Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Di Antara Liziqi dan Kaum "Mager"

6 November 2019   15:50 Diperbarui: 7 November 2019   09:42 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tau siapa Liziqi gaes? kalau ada yang belum tau boleh cari atau klik link berikut sekelumit tentang Liziqi. Yup Liziqi si food blogger sekaligus youtuber berusia 29 tahun berasal dari Mianyang, Provinsi Sichuan, China. Dia ahli memasak  tradisional kesukaan saya.

Sejatinya memasak itu menyenangkan dan tentu saja menyehatkan. Menyehatkan bagi kantong dan menyehatkan bagi tubuh kita. Alasannya antara lain, karena dengan memasak sendiri kita tau apa dan bagaimana cara kita memasak. Tetapi, di sisi lain  beberapa alasan seperti kesibukan membuat kita sering tidak sempat memasak sendiri. Lebih sering beli. Sayapun begitu.

Sementara itu ... entah sebab alasan apa, akhir-akhir ini saya jadi sering melihat channel youtube Liziqi. Saya terkesima. Sering saya tonton dari hp jadul saya diantara rasa lelah dan sayup-sayup mata menjelang tidur. 

Betapa Liziqi begitu teguh dengan aksinya memasak. Memasak setiap hari. Memasak tidak sembarang memasak tapi memasak dengan cara khas yang dia punya, teknik memasak  resep tradisional warisan keluarga. 

Liziqi memasak dari bahan alami yang konon dia tanam sendiri. Cara memasak unik ala kampung halamannya, sebagian menyebutnya memasak ala oriental putri kerajaan pada masa dinasti  Han. 

Liziqi  yang di laman youtubenya sering memasak mengenakan pakaian khas perempuan china masa dinasty Han zaman dahulu. Cara memasak yang begitu otentik dan suasana pedesaan yang begitu alami.



Sejujurnya menonton youtube memasak ala Liziqi begitu membuat saya takjub. Betapa tidak, perempuan muda yang masih bisa dikelompokkan sebagai kaum milenial itu begitu teguh memasak dengan konsep unik, otentik. Sementara kaum milenial lain sibuk dengan gadget. 

Sangat jarang kaum muda  jarang sempat memasak, apalagi kaum muda yang hoby memasak. Jangankan kaum milenial, wong saya yang menjelang tua ini saja sering bingits tiba-tiba merasa tak punya waktu dan tak punya tenaga untuk masak. Boleh dibilang kita agak malas kalau tak bisa disebut enggan memasak.

Para milenial dan bahkan saya yang kadang agak malas memasak itu kini terserang syndrome "Mager". Malas bergerak. He, mager yang digadang-gadang jadi trend kaum milenial. Apalagi beberapa flatform komersial memang tagline jualannya adalah "Mager" tadi. Sebut saja G*food, gr*bfood, dll. Mager yang begitu mewabah.

Apa hubungannya Liziqi dan  kaum mager ini ? ya adalah. Sama-sama terkait pada pilihan cara memenuhi kebutuhan kita akan asupan makanan. Liziqi eksis memasak sendiri dengan gaya dan caranya. Kaum mager dengan caranya. Bedanya, Liziqi mendapat banyak masukkan fulus dari channel youtubenya. 

Konon namanya sudah mulai diperhitungkan di negerinya bahkan dunia. Liziqi kini memiliki Online shop dengan namanya sendiri. Sedang kaum mager, malah tiap hari keluar fulus ekstra untuk membeli dengan alasan mager tadi. Membeli makanan dengan dengan menggunakan jasa transpotasi online itu tentu saja malah uang keluar. Belum tentu sehat pula.

Selanjutnya, ya saya cuma mau bilang tidak ada yang salah dengan mager. Lah buktinya tagline mager itu telah menghidupi sekian ratus bahkan ribu driver ojol dan aneka warung dan cafe bahkan resto. 

Saya mau bilang lagi, mager sih mager tapi jangan keasyikan. Sesekali tirulah Liziqi meski tidak plek sebab tak mungkin kita semua harus tinggal di pedesaan dan memasak bahan hasil tanaman sendiri. Sesekali memasaklah. Masak sendiri itu lebih sehat, apalagi kalau kita tau komposisi dan sifat bahan makanan yang kita masak. 

Jangan takut dengan dapur dan jangan anti dengan memasak. Memasak itu keren. Bahkan keahlian memasak bisa jadi sumber penghidupan. Contoh nyata begitu banyak di sekitar kita, tak hanya Liziqi. Ada nama baru Dianxi Xiaoge. Bahkan di tanah air saya liat ada juga yang serius menekuni dunia chef meski tidak dengan gaya oriental, alami dan pedesaan macam Liziqi dan Dianxi.  

Di antara Liziqi dan Kaum Mager, ada makanan. Ditengah ramainya tagline mager itu, entah kenapa saya bolak-balik terdampar di channelnya (wew lebaymu elly). Ya, tentu saja saya tertambat disana, sebab melihat tayangan youtube memasak di suasana pedesaan, mengambil bahan dari kebun sendiri, seperti mengingatkan saya bahwa suasana seperti inilah sesungguhnya impian saya. Sebuah impian tinggal di rumah tradisional mungil berhalaman luas, suasana pedesaan. Susah digapai, mungkin setelah saya pensiun.

Bagi saya Liziqi sesungguhnya sedang mencoba menghimbau kepada kaum mager agar memperhatikan konsep bahwa manusia harusnya paham bagaimana proses makanan lezat dan sehat itu dibuat. Bahwa tradisi memasak masakan tradional itu harus diteruskan. Bahwa proses memasaknya itu keren. 

Diantara Liziqi dan Kaum Mager, harusnya ada kita yang sesekali menjadi Liziqi  yang memasak dengan citarasa dan seni yang otentik (meski ya gak perlu plek)  dan sesekali menjadi Kaum Mager ketika sikon mau tidak mau mengharuskan kita pesan makanan lewat ojol ajah.

Diantara Liziqi dan Kaum Mager, Kita dimana?  Jawabannya berpulang pada pilihan masing-masing.  

Salam Liziqi dan Kaum Mager. Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu. 

Sumber Foto: Dok.Kompal
Sumber Foto: Dok.Kompal

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun