahas dan membuat berita makin mencuat. Padahal saya gak dapat apa-apa, buzzer juga bukan.
Sekalipun ada kepentingan, misal kepentingan saya, kepentingan organisasi, institusi, tetap saja berita harus valid dan tidak lebay. Malulah saya kalau tidak valid dan lebay.
- Penolakan terhadap proses pembodohan. Tidak kritis dan tidak skeptis, dengan kata lain percaya begitu saja pada apapun yang dijejalkan sosial media kita sama saja kita menyetujui proses pembodohan masyarakat. Buang waktu, kita jadi ikut bodoh. Orang-orang di sekitar kita ikut bodoh.