Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Idul Fitri Paling Berkesan Tahun Ini

24 Mei 2020   13:43 Diperbarui: 24 Mei 2020   13:36 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: tribunnews/anandabayu

Jika tahun-tahun sebelumnya Idul Fitri bisa dirayakan dengan meriah sebagaimana biasa, tahun ini beda. Buat saya pribadi, justru beda yang membuat kesannya begitu mendalam. Apa saja bedanya. Ini dia,

Tahun Pertama Idul Fitri Tanpa Abah

Tahun ini adalah pertama saya dan saudara-saudara tidak bisa sungkem alias bersujud ke orang tua kami. Jika tahun sebelumnya masih ada alm.abah kami untuk kami datangi dan jadi alasan keluarga besar kami berkumpul bersama. Tahun ini tidak lagi. 

Alm.Abah kami berpulang ke rahmatullah bulan Agustus Tahun 2019. Sedang ibu kami berpulang Bulan Januari Tahun 2010 lalu. Rupanya kini kami yatim piatu.

Biasanya saat memasak untuk hari lebaran saya pasti menyesuaikan menu dengan selera abah kami. Kami adik beradik akan membawa rantangan untuk abah dan untuk makan bersama. 

Ya sudah tradisi keluarga kami saat hari pertama Idul Fitri kami, kami belum menerima tamu dan belum bertamu kemanapun. Kami acara keluarga berkumpul di rumah tua kami. Sejak 2 (dua) tahun belakangan kami berkumpul di rumah kakak lelaki kami karena alm.Abah kami tinggal disana.

Menu Favorit Abah kami adalah Opor ayam kampung, yang kadang kami buat Anam. Biasanya saya akan bawa 3 (tiga) rantang lauk spesial untuk abah kami Opor atau Anamnya adalah pukang (paha) ayam kampung.  

Ketika selesai masak kemarin, saat istirahat dan saya memandangi panci-panci berisi gulai anam dan malbi yang selesai saya masak, saya teringat alm.Abah kami. Jadi untuk apa saya buat lauk-lauk ini? ada rasa sedih muncul begitu saja. 

"Buat papa ma...." suami saya mengingatkan sambil dia tertawa

He, tentu saja buat suami dan buat saya. Tetapi biasanya saya lebihkan masak untuk rantang abah kami. Untunglah ayam kampung yang saya masak ukuran kecil. 

Ngumpul keluarga saat lebaran itu paling maknyus memang ya. Cerita-cerita, makan bersama.

alm.Abah sedang memilih Gulai Lebaran dari anak cucunya
alm.Abah sedang memilih Gulai Lebaran dari anak cucunya
Selesai makan bersama, biasanya kami akan foto bersama. Tentu saja alm.Abah kami sebagai bintang utama. 

Foto bersama saat Lebaran tahun lalu dengan alm.abah
Foto bersama saat Lebaran tahun lalu dengan alm.abah

Pengalaman Pertama Sholat Idul Fitri di Rumah Saja

Uniknya tahun ini adalah sebab pandemi Covid-19. Taroklah Tarawih, sholat tarawih di rumah buat saya tak masalah, sejak dulu saya memang lebih sering sholat taraweh di rumah. Tetapi Sholat Idul Fitri, saya dan kita semua pasti sholat di masjid atau di lapangan bersama keluarga dan kerabat di lingkungan kediaman kita. 

Sejak lama Kemenag sudah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1441 H. Kita memang dihimbau untuk sholat Idul Fitri di rumah saja bersama keluarga inti kita masing-masing. 

He, jauh hari saya sudah becanda dan meledek suami saya,

"Ayo pa, siapkan khotbah Idul Fitri ya..."

Tentu saya kalah cerdik, dia baca informasi yang disebar tentang pedoman Sholat Idul Fitri di rumah saja. Termasuk, ceramah boleh tidak dilakukan

Tadi saya dan suami sholat Idul Fitri di rumah saja. Sebetulnya Masjid dekat kami oleh pengurusnya tetap menyelenggarakan sholat Idul Fitri, entah mengapa. Tapi saya dengar pak RT menghimbau agar protokol kesehatan dijalankan. Ada jarak, cuci tangan dan pakai masker. 

Saya dan suami memilih sholat di rumah saja. Itu untuk kebaikan kami tentu saja.

Kami sholat hanya berdua mengingat anak kami sedang berada di Lubuk Linggau dan susah untuk kembali ke Palembang karena Palembang sudah menetapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).   


Sepi, ritmik. Saya rekam untuk ingatan kepada anak cucu bahwa kami pernah Sholat Idul Fitri di Rumah saja.

Tanpa Sanj0-sanjoan 

Sanjo adalah tradisi kunjung-mengunjungi saaat perayaan hari besar agama. Saat Lebaran, orang Palembang akan sanjo-sanjoan. Saat Natal atau Sincia begitu juga. Sudah pernah saya tulis di Kompasiana DISINI

Sanjo lebaran tahun lalu
Sanjo lebaran tahun lalu

Sejak jauh hari Menteri Agama sudah menghimbau agat lebaran tahun ini tidak kita lakukan kunjung-mengunjungi antar tetangga dan kerabat . Kita dihimbau untuk melakukukan Lebaran Online. Silaturahim melalui video Conference, Video call WhatsApps, Duo dan lain sebagainya. 

Bahkan tadi pagi pak RT tempat kami tinggal telah mengumumkan di Majid (saat pengurus masjid masih juga mengadakan Sholat Ied) untuk tidak melakukan sanjo-sanjoan. Good Job pak RT. Gak susah memang menyadarkan warga.

Tahun ini memang beda. Kondisi bangsa kita bahkan dunia yang sedang mengalami pandemi Covid-19 membuat kita semua membatasi pergerakan dan kontak dengan orang lain. Tentu saja kami patuh. Kami 9 (sembilan) bersaudara tahun ini tidak sanjo-sanjoan. Tidak ngumpul di rumah tua seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tadi pagi saya dan saudara-saudara melakukan video call rombongan. Tapi seru juga.

Lebaran paling Sedih sekaligus Paling mendalam

Yang jauh itu waktu
Yang dekat itu mati
Yang berat itu amanah
Yang mudah itu berbuat dosa
Yang panjang itu amal Sholeh
Yang indah itu saling memaafkan
Allahu Akbar 3X

Kalimat itu ditulis kakak lelaki tertua saya yang bermukim di Surabaya di dinding Facebooknya. Kalimatnya mendalam, entah dia sitir darimana.  Menurut saya Lebaran tahun ini adalah lebaran paling berkesan untuk saya. Berkesan karena beberapa catatan, rasa sedih sekaligus kesan mendalam karena tahun ini saya dibuat lebih banyak merenung tentang kedalaman ramadan dan Idul Fitri. 

Begitulah. Saya kira teman-teman pasti punya pendapat dan pengalaman  sendiri tentang pengalaman paling berkesan saat lebaran kan. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H bagi saya dan kawan-kawan yang merayakan. Selamat Idul Fitri juga untuk para admin Kompasiana. Maaf, suka saya tanya ini itu soal even di WAG Kompal, hehe. 

Alhamdulillah, tuntas saya meramaikan event menulis nonstop tiap hari Samber THR Kompasiana. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kebaikan senantiasa bersama kita semua.

Taqaballahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima amal kita seluruhnya. Semoga kebaikan tercurah bagi kita semua.

Salam ketupat Gulai Malbi dan Anam. Kompasiana. Salam Kompal selalu..

Sumber Foto : Dokpri
Sumber Foto : Dokpri
Sumber Foto : Dok.Kompal
Sumber Foto : Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun