Nah peran perempuan dalam kelestarian hutan dan lingkungan, menurut saya salah satunya adalah pelibatan mereka pada ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. Tidak saja perempuan sebagai pelaku ekonomi kreatif, juga perempuan sebagai konsumen produk yang ramah lingkungan tersebut.Â
Bicara soal eco product, saya tak bosan-bosannya kampanye ini kapan saja. Sebab Perempuan itu paling rentan jika terpapar residu dan kontaminasi pollutant terkait siklus kehidupan seperti kehamilan, perawatan bayi, balita dan keluarga.Â
Perempuan harus berani dan mulai menggunakan product yang eco friendly. Di sisi lain, perempuan juga harus mulai mengkampanyekan product ekonomi kreatif yang eco friendly.Â
Banyak juga kita kenal perempuan yang mulai berkecimpung di produk yang eco friendly. Di sekitar saya tinggal di Kota Palembang yang terkenal dengan sentra songket serta kain Jumputan Palembang, sudah mulai ada yang kembali pada pembuatan Jumputan Palembang menggunakan bahan alam dan pewarna dari alam seperti gambir, tawas, jelawe, dahan dan daun-daunan pepohonan. Seperti zaman dahulu, orang menggunakan bahan-bahan alam sebagai kain dan pewarna kain.
Ada Gambo Muba yang digerakkan oleh mba Thia Yufada mewadahi perempuan pengrajin Jumputan di kabupaten Musi Banyuasin. Selanjutnya, ada mba Anggi yang dulu adalah salah satu tutor di Gambo (artinya gambir) Muba, dengan Galeri Wong Kito yang produk khususnya adalah jumputan Palembang dengan bahan dan pewarna alam.Â
Begitulah. Perempuan dengan eco product lain tentu saja masih banyak. Paling tidak saya ikut senang bahwa di sekitar saya ada beberapa perempuan concern pada pengembangan eco friendly product yang memproduksi produk mereka dari bahan alami dan diproses secara alami pula. Tinggal kita bantu promosi dan gaungkan pengembangannya.ÂTidak kalah penting, tentu saja harus dimulai dari diri kita sendiri. Ayo cintai produk alami berbahan alam sebagai bagian dari pengelolaan menuju hutan lestari. Ya kenapa tidak, selain aman, nyaman, otentik, juga menopang pelestarian lingkungan.