Mohon tunggu...
Ellym Novelinda
Ellym Novelinda Mohon Tunggu... Bankir - Halaman Ceritaku

Boru Ni Raja, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar "Sabar" dari Kue Putri Salju

31 Desember 2018   15:43 Diperbarui: 2 Januari 2019   10:00 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang sudah tradisi ya kalo menjelang Hari Raya pasti akan tersedia suguhan-suguhan untuk para tamu yang datang ke rumah kita. Kebetulan Natal kemarin aku dan mamaku coba membuat kue Nastar dan Putri Salju. 

Setelah membaca beberapa referensi dari si Om Gugel, kami berdua pun membeli bahan-bahan dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Karena kue Putri Salju yang lebih mudah prosesnya, jadilah kami membuatnya terlebih dahulu sebelum membuat si Nastar.

So, mulailah aku dan mama membuat adonan berdasarkan petunjuk suatu sumber penulis resep. Setelah semua adonan selesai dicetak seperti bulan sabit (ya bentuk kue pada umumnya), kami pun mulai memanggangnya ke dalam oven listrik dengan suhu panas oven dan limited time yang ditentukan. Namun setelah beberapa saat, karena takut overcooked alias gosong aku mulai membuka oven dan mengeluarkan loyang si putri salju. 

Benar saja deretan paling ujung sudah mulai menghitam tetapi bagian ujung satunya masih putih. Akhirnya kupikir dibalik saja lagi loyangnya agar rata ujung satunya, mama pun hanya menurutiku. Setelah oven berbunyi menandakan sudah matang, aku dan mama pun tidak sabar melihat hasilnya, Oh My God....hangus saudara-saudara ha..ha.. warnanya jadi sangat hitam. 

Akhirnya kami mencoba loyang kedua, kami mengurangi waktunya dan suhu panasnya, masih sama seperti loyang pertama gosong pada deretan yang paling belakang sedangkan bagian depan kurang matang. 

Pantang menyerah aku dan mama kembali memanggang loyang ketiga kami, dengan mengurangi waktu dan suhu panasnya namun pada pertengahan waktu tersebut kami memutar posisinya agar menghasilkan kematangan yang rata dan sering-sering mengintip kaca oven, benar saja dengan begitu kami mendapatkan hasil yang bagus dengan warna kematangan yang normal. 

Tidak peduli apakah itu masalah oven kami atau ketebalan cetakan adonan kami, namun jelas ada satu pelajaran yang dapat aku dan mama ambil. Belajar sabar and find the way in the process, gimana rasa sabar itu benar-benar teruji sampai akhirnya kita dapat belajar menemukan cara/jalannya dalam proses kesabaran itu sendiri. 

Satu pelajaran penting menjelang tahun yang baru, apapun yang kita inginkan, yang ingin tercapai sesuai ekspektasi kita,semua itu bukan hanya sekedar bagaimana kita tahu caranya atau teorinya, tapi sabar dan tekun mempelajari dan menjalani prosesnya untuk hasil yang maksimal. Begitu pun dalam karir, jodoh dan lainnya jika kita tidak mempunyai kesabaran hasil yang kita dapat mungkin bisa tidak sesuai harapan. So guys, be patient for whatever you do. Good luck!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun