Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Slogan ini menjadi motivasi bagi kita untuk rajin menabung uang. Tapi, apa jadinya jika sedikit demi sedikit sampah dari kita, menjadi bukit di TPS yang siap longsor kapan saja?
Setiap jam setidaknya ada 7300 ton sampah yang dihasilkan dapat menutupi setengah tinggi Monas, dan dalam satu hari 175 ribu ton sampah dapat tiga kali lipat menimbun Stadion Gelora Bung Karno.Â
Sadar atau tidak, kita sedang menumpuk masalah yang berdampak besar pada keberlangsungan hidup kita di bumi hanya karena kita malas mengolah sampah di rumah. Ribuan ton sampah dihasilkan setiap hari, menjadi benda mati minim guna dan tidak dikelola dengan baik.
Sepanjang tahun 2020, sebanyak 38.3% sampah bersumber dari rumah tangga dengan 40.4% jenis sampahnya adalah sisa makanan dan pada urutan kedua sebesar 17.1% merupakan sampah plastik. Bukan hanya kebiasaan menumpuk sampah, ternyata kita juga masih gemar membuang makanan.
Apa yang terjadi jika kebiasaan tidak mengolah sampah dengan baik tidak segera diubah? Ada tumpukan masalah yang menyusul di setiap tumpukan sampah yang tidak kita kelola. Masih ingat peristiwa bencana TPA Leuwigajah di 2005? Curah hujan tinggi dan ledakan gas metana dari tumpukan sampah merenggut 157 nyawa, dan dua kampung hilang dari peta karena tergulung sampah.Â
Slogan "Buanglah Sampah pada Tempatnya" tidak bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengenalkan kesadaran kita terhadap tumpukan sampah. Slogan ini justru menjadi bumerang bagi masyarakat apatis lingkungan dengan sering ditemukannya tumpukan sampah di pinggir jalan, bahkan di pemukiman rumah warga.Â
Jelas-jelas, jalanan bukan tempat pembuangan sampah. Pemukiman warga bukan 'tempat tinggal' sampah. Tidak tahu siapa yang memulai membuangnya.
Sebaiknya kita belajar bagaimana pilah-pilih sampah dengan tepat untuk mengurangi tumpukan sampah yang berpotensi menimbulkan masalah. Berikut caranya.
1. Menghindari plastik dengan barang guna ulang.
Menghindari penggunaan plastik bisa menjadi langkah pertama pilah-pilih sampah. Faktanya, urutan kedua jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik sebesar 17.1%. Sampah plastik sulit di daur ulang karena butuh waktu ribuan tahun untuk terurai oleh mikroorganisme.