KESIMPULANÂ
Dengan tiga pasangan calon yang bersaing, pemilihan presiden Indonesia tahun 2024 penuh dengan dinamika politik yang rumit. Pasangan Calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menggunakan kombinasi khas komedi, hiburan, dan pesan politik yang menyadarkan dalam taktik komunikasi politik mereka. Prabowo Subianto menggunakan komedi dan hiburan dalam kampanyenya, menjangkau kaum muda dengan cara yang kreatif dan memikat melalui platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok. Penggunaan komedi dalam kontennya, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan politik dan mengangkat kisah yang tidak menguntungkan, adalah contoh utama. Sekalipun metode ini efektif dalam membangun kesan awal yang baik, opini publik dapat berubah seiring waktu tergantung pada bagaimana publik bereaksi terhadap strategi pemasaran. Tetapi yang dapat disimpulkan ialah bagaimana opini publik terbentuk tentu saja berasal dari bagaimana komunikasi politik dilakukan serta pesan politik yang disampaikan harus sesuai dari politikus kepada masyarakat, agar terbentuknya opini publik yang diharapkan. Dan digarisbawahi kalau opini publik akan terus berganti seiring berjalannya waktu, maka dari itu diperlukan komunikasi politik berkala agar bisa mengontrol opini publik yang teratur dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Maka dari itu dapat disimpulkan kalau kenyataannya bagaimana opini publik terbentuk merupakan penyesuaian pandangan individu dengan pesan politik yang disampaikan dalam komunikasi politik yang dilakukan. Dilanjuti dengan adanya kemungkinan perpecahan antara kelompok kelompok yang memiliki pendapat berbeda, pemilihan presiden berdampak pada bagaimana individu terlibat dalam masalah politik dan mendorong keterlibatan aktif dalam wacana publik. Hal ini menunjukkan perlunya pemimpin yang dapat membina komunikasi dan menegakkan keharmonisan dalam menghadapi perbedaan pendapat.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan perilaku, komunikasi politik di Indonesia akan mengalami perubahan substansial lebih lanjut di masa mendatang. Politikus harus membuat strategi komunikasi yang fleksibel dan peka terhadap keadaan saat ini karena media sosial mengambil alih sebagai media utama untuk menyebarkan pesan politik. Untuk menghadapi tantangan ini, masyarakat harus menjadi lebih melek digital agar dapat terlibat dalam wacana politik secara kritis dan aktif. Lebih jauh, dengan strategi inklusif yang mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, komunikasi politik memiliki potensi yang sangat besar untuk menggalang dukungan bagi perubahan sosial yang konstruktif. Jika dilihat dari semua informasi yang sudah saya sampaikan maka, masa depan komunikasi politik di Indonesia akan bergantung pada seberapa sukses politisi dalam menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi dan perilaku manusia, serta seberapa besar dedikasi mereka dalam mendengar keinginan publik dan mengatasinya secara efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H