Ya kapan lagi membela produk kampung saya kan. Ini dilakukan hampir kebanyakan perempuan, laki-laki juga sih, Â di Palembang. Dipopulerkan oleh banyak butik, lembaga dan instansi pula seperti Pariwisata Kota Palembang. Butik jumputan, apalagi. Lihat saja di IG ataupun sosial media lain.
Pemakaian masker jumputan sedang marak di Palembang. Faktanya seperti itu. Jadi kalau sedang di kantor saya lihat sendiri, hampir 30% pekerja di kantor saya menggunakan masker jumputan (sayang saya tidak mendapat fotonya). Sisanya menggunakan masker yang disediakan secara gratis di kantor. Angka tersebut buat saya cukup tinggi.Â
Sebanyak hampir 30% 0rang rela beli sendiri masker jumputan yang bisa dicuci dan dipakai berulang kali daripada menggunakan masker gratis sekali pakai adalah hal yang positif bagi saya. Â Tentu saja angka ini baru pengamatan sementara, harus ditelisik lebih jauh.
Beberapa butik dan indusri jumputan Palembang yang kini juga membuat masker jumputan. Ada yang memang dengan niat profit, ada juga untuk niat amal dan membantu warga. Â
Masker Palembang diproduksi dan dijual oleh banyak orang, antara lain Palembang Souvenir House. Intan Songket membuat Masker Jumputan sebagai souvenir gratis bagi pelanggannya.Â
Seorang perempuan pengrajin Jumputan, Tria Gunawan membuat dan menjual masker jumputan Palembang yang hiegenis. Gambo Moeba di Sekayu yang digagas Tya Yufadha membuat masker jumputan dari bahwan alami dan pewarna alami. Hasil penjualan maskernya konon disumbangkan untuk warga yang terdampak Covid-19.Â
Ada anyak lagi industri Masker Jumputan Palembang lainnya seperti veyhijab, Jejakaisyah dan lain-lain. Ruame dan buanyak.Â