Mohon tunggu...
Ellyata Berlyani
Ellyata Berlyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis untuk Pak Yupiter

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Erupsi Gunung Semeru Menjadi Bukti Nyata Pentingnya Pengetahuan dan Kesadaran akan Risiko Bencana

14 Desember 2021   23:06 Diperbarui: 14 Desember 2021   23:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu sore pukul 15.20 menjadi sebuah peristiwa yang mungkin mengerikan untuk diingat oleh warga di wilayah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Bagaimana tidak, terakhir meletus pada tahun lalu, Gunung Semeru pada Sabtu, 4 Desember 2021 kemarin kembali datang bagai mimpi buruk kepada para warga Desa Sapiturang. Dilansir dari Kompas.com, erupsi Gunung Semeru setidaknya mengakibatkan 35 warga mengalami luka bakar dan 11 diantaranya dirujuk ke rumah sakit.

Beredarnya video mengenai warga yang berhamburan lari untuk menyelamatkan diri mereka, sontak membuat satu pertanyaan timbul. Bagaimana kinerja lembaga yang bertugas mengawasi aktivitas gunung tersebut? Apakah terjadi keterlambatan informasi mengenai erupsi Semeru hingga membuat warga menurunkan tingkat waspada mereka akan bencana tersebut?

Pertanyaan  ini pun kemudian terjawab oleh pernyataan dari Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani kepada pihak media pada Minggu, 5 Desember 2021, siang. Andiani mengatakan, early warning system atau sistem peringatan dini di kawasan Gunung Semeru sebenarnya sudah berjalan. Bahkan pada 1 Desember 2021, ketika awan panas guguran setinggi 3.676 meter di atas permukaan lau itu terjadi, lembaga PVMBG telah melaporkan kepada para pemangku kepentingan daerah melalui grup aplikasi percakapan  WhatsApp.

Dan kami pada tanggal 2 Desember juga sudah mengeluarkan surat kepada Bapak Bupati Lumajang, mengenai kondisi kekinian beserta imbauan yang kami sampaikan di dalam surat tersebut. Imbauan tanggal 2 Desember juga kami sampaikan kepada Ibu Gubernur Jawa Timur,

Akan tetapi, pernyataan yang diberikan oleh Andini sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh warga Desa Sapiturang.

Saiman salah seorang warga yang rumahnya rusak berat terkubur lahar akibat erupsi Gunung Semeru menyampaikan bahwa hanya suara tetangga yang berteriak lah yang membantunya sadar bahwa terjadi bencana. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Abdul Manaf, yang juga warga desa setempat, ia menyebut bahwa ia tidak mendapatkan peringatan apapun mengenai erupsi Gunung Semeru.

Jika begini kasusnya, lantas siapa yang harus disalahkan? Apakah lembaga PVMBG yang informasinya tidak sampai sasaran ke masyarakat? Apakah para pemangku daerah yang terlampau sibuk hingga tidak menghimbau warga masyarakatnya? Ataukah warga desa di wilayah Besuk Kobokan, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang minim kesadaran akan risiko bencana alam?

Dampak Erupsi Gunung Semeru yang sangat Besar

Erupsi Gunung Semeru adalah bencana yang masuk ke dalam kategori risiko dasar berisfat catastrophic. Dimana, terjadinya bencana tersebut akan mampu mengakibatkan kerugian berskala besar. Perlu diketahui juga, bahwa bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, hingga angin topan, merupakan bencana yang ke dalam kategori catastrophic. Sehingga dapat dinilai bahwa bencana alam dengan kategori tersebut bukanlah bencana yang bisa diabaikan.

Melihat besarnya risiko tentunya Gunung Semeru harus menjadi perhatian penuh bagi para masyarakat yang hidup didaerah setempat. Tentu bencana erupsi Gunung Semeru pada Sabtu lalu bukanlah yang pertama terjadi, melainkan ini adalah peristiwa kesekian yang terjadi akibat Gunung Semeru.

Melihat ini, tentu sangat penting bagi semua pihak untuk sadar akan risiko Gunung Semeru. Seharusnya risiko seperti erupsi ini sudah mampu ditangani dan diantisipasi dengan tepat dan dari jauh-jauh hari. Sehingga ketika peristiwa erupsi ini terjadi tidak perlu memakan banyak korban jiwa.

Masyarakat Desa Sapiturang sendiri tentunya juga harus menyadari risiko tersebut. Sebagai pihak yang berhadapan langsung dengan Gunung Semeru, sudah seharusnya bagi mereka untuk memahami pengetahuan dasar mengenai erupsi Gunung Semeru. Namun, sangat disayangkan bahwa kesadaran akan risiko masih sangat rendah di Indonesia, terkhususnya bagi  para pemangku kepentingan daerah  yang malah mengabaikan himbauan dari lembaga PVMBG.

Hingga hari artikel ini dirilis, tercatat 48 jiwa meninggal akibat erupsi Gunung Semeru. Sangat disayangkan memang, risiko yang seharusnya bisa diantisipasi justru diabaikan hingga menghadirkan korban jiwa. Mungkin memang harus memakan korban jiwa terlebih dahulu baru bisa belajar dari kesalahan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun