Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bercintalah Kau Supaya Tidak "Njlimet"

27 Agustus 2018   16:41 Diperbarui: 10 Januari 2019   12:44 2354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syahdan, dulu sekali, saya pernah berinteraksi dengan orang yang njlimet. Situasi yang buat saya sangat tidak nyaman. Yupz, berinteraksi dengan orang njlimet--kata bakunya jelimet--buat saya adalah hal paling menyebalkan di dunia.

Tahu kan jelimet. Itu, mereka yang rumit dan rigid tidak pada tempatnya. Sesuatu yang sederhana, dibuat jadi sulit, kaku dan rumit. Apapun yang dikerjakan dibuat rumit, sangat detil dan kaku. Akibatnya, ah kalian bayangkan sendiri.

Berinteraksi dengan orang seperti itu, biasanya saya gunakan teknik mengalah, maha sabar, versi saya. Harus lembut ngomong, salah omong sedikit bisa bahaya. Harus siap melakukan projek dengan cara dia, jika tidak bisa bahaya.

Meski sudah sabar, menurut saya, tetap saja tak nyamanlah awak berinteraksi dengan dia.

Kenapakah orang bisa menjadi rumit dan jelimet? Tergantung banyak hal.

Jelimet itu tidak pandang usia, tidak pandang jenis kelamin. Jika biasanya, perempuan itu dianggap lebih njlimet dibanding laki-laki, menurut saya tidak. Malah saya lebih sering menemukan laki-laki yang jelimetnya audzubileh.

Sebab Jelimet seseorang yang audzubileh itu sudah jadi tabiat ketika berinterkasi dengan siapa saja, maka wajarlah jika pada suatu kesempatan munculah suara burung (entah jenis apa), bahwa si tokoh ngejelimet saya ini tingkahnya begitu, karena doi sudah lama puasa hubungan suami-istri alias bercinta. 

Puasa bercinta disebabkan doi mengidap penyakit. Penyakit yang membuat kemampuannya untuk melakukan hubungan suami-istri dengan pasangan menjadi berkurang. Sampai di situ saya bergumam, wew. 

Jika dugaan bahwa orang jelimet itu tanda-tanda jarang bercinta, apa iya?

Tapi apa iya tanda-tanda kurang bercinta itu menyebabkan seseorang menjadi jelimet? Jadi, browsing-lah eikeh.

Nah, mnenurut Tracey Cox (pakar seks), ada tujuh efek buruk orang yang jarang bercinta.

Empat di antaranya, menurut saya, memang menjadi pemicu orang untuk menjadi ngejelimet, yaitu:

  1. Kurang bercinta membuat orang jadi pemarah. Selesai bercinta mengakibatkan manusia mengeluarkan hormon bahagia. Pemarah membuat orang yang tadinya simple menjadi rumit. Mungkin bisa memicu orang untuk menjadi ngejlimet
  2. Kurang bercinta sering mengakibatkan kepala sering pusing. Ketika orgasme saat bercinta, maka manusia akan melepaskan oksitosin dan endofrin yang menyebabkan rasa puas dan bahagia. Kurang bercinta, maka hormon saat orgasme itu jarang keluar. Bisa jadi ini memicu orang yang tadinya berpikir sederhana menjadi njlimet jika sudah lama mengalami kurang bercintanya.
  3. Kurang bercinta membuat orang jadi bodoh. Para ilmuwan menemukan fakta bahwa aktivitas seksual bersama pasangan yang dicintai dapat mengasah kecerdasan dan meningkatkan memori. Bercinta bukan hanya baik bagi kesehatan fisik, juga baik untuk kesehatan mental. Jika mental menjadi down dan membodoh, menurut saya juga pemicu orang untuk menjadi njlimet dan rumit. Lah ngapain hal mudah dibuat rumit dan ngejlimet, kecuali orang yang bodoh.
  4. Kurang bercinta menurunkan kepercayaan diri. Turunnya kepercayaan diri bisa jadi membuat orang menjadi mudah uring-uringan. Hal yang lempeng jadi rumit karena sedang uring-uringan, menurut saya.

Nah dari uraian di atas, bisa jadi seseorang ngejelimet karena kurang bercinta.

Jika memang demikian, kasian juga. Kasian dan sudah pasti menyebalkan bagi orang-orang di sekitarnya.

Masa iya, gara-gara dia ada masalah ranjang orang lain harus dibuat susah. Kurang piknik apa ya !? Kan tinggal cari cara penyaluran.

Jika cara bercinta konvensional sudah tidak bisa lagi, ya kan banyak cara tak konvesional, masa gak tau sih ?

Selain itu, perbanyak olahraga, bisa membantu. Makan makanan bergizi bahkan bisa meningkatkan libido.

Memang harus hati-hati, sebab makanan tertentu yang meningkatkan libido bisa jadi pantang dikonsumsi penyakit tertentu.

Pada dasarnya, hidup itu soal keseimbangan. Kesimbangan antara kebutuhan dan pemenuhan. Jika tidak, maka orang bisa oleng.

Ada yang bilang perempuan lajang jutek bisa jadi karena sudah sudah kebelet, padahal jodoh belum tiba.

Ada juga ada laki-laki jutek pada perempuan, padahal sejatinya laki-laki itu biasanya ramah dan sikapnya melindungi perempuan.

Yang terakhir, jangan bilang dulu bahwa dia bukan laki-laki straight, bisa jadi karena doi sedang "oleng" saja, karena ada kebutuhannya yang tidak terpenuhi. Eh, mungkin sudah, tapi porsinya sedikit, hihi..

Jelimet adalah tanda-tanda oleng atau ketidakseimbangan tadi. Oleh sebab itu keseimbangan harus dipenuhi.

Jadi, jika usia sudah matang kelamin, sudah mencapai usia Golden Age, pinjam istilah Mang Edi Susanto, ya dipenuhilah disegerakanlah memanfatkan situasi golden age itu.

Sebab semakin menua maka kemampuan libido semakin berkurang, padahal hasrat mungkin tidak berkurang. 

Pada suasana demikian, ya enggak cukup olahraga saja, kata saya.

Untuk mengalihkan kenginan dan hasrat yang tak terpenuhi akibat menua, harus perbanyak ibadah. Banyak-banyak berzikir, jika Muslim.

Itulah kenapa orang tua menyarankan segera menikahlah jika sudah ketemu calon yang pas.

Jika belum, ya perbanyak olahraga dan kegiatan positif lain, menulis misalnya.

Banyak orang menulis untuk menyalurkan energi besar yang tak tersalurkan.

Jika usia sudah tinggi, sudah punya istri, olahraga hobi, tapi sikap suka uring-uringan, sering buruk sangka sama orang (tokoh njlimet saya ini), bisa jadi benarlah kabar burung ituh, doi mungkin jarang bercinta. Barangkali kemampuan seksual menurun, padahal hasrat masih ada.

Mungkin karena penyaluran urusan seksual itu tidak menemukan solusi jitu lalu energi disalurkan untuk menjadi workaholic dan menuntut orang juga workaholic.

Jika orang lain ingin cepat pulang menemui keluarga selepas jam kerja (saya misalnya, pengen cepet pulang ke rumah terus, prikitwiw), maka dia masih berkerja dan melakukan hal-hal dengan sangat detil dan rumit.

Hal yang sebetulnya tidak perlu sedetail dan serumit itu dan bisa dikerjakan pada jam kerja, kalau mau, kata saya.

Begitulah. Jika ada yang njlimet karena kurang bercinnta, maka bercintalah kau supaya tidak njlimet. Sebab, njlimet itu selain menyebalkan, juga merepotkan orang lain.

Demikian kawan. Selebihnya, wallahu'alam. Kadang orang jelimet karena memang karena dari sononya jelimet.

Bukan semata karena kurang bercinta dll. Kita manusia sering menebak-nebak saja.

Intinya, siapapun kita, simpel lah, berhentilah jelimet.

Salam Kompak selalu. Salam Kompal. Salam Kompasiana. Salam Nusantara. Salam gak njlimet.

Sumber: Kompal
Sumber: Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun