Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Ibu, Adakah Cinta Telah Menggenapkan Kita?

22 Desember 2018   13:32 Diperbarui: 23 Desember 2018   12:37 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebatang pohon di halaman dahannya meliuk tertiup angin. Kadang meliuk ke kiri kadang ke kanan. Di dekat pohon itu, sekuntum mawar sedang mekar. Pada kelopaknya yang basah karena rintik hujan, ada rona indah yang entah kenapa seperti sedang mengucapkan sebuah kata. Kata-kata yang membentuk sebuah kalimat. Adakah cinta telah menggenapkan kita?

Ya, Cinta. Sepanjang hidup saya didera kata ini. Sebuah kata yang hanya terdiri dari lima huruf tapi maknanya menggelegar. Dahsyat. Dan tak hanya kepada saya, tapi kepada semua manusia. Sepanjang hidup manusia dinaungi kalimat ini. Sebab tak ada manusia yang bisa hidup tanpa cinta.

Cintalah penggerak pada hidup yang utuh seorang anak manusia. Tanpa cinta, hidupnya limbung. Kalaupun hidup, sebuah hidup yang kering. Sebagaimana keringnya sebatang pohon di tanah tandus.
 
Cinta itu manis, meski kata Pat Kay deritanya tiada akhir. Pada deritanya cinta, sesungguhnya itu terasa manis andai manusia tau hakekat sejatinya cinta. Katanya, hakekat cinta adalah mengihkhlaskan dan menyerahkan semuanya kepada Sang pencipta. Tentu saja setelah ikhtiar dan segala upaya pada kehidupan.

Cintalah yang menggenapkan rasa seorang Ibu kepada anak. Cintalah yang membuat seorang manusia mengejar pasangannya hingga hidupnya katanya terasa lengkap. Cintalah yang membuat manusia mengasihi sesamanya. Cintalah yang membuat dunia ini penuh kedamaian, andai manusia tau makna sejatinya cinta.

Cinta membuat manusia melihat hidup sebagai tugas mulia sang Khalik. Bahwa hidup adalah bagaimana manusia melaksanakan visi sebagai Mahluk yang menjalankan Rahmatan lil’alamin, menjadi rahmat bagi sekitarnya. Dengan visi itu manusia saling bertolong-tolongan. Saling menjaga dan saling menguatkan kepada sesama manusia.

Jika ada yang memandang hidup hanya indah sebagai fiksi tapi berbahaya sebagai fakta, inilah ciri hidup yang kering, hidup yang tanpa makna, tanpa cinta.  

Adakah cinta Mahluk yang sangat besar kepada sesama mahluk? Tentu saja ada, cinta  Ibu kepada anaknya. Cinta yang tak terperi dan tak bertepi kepada anaknya, kepada keluarganya. Cinta yang sepanjang hayat, yang karena besarnya cinta itu maka kita sebagai anak wajib menjaga dan menyayangi ibu kita, baik selagi beliau hidup ataupun setelah dia tiada.  

Apakah cinta yang sebenarnya cinta telah menggenapkan manusia ? Membuatnya menyayangi dan menghargai perempuan? Seharusnya iya, jika manusia tersebut paham makna cinta. Cinta yang utuh. Sayangnya hal tersebut belum sepenuhnya terlaksana.  

Berdasarkan data Survey Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN)  BPS Tahun 2016 yang dipublikasikan Tahun 2017, belum semua perempuan Indonesia dihargai dan dilindungi harkatnya sebagai manusia. Prevalensi kekerasan fisik dan/atau seksual perempuan menurut latar belakang pendidikan dan status bekerja belum begitu baik angkanya. Masih banyak perempuan yang merupakan seorang Ibu dan Calon Ibu belum terlindungi haknya sebagai manusia, bahkan mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual. 

Ternyata, semakin tinggi pendidikan perempuan, semakin tinggi kekerasan yang mereka alami. Prevalensi kekerasan fisik dan /atau seksual yang dialami perempuan pendidikan SMA ke atas sebesar 39,4%. Sedangkan perempuan berpendidikan SD dan SMP dan di bawahnya, sebesar 30,6% 

Barangkali sebuah penanda bahwa perempuan berpendidikan tinggi lebih tinggi benturannya dengan pola Partriakhi dimana superioritas laki-laki masih begitu mendominasi di negeri tercinta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun