Biografi
Fariduddin Attar, yang sejatinya memiliki nama lengkap Fariduddin Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim. Sosok tokoh sufi yang dijuluki si penyebar wangi ini lahir pada tahun 1136 Masehi di negara Persia, Fariduddin Attar menjalani tiga belas tahun masa remajanya di Meshed. Hal tersebut dapat diketahui melalui catatan personal beliau yang tertulis di beberapa karyanya. Ada beberapa perbedaan mengenai kematian dari tokoh sufi ini. Namun, sebagian besar sumber menyebutkan bahwa Attar hidup hampir selama seratus tahun. Penyebab dari kematian beliau pun masih ada beberapa perdebatan. Namun, sejauh ini pendapat yang terkuat adalah bahwa Attar meninggal karena dibunuh oleh kaum Mongol.
Beliau memiliki nama samaran At-Thar yang berarti “ahli kimia” atau “tukang minyak wangi”. Julukan tersebut diberikan bukan tanpa alasan. Alasan beliau mendapat julukan At-Thar adalah karena beliau mengelola satu apotek di daerahnya. At-Thar diwarisi oleh ayahnya sebuah rumah obat. Karena itulah nama keluarganya yang sesuai dengan gaya sufi yakni At-Thar—seorang kimiawan.
Syekh Fariduddin Attar juga merupakan salah satu tokoh sufi yang dikenal masyarakat luas dengan keindahan bahasanya. Beliau adalah seorang salik yang menyenandungkan cinta lewat sebuah karya sastra. Faraduddin Attar juga suka menyenandungkan perasaan cintanya kepada Sang Kekasih melalui karya-karya sastra berupa puisi, alegori, dan lain sebagainya, bisa dibilang hampir sama dengan Jalaludin Rumi. Seperti yang kita ketahui, bahwa Fariduddin Attar merupakan seorang tokoh sufi terkenal. Tetapi sebelum menjadi penyair sufi terkenal, Attar terlebih dahulu mengabdikan dirinya pada bidang perdagangan. Beliau meneruskan usaha warisan dari keluarga yang sudah disinggung sebelumnya, yakni penjual obat dan minyak.
Peran Fariduddin Attar dalam Mengembangkan Tasawuf
Pada sekitar abad ke-10 sampai abad 12 Masehi, tasawuf muncul buhan hanya sebagai tariqa (gerakan kerohanian) yang memberi pengajaran disiplin kerohanian untuk mencapai kebenaran, namun juga menjadi suebuah ilmu tersendiri di dalam agama Islam yang didasari oleh motif pemikirn filsafat tersendiri.
Pada abad ke-13 M, dikarenakan banyaknya tokoh sufi Abar dan Persia (salah satunya Fariduddin Attar) yang mencurahkan pemikiran serta pengalaman mereka ke dalam puisi dan alegori-alegori mistik yang mendapat perhatian banyak dari para penikmat karya sastra, maka tasawuf pun menjelma menjadi gerakan kesenian. Berawal dari saat itu, Fariduddin Rumi sangat memainkan peran penting dalam perkembangan sastra dan tasawuf di dunia Islam sampai abad-abad terakhir menjelang peristiwa munculnya gerakan pembaharuan dan pengaruh Barat kepada masyarakat yang menganut agama Islam.
Pemikiran Tasawuf Fariduddin Attar
Fariduddin Rumi menekankan pembahasan atau pemikiran tasawuf pada peristiwa-peristiwa mengenai kebatinan dan dimensi spiritual agam Islam. Pemiiran-pemikiran tasawuf dari Fariduddin Attar tertuang dalam karya-karya sastra beliau, khususnya pada puisi-puisi dan buku-bukunya. Dalam buku Mantiqut Thair yang membahas tentang penelusuran Simurgh, ditemukan sebuah pemikiran tentang konsep manusia. Yang termasuk dalam konsep manusia adalah pengenalan terhadap diri sendiri. Selain itu, ditemukan pula bahwa konsep manusia merupakan sebuah konsep tentang kesempurnaan. Kesempurnaan tersebut hanya bisa didapatkan dengan cara memahami dan mengenal diri sendiri secara baik serta tidak mengutamakan keegoisan pribadi. Dengan pemahaman tersebut, manusia akan terus melakukan pembenahan dalam diri dalam hal sifat serta sikap sebelum menilai orang lain. Selain itu, Fariduddin Attar juga menuangkan pikiran tentang tasawuf tentang kemajemukan manusia dan perbedaan masalah hidup yang dialami masing-masing dari mereka. Fariduddin berusaha memberikan sebuah peringatan kepada para manusia mengenai hakikat penciptaan manusia tersebut.
Pemikiran Fariduddin Attar sebelum beliau meninggal yakni pada suatu hari, seorang dari mongol datang untuk membeli Attar dengan menawarkan seribu keping perak kemusian Attar berkata kepada orang Mongol tersebut untuk tidak menjual dirinya karena harga seribu keping berak tersebut tidak benar. Lalu orang Mongol itu pun menuruti kata-kata Attar. Namun beberapa waktu kemudian, ada orang lin datang untuk menawarkan sekarung jerami. Attar memberi nasihat kepada orang Mongol agar menjual dirinya. Orang Mongol itu pun tidak terima kemudian memenggal kepala Attar. Jadi, dapat diketahui bahwa Attar mati karena untuk mengajarkan suatu pesan/sebuah hikmah.
Ulasan Karya Fariduddin Attar