Salah satu kekhususan pengembangan pariwisata di Sumatera Selatan, khususnya Kota Palembang itu bagi saya adalah wisata religi, selain wisata budaya dan wisata kuliner. Sebagai pusat perdagangan yang sekaligus menjadi salah satu tempat masuknya pengembangan Agama Islam oleh para saudagar Arab. Palembang juga menjadi kawasan pengembangan Agama Budha  oleh Saudagar Cina di masa lampau.Â
Tak heran jika Palembang kini menjadi salah satu tempat wisata Religi yang lumayan pesat di Indonesia. Bagi kawan-kawan yang beragama Budha, disini ada Pulau Kemarau. Ada Vihara atau klenteng  tua di Pulau Kemarau yang pada saat Cap Go Meh Pulau Kemarau dipenuhi oleh peziarah keturunan Tionghoa dari berbagai penjuru dunia. Sedangkan bagi kawan-kawan yang Muslim, ada banyak wisata Religi Muslim yang juga berkembang pesat di palembang. Saya sebut 2 saja, Kampung Arab Al Munawar dan Wisata Bayit Al Qur'an Akbar di Kawasan Gandus, Palembang.Â
Dua destinasi terakhir yang saya sebut di atas adalah rekomendasi bagi Kompasianer yang ingin Wisata Religi ke Palembang. Â Apalagi sore-sore ngabuburit disana saat Bulan Mulia, Bulan Ramadan ini. Hem, rasanya semaquin syahdu dan menyentuh jiwa.Â
Destinasi-destinasi ini sudah sering saya tulis dan rekomendasikan gaes. Baik di kolom /blog pribadi saya www.ellysuryani.com dan youtube. Sekali ini saya perlulah saya rekomendasikan di Kompasiana. Sebagai kompasianer, masa iya gak memaksimalkan kanal ini, kualat nanti, hehe.Gimana-gimana, mau tau lebih banyak tentang 2 destinasi itu? Banget...? Nah lanjut baca gaes...
Kampung Arab Al Munawar
Desitinasi satu ini letaknya di tepi Sungai Musi, masuk dalam Kelurahan 13 Ulu Palembang. Sebuah kampung tua tempat bermukim para Saudagar Arab pertama datang ke Palembang. Terdapat 8 (delapan) rumah yang usianya sudah lebih 250 tahun. Budaya dan tradisi Islam muncul begitu kuat di Kampung ini. Saya masih ingat sholat Johor di Musholla tepi Sungai Musinya. Anak-anak yang mengaji.Â
Kenapa namanya Kampung Arab Al Munawar. Konon berasal dari nama Ahmad Al Munawar (Munawar, nama Fam/marga keluarga Arab) tokoh pemimpin di Kampung itu pada masa Belanda dan menjadi tokoh yang  dianggap mewakili warga Kampung itu oleh Belanda. Karena jasanya Ahmad Al Munawar diberi pangkat Kapten dan meninggal dunia pada tahun 1970.
Rumah-rumah tua sebanyak 8 dari 17 rumah di kampung Arab kini masuk dalam cagar Budaya Nasional. Rumah tua tersebut bisa awet ratusan tahun, katanya karena bahan rumah itu adalah bahan pilihan. Uniknya, keaslian rumah-rumah di kampung Arab Al Munawar tetap dipertahankan. Pada beberapa tahun belakang dilakukan renovasi rumah-rumah tua di kampung Arab oleh Pemerintah provinsi Sumatera Selatan. Renovasi lebih kepada pengecatan ulang dengan  warna cat dan beberapa kerusakan, penanganan sampah dan air. Bentuk asli rumah tuan tersebut tidak berubah. Â
Datang ke Kampung Al Munawar saat Ramadhan, wah oke punya itu. Teman-teman bisa melihat suasana dan aura religi di kampung ini. Sekaligus melihat sejarah dan budaya Islam di Kampung ini. Mau melihat kuliner mereka, apalagi kalau pas menjelang buka puasa. Bisa sekaligus membeli aneka pempek dan kue khas Kampung Arab seperti Kue Ka'ak, beli kopinya dan lain-lain. Mau buka puasa dengan Nasi minyak (Briyani)..? dengan cara makan hidangan bersama yag disebut Munggah, wah keren ini. Kalau mau pesan makan nasi briyani ala Munggahan ini harus jauh hari, karena mereka perlu persiapan membeli bahan dan memasaknya. Â
Cara ke Kampung Arab, bisa lewat Sungai Musi dengan ketek dari Benteng Kuto Besak. Bisa pula jalur darat via Plaju. Â
Sayangnya, tahun ini katanya Kampung Arab tidak buka di bulan puasa, too bad gaes. Alasannya karena warga yang terdiri dari kaum tua yang bersahaja itu, ingin khusuk menjalankan ibadah puasa di Bulan ramadan. Begitu alasan yang saya dengar. Mungkin Bulan puasa tahun depan, kebijakan berubah. Yang sabar ya gaes. Berdoa saja Bulan Puasa Tahun depan kalian bisa kesana. Atau gak sabaran musti tahun ini juga, ya tunggulah setelah lebaran.