Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Bamset, Kompasianer Pahlawan SJW Sejati Hari ini

11 November 2019   11:53 Diperbarui: 11 November 2019   12:07 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu setiap kali mendengar SJW, pikiran dan telinga saya selalu beda frekwensi alias gak nyambung. Setiap kali mendengar atau membaca kata  "SJW" di twitter dan lain sebagainya, ingatan saya langsung hinggap ke "Sakit Jiwa", apalah coba!? Kan jauh panggang dari api.

Tapi itu dulu. Lama-lama saya kompromi juga. Saya mulai mencari tau apa itu mahluk yang disebut SJW.  Rupanya ya... barang lama, istilah baru. Kawan-kawan yang bergelut pada masalah kemanusiaan dan concern disana sekarang dilabeli  Sosial Justice Warrior (Pembela Keadilan sosial) disingkat SJW. SJW 4.0, ya SJW yang berada pada masa industrial 4.0, masa kini. Orang-orang yang perduli pada kelompok marginal, terpinggirkan dan kurang beruntung.

Dan istilah SJW sendiri kadang tidak disukai oleh orang yang melakukan aktivitas sosial tersebut. Katanya karena konotasi SJW itu agak negatif. Tidak lagi dimaksudkan sebagai orang/kelompok orang pembela keadilan bagi kelompok marginal dan terpinggirkan tadi. Tapi lebih kepada orang yang dianggap sok-sokan peduli. Peduli ecek-ecek karena ada kepentingan, katanya.  Ketika di dunia sosmed orang-orang pembela ketidak adilan tersebut dijuluki SJW, ini menimbulkan ketidaknyamanan. Sebagian katanya menggerutu, ketika perduli kita langsung dijuluki SJW.

Buat saya pribadi, ya para aktivis haruslah tetap concern pada aktivitasnya. Concern pada niat suci. Perduli karena niat baik ingin menegakkan keadilan bagi orang/kelompok oarng yang termarginalkan tersebut. Soal konotasi negatif orang, ya tepiskan saja.  

Lain halnya ketika aktivis memang ada kepentingan pribadi. Misal memuaskan kepentingan pihak donor. Pokoknya hajar bleh membela pihak yang bayar (kata sebagian teman-teman saya) dan abai pada kehati-hatian dan sikap bijak yang sejatinya harusnya juga menjadi pertimbangan.  

Misal menampilkan ketidak adilan yang dilihatnya pada suatu kawasan konflik tanpa unsur kehati-hatian dan filter, tanpa cover both side kedua belah pihak yang bertentangan. Tak sependapat, langsung main blokir, wew. Dialah yang maha benar dengan segala cuitannya. Jika seperti itu, ya saya kira wajar akhirnya SJW itu punya konotasi negatif. 

Jika istilah SJW kita kembalikan ke khittahnya, maka siapakah SJW 4.0 sejati kita hari ini ? Kita, maksudnya bagi kawan-kawan Kompasianer. Jawabannya bermacam-macam. Bagi saya pribadi kalau di Kompasiana, ya pak Bamset alias Bambang Setyawan. Pak Bamset Best Citizen Journalis and People Choice di Kompasiana Tahun 2016. 

Pak Bamset yang sekarang menjauh dari hiruk pikuk  tapi tetap eksis membantu sesama di kawasan beliau tinggal. Orang tua jompo yang ditinggalkan sanak saudaranya. Nenek-nenek yang hidup sendiri di rumah tidak layak. Perawan tua  nestapa dan melarat yang ditinggalkan keluarganya. Embah-embah sepuh, tuli, melarat dan pikun dia bedah rumahnya mengajak beberapa orang yang perduli di sekitarnya.

  

Sumber Foto: Dok.FB Bamset
Sumber Foto: Dok.FB Bamset
Sumber Foto: Dok.FB Bamset
Sumber Foto: Dok.FB Bamset
Sumber Foto: Dok.FB Bamset
Sumber Foto: Dok.FB Bamset
Di dunia sekitar kita tinggal, saya kira juga ada SJW sejati. Mereka yang ketika melihat nenek-nenek nyasar dia bantu sepenuh hati agak pulang ke rumah. Mereka yang membantu dan membela sesama tanpa pamrih dan bayaran. Para pengacara probono yang membantu memenangkan kasus sengketa tanah wong cilik yang berhadapan dengan cukong tuan tanah alias horang kayah. Di Palembang ada loh dokter yang sangat perduli pada wong cilik, sering tidak menarik bayaran. Bagi saya dia salah satu SJW sejati hari ini.

Begitulah. Pahlawan SJW 4.0 hari ini adalah kamu juga. Kamu yang peduli pada sesama, tidak sekadar di dunia sosmed, utamanya di dunia nyata sekitar tempat tinggalmu. Perkara konotasi negatif, ah jangan ambil pusing. Semua kembali kepada niat dan cara yang baik. 

Salam Kompasiana. Salam Kompal Selalu.  

Sumber Foto: Dok.Kompal
Sumber Foto: Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun