Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Di Antara Liziqi dan Kaum "Mager"

6 November 2019   15:50 Diperbarui: 7 November 2019   09:42 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dok.Kompal

Konon namanya sudah mulai diperhitungkan di negerinya bahkan dunia. Liziqi kini memiliki Online shop dengan namanya sendiri. Sedang kaum mager, malah tiap hari keluar fulus ekstra untuk membeli dengan alasan mager tadi. Membeli makanan dengan dengan menggunakan jasa transpotasi online itu tentu saja malah uang keluar. Belum tentu sehat pula.

Selanjutnya, ya saya cuma mau bilang tidak ada yang salah dengan mager. Lah buktinya tagline mager itu telah menghidupi sekian ratus bahkan ribu driver ojol dan aneka warung dan cafe bahkan resto. 

Saya mau bilang lagi, mager sih mager tapi jangan keasyikan. Sesekali tirulah Liziqi meski tidak plek sebab tak mungkin kita semua harus tinggal di pedesaan dan memasak bahan hasil tanaman sendiri. Sesekali memasaklah. Masak sendiri itu lebih sehat, apalagi kalau kita tau komposisi dan sifat bahan makanan yang kita masak. 

Jangan takut dengan dapur dan jangan anti dengan memasak. Memasak itu keren. Bahkan keahlian memasak bisa jadi sumber penghidupan. Contoh nyata begitu banyak di sekitar kita, tak hanya Liziqi. Ada nama baru Dianxi Xiaoge. Bahkan di tanah air saya liat ada juga yang serius menekuni dunia chef meski tidak dengan gaya oriental, alami dan pedesaan macam Liziqi dan Dianxi.  

Di antara Liziqi dan Kaum Mager, ada makanan. Ditengah ramainya tagline mager itu, entah kenapa saya bolak-balik terdampar di channelnya (wew lebaymu elly). Ya, tentu saja saya tertambat disana, sebab melihat tayangan youtube memasak di suasana pedesaan, mengambil bahan dari kebun sendiri, seperti mengingatkan saya bahwa suasana seperti inilah sesungguhnya impian saya. Sebuah impian tinggal di rumah tradisional mungil berhalaman luas, suasana pedesaan. Susah digapai, mungkin setelah saya pensiun.

Bagi saya Liziqi sesungguhnya sedang mencoba menghimbau kepada kaum mager agar memperhatikan konsep bahwa manusia harusnya paham bagaimana proses makanan lezat dan sehat itu dibuat. Bahwa tradisi memasak masakan tradional itu harus diteruskan. Bahwa proses memasaknya itu keren. 

Diantara Liziqi dan Kaum Mager, harusnya ada kita yang sesekali menjadi Liziqi  yang memasak dengan citarasa dan seni yang otentik (meski ya gak perlu plek)  dan sesekali menjadi Kaum Mager ketika sikon mau tidak mau mengharuskan kita pesan makanan lewat ojol ajah.

Diantara Liziqi dan Kaum Mager, Kita dimana?  Jawabannya berpulang pada pilihan masing-masing.  

Salam Liziqi dan Kaum Mager. Salam Kompasiana. Salam Kompal selalu. 

Sumber Foto: Dok.Kompal
Sumber Foto: Dok.Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun