Jum'at, 7 Mei 2020 -- "Nasib Lulusan Corona di Dunia Persaingan Kerja." Tema ini diambil dalam Jum'at Tabrruk mengingat tidak lama ini SMA/SMK ataupun perguruan tinggi sendiri mengadakan acara tahunan yaitu kelulusan.Â
Dimana moment ini menghasilkan manusia -- manusia yang akan membawa nasib hidup selanjutnya. Apakah akan digunakan untuk bekerja, sekolah lagi, atau hanya menunggu masa tua dengan berdiam diri dirumah? Tentu ini akan menjadi pilihan masing -- masing. Tak sedikit yang menginginkan untuk bekerja.
Mengingat untuk lulusan ini sendiri rata -- rata ialah usia produktif dan bisa dikatakan untuk bekerja maka untuk itu mereka adalah angkatan kerja yang bagaimanapun dituntut untuk mencari lapangan kerja. Bekerja sendiri ialah sebuah kegiatan dengan "upah" sebagai imbalan atas kegiatan tersebut.
Dengan fenomena Corona yang menggemparkan dunia akhir -- akhir ini. Tak dapat dipungkiri banyak sekali sektor yang terdampak tak terkecuali dunia angkatan kerja. Tak sedikit perusahaaan yang mem PHK karyawannya.Â
Untuk itu pun dunia lapangan pekerjaan semakin merosot dan menuntut para pekerja untuk berhenti dari pekerjannya. Tentu hal ini sangatlah miris. Mengingat adanya kebijakan dari isolasi yang membatasi kegiatan pekerjaan menjadikan para pekerja yang berhenti bekerja menjdai pengangguran.Â
Hal ini sama seperti yang dituturkan oleh Qashmal Arisbahwasanya 2jt tenaga kerja aktif di PHK berdasarkan data dari kemenaker. Untuk itu perlu adanya inovasi baru supaya kita mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Dunia persaingan kerja memang sudah dikatakan semakin ketat apalagi dengan adanya fenomena pandemi ini yang menghambat terserapnya tenaga kerja dari lulusan SMA/SMK atau kuliah. Tak beda jauh dari penuturan Fahrul Rozik bahwa dalam dunia kerja juga dipengaruhi oleh karakteristik di setiap generasi
- Generasi X (1933 -- 1995) tipe generasi pada era ini cenderung Pekerja keras (Pemikir).
- Generasi Millenial (1995 -- 2000) pada generasi ini orang sedikit ingin instan dan open minded
- Generasi Y (2007) Instan dan bergantung sama teknologi (belum terdeteksi kedepannya seperti apa)
- Generasi Alpha (2007 -- sekarang) dan pada generasi ini lebih ke open minded, punya resolasi panjang untuk kehidupan dimasa yang akan datang.
Jika dilihat dari berbagai tipe karakteristik tersebut pada lulusan taun ini teman -- teman SMK/SMA/kuliah rata -- rata merupakan tipe generasi kelahiran 2000 -- 2007 yang biasa disebut Generasi Millenial.Â
Dimana pada tipe ini cenderung lebih instan dan bergantung dengan teknologi. Dan ini lah menjadi suatu inovasi baru untuk para pelaku pekerja menggali potensi diri dalam era pandemi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara lulusan biasa dan luluran pandemi.Â
Mereka sama sama dibekali pengetahuan dan pengalaman. Hanya saja untuk sekarang karena perusahaan lebih fokus pada internal perusahaan  dengan meminimalisir pengeluaran anggaran perusahaan untu perekrutan karyawan baru dan penggajian. Ada sedikit penghambat pada lulusan tahun ini.
Tapi kembali lagi. Dilihat dari karakteristik yang terdapat pada generasi ini. Menjadikan tuntutan menggali potensi untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. Â Banyak sekali platfrom -- platfrom digital yang memperluas lapangan pkerjaan, perdagangan online, youtober ataupun yang lainnya.Â
Dan inilah revolusi industri sesungguhnya dimana pelaku utama adalah mereka yang lahir pada era 2000 -- 2007 yang hari ini baru lulus. Seperti yang kita lihat bahwa masa pendemi kegiatan transaksi jual beli online meningkat pesat.Â
Hal ini dikarenakan keterbatasan pada pola komunikasi sosial yang dilakukan pada pasar tradisional seperti biasanya. Oleh karena itu pangsa pasar dialihkan melalui media digital.
Inovasi dan kreativitas sangat berperan disini. Membentuk jiwa yang mana seseorang untuk lebih memanfaatkan peluang dan mengembangkan potensi yang ada. Qashmal ariz sebagai slah satu pelaku usaha pun tak ketinggalan untuk memberi sebuah pola bisnis yang bisa digunakan sebagai pegangan untuk para pelaku usaha di media sosial tentunya.
Yaitu Plan/Ide -- Produk -- Promote -- Service/Pelayanan -- Hasil
Dan pola tersebut tentu tak biasa dijalankan secara instan. Dan semua itu pasti perlu proses. Yang lelah untuk hanya sekedar promosi produk karena tidak juga menghasilkan konsumen. Itu wajar. Yang belum menemukan konten untuk akun youtobnya. Itu pun wajar.Â
Menjadi pelaku usaha dalam pangsa pasar media sosial tentu tak jauh berbeda dari pasar biasanya. Tinggal bagaimana kita untuk mampu menggali terus potensi yang kita miliki bersama dengan kreativitas dan inovasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H