Kemiskinan itu kompleks, menyikapinya harus dengan komprehensif dan didasarkan situasi yang ada. Semua pihak harus berjuang memberantas kemiskinan, masyarakat selaku kelompok dan individu harus berjuang memerangi kemiskinan dirinya. Pemerintah harus memikirkan strategi, program dan aksi nyata penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan (sudah sangat banyak ya aksi, program tinggal penajaman dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh).
Swasta, perusahaan, CSR juga ada perannya. Adalah tidak mungkin kita hanya berkutat pada angka jumlah penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan saja karena sesungguhnya kemiskinan itu seperti fenomena gungung es juga, Banyak penduduk yang sebetulnya rentan miskin/hampir miskin yang jika terjadi inflasi, harga sembako naik maka mereka yang tadinya masih berada di atas garis kemiskinan akan jatuh ambruk di bawah garis kemiskinan.
Adalah tidak mungkin pula meng”nol”kan jumlah penduduk miskin karena dalam Al Qur’an orang miskin memang ada disebut, dengan genosida apa!?.
Demikian pandangan saya sebagai orang awam tentang indikator kemiskinan yang harus kita pahami sebagai orang awam. Sesungguhnya tulisan ini memerlukan koreksi dari BPS. Kalau ada orang BPS yang juga Kompasianer, monggo dikritisi. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan bagi yang menjalankan.
Salam KOMPAL. Salam kompak selalu. Salam Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H