Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ia dan Pagi yang Menghujan

17 Februari 2011   23:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297983567928791033

Brurrrr. Sebuah pagi yang dingin, seperti biasanya pagi. Suara ketel air terdengar mencicit.  Di luar, hujan seperti memberi sambutan pada pagi yang baru timbul. Sudah bisa dipastikan segalanya menjadi basah di luar sana. Dahan dan ranting basah. Jalanan basah. Lima meter di depan rumahnya, lubang menganga di jalan kecil itu akan membentuk jebakan lumpur. Si kecil nampak  masih tertidur di balik selimut mungilnya. Sedang dia, nampak asyik berkutat pada layar monitor dimana ia merangkai kata-kata.  Kata-kata tentang perasaan dan rasa semesta. Perasaan senang, sedih, jengah, bahkan umpatan yang dibungkusnya begitu rupa. Hujan jugakah di tempatmu ?  Kalau   ya, nikmatilah. Sebab hujan selalu punya kesan bahkan meninggalkan kisah di jiwa. Apapaun itu.  Kau tau, dia begitu suka hujan. Hujan seperti membawanya berlari dan menari. Entah menarikan apa. Lihatlah jemarinya makin asyik menari-nari di atas keyboard notebook bututnya. Entah kisah apa yang dituliskannya kali ini. Tak jelas. Wajahnya terlihat serius. Hujan ini seperti  telah menelannya.Ya, dia selalu begitu bila hujan turun di pagi hari. Kenapakah ? Entahlah. Tak ada sesuatu yang bisa menjawabnya. Kecuali bisikkan illalang di kepala saya, "Sebab hujan telah mempertemukannya dengan sang belahan jiwa. Tidakkah kau baca itu pada kisah-kisahnya....?", ilalang berbisik sendu yang nyaris tak terdengar di telinga saya "Hujan juga yang telah memisahkannnya dengan sang belahan jiwa. Tidakkah kau ingat, dia pernah berkisah bahwa pada sebuah pagi yang menghujan....sang belahan jiwa mendapat kecelakaan yang merenggut nyawanya..." suara ilalang terdegar makin sendu hingga saya mendesah, ah.... Begitulah dia dan pagi yang menghujan. Kisah ini menjadi sendu yang aneh buat saya. Bagaimana dengan kisah yang sedang dituliskannya ?, he, entahlah. Kita tunggu saja. Sebab hujan sejauh ini memang selalu punya sejuta kisah dan hikmah. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun