Sudah hampir dua jam aku menunggu. Telah hampir sebungkus rokok kuhisap di bibirku. Entah telah berapa pasang mata melirikku ingin tau. Malam bergerak makin sendu. Kau belum juga tiba disini kekasihku.
Telah kuangkat rambutku membentuk gelungan sendu kesukaanmu. Sudah kukenakan baju batik ungu warna yang cocok untukku katamu. Entah telah berapa tetes peluhku jatuh di balik gaunku sebab aku rikuh. Kau belum juga menampakkan diri disini kekasihku.
Maka kepada angin yang lalu di hadapanku kutitipkan pesan untukmu,
'Sayang, satu batang rokok lagi aku menantimu....."
"Setelah itu si baju ungu tak lagi menantimu. Jangan harap ia ada untukmu"
Pesan yang tak sampai. Sebab angin segera menjelma menjadi kekasihnya sebelum sebatang rokok terakhir itu tandas. Perempuan berbaju ungu menanti kekasih di malam sendu lalu ditipu angin biru. Malam yang janggal dan seolah berbisik, 'Jangan buang waktu'. Entah siapa yang tertipu dan menipu. Hehe, betapa melankolisnya udara malam ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H