Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Regenerasi Petani, Sebuah Langkah yang Harus Segera Dimulai Menuju Pertanian Indonesia Maju

1 Mei 2019   12:42 Diperbarui: 1 Mei 2019   12:49 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dok.Kompal

Dia menghilang
15 tahun lamanya.
Orangtuanya di Langsa
memintanya pulang.
IPB memanggilnya
untuk merampungkan studinya,
tapi semua
sia-sia.

Dia di Waimital jadi petani
Dia menyemai benih padi
Orang-orang menyemai benih padi
Dia membenamkan pupuk di bumi
Orang-orang membenamkan pupuk di bumi
Dia menggariskan strategi irigasi
Orang-orang menggali tali air irigasi
Dia menakar klimatologi hujan
Orang-orang menampung curah hujan
Dia membesarkan anak cengkeh
Orang kampung panen raya kebun cengkeh
Dia mengukur cuaca musim kemarau
Orang-orang jadi waspada makna bencana kemarau
Dia meransum gizi sapi Bali
Orang-orang menggemukkan sapi Bali
Dia memasang fondasi tiang lokal sekolah
Orang-orang memasang dinding dan atapnya
Dia mengukir alfabet dan mengamplas angka-angka
Anak desa jadi membaca dan menyerap matematika
Dia merobohkan kolom gaji dan karir birokrasi

Siang berangin ini, izinkan saya menulis tentang pertanian. Ya pertanian yang kita ketahui bersama adalah sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Hal yang membuat Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris.  

Berdasarkan Berita Resmi Statistik Agustus 2018, ada sekitar 28,79 persen penduduk Indonesia dengan lapangan pekerjaan utama di sektor Pertanian dalam arti luas (Pertanian, kehutanan dan perikananan). Menurut Survey Pertanian Antar Sensus  Tahun 2018, ada 33.487.806 penduduk berprofesi sebagai petani. Pada Tahun 2018 juga terjadi penurunan lapangan usaha pertanian sebesar 0,89 poin. Ya beberapa tahun belakangan ini, lapangan usaha pertanian semakin menurun peminatnya. Di Sumatera Selatan lapangan usaha pertanian Tahun 2018 menurun sebesar 1,68 persen dibandingkan Tahun 2017. Hampir kebanyakan kawasan lain  di indonesia mengalami hal yang sama. 

Fakta di lapangan  menunjukkan bahwa sektor pertanian juga sektor yang paling sepi peminat dari kalangan muda. Para petani kita saat ini adalah angkatan kerja usia mendekati tua, melewati usia produktif. Sisanya adalah sedikit kaum muda yang kalah berkompetisi mendapat perkerjaan lain yang dianggap idaman sehingga terpaksa menjadi petani asal jadi. Pertanian adalah sebuah sektor yang tidak disukai kaum muda sebab dianggap berat, kotor dan jauh dari kata "keren", katanya. Maka dunia pertanian kita menjadi sektor yang semakin sepi sebab ditinggalkan kaum muda. 

Tak ada jalan untuk menyongsong pertanian maju kita selain dengan melakukan Regenerasi Petani. Sebab di tangan pemudalah harapan itu diletakkan. Jika tidak ada generasi muda yang mau menjadi petani, maka siapa yang akan melanjutkan pertanian kita? Dengan bahasa yang lain, siapa yang akan menghasilkan produk pertanian kita?

Ada beberapa kisah heroik dan membanggakan tentang pemuda yang terjun pada dunia pertanian dan menjadi petani. Pikiran saya berkelebat pada sosok alm. Kasim Arifin. Tak banyak yang tau siapa beliau, kecuali sebagian kecil yang sempat membaca kisah heroiknya di Wai Mital, Pulau Seram. Bagaimana  Kasim Arifin yang ketika itu masih menjadi Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) terjun menjadi pendamping dan sahabat petani pada proyek  pengabdian Mahasiswa yang sekarang menjadi Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk mengenalkan Teknologi baru Panca Usaha Tani. Kasim Arifin mahasiswa IPB yang  berKKN nyaris selama 15 tahun demi cintanya dan baktinya ia kepada dunia petani dan pertanian. 

Bait bait prolog di atas adalah penggalan puisi dari Sastrawan Taufik Ismail untuk Kasim Arifin, mahasiswa IPB yang saat itu telah 15 tahun meninggalkan kampusnya menjadi petani di Wai Mital, sebuah kawasan Transmigrasi di Pulau Seram. Puisi yang dibacakan Taufik ismail pada hari wisuda IPB pada tanggal 22 September  1979. Kasim Arifin yang akhirnya memenuhi panggilan almamaternya untuk di wisuda dengan gelar "Insinyur Pertanian istimewa". 

Perjuangan Muhammad Kasim Arifin mampu merubah kawasan tandus menjadi ratusan hektar kawasan pertanian yang subur dan hijau. Dia mengajarkan bagaimana bertani yang benar. Dia mengajarkan irigasi sehingga desa tak lagi tandus dan kering. Bahkan dia mengajar anak-anak petani membaca dan menulis. Kasim Arifin yang menjadi petani dan pendamping petani di Wai Mital.

Selain kisah Kasim Arifin, ada pula Bagas Suratman yang pada usia 29 tahun, delapan tahun lalu, banting setir menjadi petani di lahan tidur yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Bandara Soekarno Hatta. Bagas yang telah malang melintang melakoni banyak profesi hingga tersadar bahwa pertanian adalah sektor yang layak dicoba.   

Bagas yang meski bukan tamatan Fakultas Pertanian jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, atau agribisnis, ia paham bahwa untuk mendapatkan keuntungan dan menjaga  kelangsungan usaha pertanian yang dikelolalnya haruslah dimulai dari pasar. Komoditi apa yang dibutuhkan pasar, itulah yang dia tanam. Bagas tau bahwa mata rantai pemasaran yang panjang harus dia potong untuk mendapatkan keuntungan yang lebih memadai. Bagas yang memanfaatkan lahan tidur di sekitar Bandara Soekarno Hatta menjadi lahan pertanian yang produktif. Bagas yang aktif mengajak pemuda Desa Teluk Naga dan sekitarnya untuk bersamanya menggeluti pertaniannya. Kalau yang muda tidak mau bertani, siapa yang akan meneruskan pertanian kita ? Jangan takut menjadi petani, begitu kata Bagas.

Contoh lain lagi tentang anak muda yang penuh kesadaran tertarik pada petani dan berani terjun menjadi petani dengan bangga.  Ada Miftahul Huda dari Banjarnegara, Jawa Tengah, lulusan IPB yang sejak SMP bercita-cita menjadi petani. Miftah  berani pulang ke desa menjadi petani, bukan sembarang petani tetapi petani sukses. Miftah yang berhasil membuktikan bahwa petani adalah profesi yang layak dan menjanjikan.  

 


Masih ada satu contoh lagi, dialah Kompasianer kebanggaan kami, Syamsul Asyinar Radjam. Pada Tahun 2007 Syam pemuda kurus dan gondrong kelahiran Prabumulih, Sumatera Selatan yang jago menulis itu  yang mulai bertani di Cijapun, Sukabumi, Jawa Barat. Syam yang memang akktivis lingkungan dan jago menulis itu paham bagaimana pertanian ramah lingkungan dan paham masalah petani yang didampinginya. Syam memiliki tekad dan cita-cita besar untuk memajukan petani. Syam mulai mendampingi petani di Cijapun Jawa barat. Saat ini, sejak Tahun 2018  Syam pulang kampung ke Prabumulih  bersama Istri membuat mengembangkan INAgri dan membuat sebuah Usaha dinamai Prabufresh mereka di Prabumulih yang bergerak bersama petani lain menyediakan sayuran dan bahan pertanian fresh untuk dikonsumsi masyarakat. Sebuah Pertanian Ekologis yang selain aman secara lingkungan juga menjanjikan. 

Sumber Foto: FB Syamsul Asyinar Radjam
Sumber Foto: FB Syamsul Asyinar Radjam
Begitulah kisah heroik beberapa tokoh Petani Muda di indonesia menurut saya. Dibalik kisah mereka, sesungguhnya bisa kita ambil kesimpulan bahwa ditengah langkanya pemuda yang menjadi petani, kita masih memiliki harapan. Harapan itu yang harus kita pupuk dan kita kembangkan. Siapapun bisa menjadi Petani, menjadi tokoh pemuda tani, asal memiliki niat kuat, keuletan dan kerja cerdas.

Jika Pemerintah telah melakukan beberapa pendekatan dalam rangka melaksanakan Regenerasi Petani, saya kira yang tidak kalah penting adalah bagaimana sumbangan kita masyarakat umum terhadap upaya regenerasi petani ini. 

Pertanian kita jelas membutuhkan petani. Petani diperlukan untuk memberi makan sekitar 267  juta penduduk Indonesia. Jika Anak muda tak mau lagi menjadi petani, lalu siapa yang nanti akan menjadi petani di masa depan? 

Dimanakah sumbangsih banyak fakultas pertanian yang setiap tahun menelurkan sekian ratus tamatan dahulu dengan gelar Insinyur Pertanian, sekarang Sarjana Pertanian ? Banyak. Tujuan utamanya adalah tamatan Fakultas pertanian akan menjadi bagian dari pasukan Pembangunan Pertanian yang sebetulnya tujuan akhirnya adalah kesejahteraan petani. Menjadi bagian dari Pembangunan Pertanian itu luas Ferguso, he. Bisa dengan menjadi aparatur Sipil Negara yang memberi pendampingan bagi penyuluh dan petani. Bisa menjadi bagian dari perencanaan pembangunan pertanian. Aparatur Penelitian dan pengembangan pertanian. Menjadi pegawai di perusahaan yang bergerak pada sektor pertanian dalam arti luas (pertanian pangan, peternakan, perikananan, perkebunan). Bisa juga menjadi sahabat pedamping petani, menjadi wirusaha pertanian itu sendiri atau yang disebut petani.

Tetapi jika tujuan utama pembangunan pertanian tujuan utama  kesejahteraan petani salah satunya adalah Nilai Tukar petani belum mensejahterakan petani, masih tingginya angka kemiskinan pada lapangan usaha pertanian, maka inilah cambuk  untuk fakultas pertanian kita. Dampaknya, akan semakin banyak pemuda enggan menjadi petani.

Minimnya minat Pemuda menjadi petani sebetulnya adalah kesalahan kita semua. Ketika kita tidak menghargai petani, maka siapa yang mau menjadi petani. Ketika pertanian itu dianggap memiliki resiko besar, sulit mendapat bantuan modal, maka siapa yang akan menjadi petani. Ketika profesi petani begitu rentan untuk dikibuli, tengkulak memerangkap, membeli dengan harga tidak wajar lalu dijual lagi dengan harga tinggi, siapa yang mau menjadi petani? 

Bagi saya ada 3 hal mendasar yang perlu kita lakukan dalam rangka mendukung gerakan regenerasi petani.

  1. Pertama adakah setiap kita harus menganggap profesi petani sebagai profesi yang selain mulia juga menjanjikan dan keren. Jika tidak, maka anak muda akan malas menjadi petani sebab lingkungannya menganggap profesi petani itu rendah. Konsekwensi yang lain, ya harus menghargai produk pertanian kita. Contoh kongkrit,  tidak usah njlimet  menawar seikat kangkung. Itu adalah salah satu bentuk menghargai usaha petani.
  2. Setiap orang harus ikut mensosialisasikan program regenerasi petani. Jangan segan untuk meminta handai tolan, terutama yang terkait pertanian untuk tidak ragu menjadi petani. Untuk menjadi petani tidak harus tamatan Fakultas Pertanian. Semua orang bisa menjadi petani asal mau belajar, gigih dan tekun. Belajar dari perkembangan zaman. Belajar dari petani yang berhasil untuk mencontoh kiat keberhasilannya. Belajar dari petani yang gagal untuk melihat apa hal yang harus dihindari, dan lain sebagainya.  
  3. Hargai dan beri kemudahan jika teman, saudara, anak dan ingin menjadi petani. Jangan halangi , jika anak, adik atau teman ingin masuk sekolah pertanian. Sebaliknya, bantu mereka. Apalagi jika setamat sekolah mereka ingin menjadi petani, tunjukkan antusias dan dukungan kita. Kalau ada keluarga anda pedagang antara, atau nyaris tengkulak maka katakan berhenti mencekik leher petani. Petani itu sumber kehidupan manusia, layak kalian hargai dan lindungi. Apalagi yang menjadi pegawai di sektor pertanian, harus bersungguh-sungguh membantu petani.

Demikian kawan. Tak ada cara menyelamatkan keberlanjutan Pertanian Indonesia selain mulai melakukan Regenerasi Petani. Kita semua harus melihatnya dengan pikiran terbuka. Kita semua harus mulai mendukung upaya regenerasi petani dengan cara mulai menghargai profesi petani. Salam Tani.

Sumber Foto: Dok.Kompal
Sumber Foto: Dok.Kompal
 Sumber :

1. Berita Statistik Tahun 2018, Agustus 2018, BPS Indonesia

2. Berita Resmi Statistik Nomor Agustus  Tahun 2018, BPS Sumatera Selatan

2. Survey Pertanian Antar Sensus  Tahun 2010

3. Syair Taufik Ismail tentang sahabatnya Kasim Arifin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun