Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita "Ngobar" Kompasiana, "Ini Cafe, Bukan Warteg, Bu"

6 September 2018   09:19 Diperbarui: 6 September 2018   10:14 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menembus macet jalanan sepulang kerja, akhirnya saya sampai juga di Cafe dalam kawasan Social Market  (Soma)yang sedang naik daun di Palembang ini. 

Ramai, pake bingits. Gaya hidup kaum urban yang sudah berubah. Sepulang kerja, orang tidak langsung pulang ke rumah tapi ngafe dulu. Anak-anak minta uang jajan tus-tusan ribu rupiah, ya untuk  kongkow-kongkow di cafe. Rupanya saya saja yang ketinggalan, tepatnya membebaskan diri untuk tak begitu terpengaruh gaya hidup "Ngafe" ini.  

Entah apa enaknya ngafe ? buat orang yang suka, ya pastilah enak. Kumpul-kumpul sama teman. Cerita-cerita seru. Foto-foto dan upload di sosial media. Sebab "Ngafe" memang sudah jadi gaya hidup. 

Ngafe itu, enak juga. Saya sesekali ngafe. Yang membedakan, saya lebih suka cafe yang suasananya agak sepi. Cafe yang bukan di kawasan mall. Entah cafe kecil pinggir jalan atau cafe di kantin kampus, cafe di kantin kantor.

Kenapa, selain harganya yang akrab dan hangat untuk kantong saya, juga karena saya suka suasananya. Maklum penggemar berat Naquib Mahfouz yang melahirkan karta top "Cafe Karnak" itu saya suka suasana cafe agak sepi. Sepi itu magis. Bisa memunculkan banyak inspirasi saat ngopi. Inspirasi dibalik kepulan asap kopi saat dia direguk. Bew. 

Nah sejak Bulan Agustus lalu, mas Kevin Dandelion, sengaja diplesetin, menghubungi Kompal bahwa belio akan silaturrahim tepatnya ngajak Kompal ngobrol santai. 

"Temanya apa mas?" tanya saya

"Ngobrol bareng (Ngobar) santai aja mba. Kalau Kompal punya rencana, monggo kita bicarakan"

Wah ini, kesempatan emas bisa ngobrol sama pejabat Kompasiana. Maka akhirnya dipilih tempat ngobrolnya di Cafe. Sebab saya tak ahli soal cafe, saya ikut pada kesepakatan Kompal jadinya di Soma, tepatnya di sebuah Cafe disana yang namanya terdengar di telinga saya sebagai toko kopi.

Wah semua antusias menyambut. Yang tadinya katanya mau ngopi santai malah tidak ada yang pesan kopi. Semua minuman kekinian, aneka jus dan milkshake dan lain sebagainya. Eh mas Kevin Es Mil* loh hahaha 😊

Tim Kompasiana memang sedang ada kerja di Palembang. Sekalian meet up dong. Tim Kompasiana yang hadir, Mas Kevin Kevinalegion (Manager Komunitas), Mas Dimas (Marcom Kompasiana) dan mba Dewi (Sales Kompasiana) sampai terpana melihat antusiasme Kompal. Pada jago ngerayu. Mulai ngerayu minta centang hijau, ngarep biru juga. 

Ada yang mengharap bisa lolos seleksi Blogger Academy Danone dsb. Tetap, kita juga membahas soal agenda Kompal. Apa saja agenda Kompal yang mau disundul, minta support bantuan dana dari Kompasiana, Kompasiana akan siap, kata Mas Kevin. Pastilah yang memenuhi syarat dong. Ngobrol juga soal pentingnya masuk di web comma Kompasiana untuk menjalin kerjasama dengan pihak ketiga. Seru.

Sumber: Dok.Pribadi
Sumber: Dok.Pribadi
Sumber:Kompal
Sumber:Kompal
Ketika tiba saatnya ramai pesan makanan, naluri saya sebagai mantan anak kos saat kuliah dulu, muncul begitu saja. Jadi sudah kebiasaan,  kalau saya makan di cafe, entah dibayarin atau bayar sendiri, saya menyeimbangkan antara makanan dan minuman.

Kalau kira-kira makanannya sudah mihil dan ber"efek" akan menyenyangkan, sebagai minumanya saya akan pesan teh tawar. Kenapa, selain kebiasaan menghemat juga untuk menghilangkan sebah. Makan berat, ya minumnya yang ringan dan bisa menawarkan lemak. Saya pesan teh tawar hangat. Pesanan yang juga diikuti bikcik Kartika dan satu lagi, lupa siapa.

Tunggu punya tunggu, pesanan teh tawar hangat itu tak kunjung tiba. Setelah ditanyakan beberapa kali, akhirnya tiba juga. Taraaaaaa..... 3 Gelas Teh Manis hangat. Apahhhhhh... ? Teh Manis hangat? Mba kan saya pesannya teh tawar hangat. Bikcik Kartika juga ikutan komplen.

Wah, siapa yang tadi menuliskan pesanan, Araako. Ara bilang, teh tawar hangat kok tadi ditulisnya. Si mbak waitress melihat lagi nota pesanan yang sudah mereka salin di selembar struck kertas. Teh manis kok bu disini tertulisnya, jawabnya.

Sumber:Dok.pribadi
Sumber:Dok.pribadi
Ah sudahlah. Suara-suara muncul di kepala saya. Salahmu sendiri. Mbok ya kalau di cafe jangan pesan teh tawar toh. Pastilah, si mba Waitress itu ngikik atau ngedumel dan bilang dalam hati, bu, ini cafe, bukan warteg. Wakakakakakak. 

Hahaha. Sengaja biar banyak yang senyum. Minum jus itu sudah gak keren buat saya. Salam kompak selalu. Salam Kompal. Salam Kompasiana. Salam Nusantara.

Sumber:Kompal
Sumber:Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun