Mohon tunggu...
Ellym Novelinda
Ellym Novelinda Mohon Tunggu... Bankir - Halaman Ceritaku

Boru Ni Raja, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mau 80 Juta, Korban atau Mengorbankan Diri?

16 Januari 2019   11:57 Diperbarui: 16 Januari 2019   12:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata masih hangat juga pemberitaan mengenai kasus prostitusi online yang menjerat seorang artis FTV berinisial VA. Pemberitaan yang berawal dari penggrebekan di Surabaya, pemeriksaan, pembelaan, mengganti pengacara hingga isunya status dari saksi korban terancam menjadi tersangka.

Jujur saja saya sebagai orang awam tentunya tidak begitu paham mengenai Hukum dan Undang-Undang. Tidak menduga bahwa VA hanya dinyatakan sebagai saksi korban, dengan alasan ia melakukannya mungkin atas kondisi yang terpaksa atau ada hal secara psikologis yang membebaninya. Menurut saya yang seharusnya dinyatakan korban jika seseorang melakukan hal tersebut dalam keadaan tidak sadarkan diri atau dibawah pengaruh hipnotis atau ada seseorang yang mengancam nyawanya jika tidak mau melakukan hal itu. Namun jika ia terjun ke dalam tindakan prostitusi online untuk mendapatkan gaya hidup mewah dan dalam keadaan sadar, apakah masih bisa dinyatakan sebagai korban? Bukankah itu sengaja mengorbankan diri namanya? mengorbankan diri kepada lelaki hidung belang demi Rp.80juta jumlah uang yang tidak sedikit. Bahkan berdasarkan berita yang dilansir dari grid.ID pada tanggal 15/01/2019 dinyatakan VA melakukannya bukan hanya sekali.

Lalu apa bedanya dengan para kupu-kupu malam yang juga berprofesi memuaskan para lelaki hidung belang? Yang memang keadaan mereka lebih terpuruk dan terpaksa melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, untuk menghidupi keluarga mereka, merekalah korban yang memang butuh pembinaan. Bukan untuk demi gaya hidup yang hedon, membeli barang-barang mewah, tinggal di apartemen mewah, dan memamerkannya di media sosial agar dilihat bahwa kehidupannya berkelas.

Saya sebagai seorang wanita merasa geram, marah, kesal, namun juga kasihan melihat harga diri dipertaruhkan untuk kemewahan semata dan membeli status sosial dengan cara yang salah. Semoga dengan adanya berita ini dapat mengingatkan seluruh wanita di Negeri ini, bahwa lebih baik hidup apa adanya, hidup dalam iman dan ajaran agama, bekerja yang halal, dan belajar yang sungguh-sungguh untuk kalian yang masih sekolah, berusaha agar kelak jika memang ingin kehidupan yang lebih dan sukses bisa mendapatkannya dengan sesuatu yang membanggakan bukan memalukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun