Mohon tunggu...
ell miyah
ell miyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahsiswa

halo saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Saudara di Amerika Tahun 1861-1865

3 Juni 2024   21:10 Diperbarui: 3 Juni 2024   21:52 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pngwing.com/en/free-png-broay

Pada masanya perang saudara bergejolak di Benua Amerika yang meletus pada tahun 1861 hingga 1865 dengan berbagai faktor latar belakang yang berkaitan satu sama lain. Pada masa itu terdapat faktor yang menyebabkan terjadinya perang saudara, dimana perbudakan merupakan sebuah faktor utama akibat perang yang telah terjadi. Perbudakan yang tengah terjadi di Benua Amerika ini menimbulkan sebuah pemikiran terkait penghapusan kegiatan perbudakan di benua tersebut. Awal mula sejarah perbudakan yang terjadi di Benua Amerika dimulai pada saat hadirnya koloni inggris yang menduduki benua tersebut selama tahun 1619 hingga 1865. Terdapat sebuah perbedaan pandangan antara para penduduk Amerika di sisi Utara dan Selatan sehingga hal ini menimbulkan sebuah perpecahan yang memberikan sebuah dampak terhadap perang saudara tersebut.

 Isu perbudakan menjadi fokus perdebatan politik yang intens antara wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Penentangan orang kulit putih di utara terhadap perbudakan antara lain didasarkan pada fakta bahwa perbudakan terhadap sesama warga negara mereka jelas-jelas bertentangan dengan Declaration of Independence. Semua hak asasi manusia mempunyai hak yang sama atas pendidikan, kehidupan politik dan ekonomi. Demikian pula hak atas kebebasan berkumpul dan kebebasan berekspresi. Maka dari itu, banyak yang menyebutkan bahwa Amerika bagian Utara disebut sebagai "negara yang bebas" dan berbeda dari Amerika bagian Selatan yang disebut sebagai wilayah bagi para budak. Perbedaan antara kualitas wilayah Utara dan Selatan yang membuat wilayah Amerika Selatan cenderung tertinggal atau mereka lebih terbelakang sehingga perbudakan menjadi sebuah sumber bagi perekonomian wilayah tersebut.

Negara-negara yang terdapat di wilayah Amerika Utara cenderung mendukung perjuangan untuk membebaskan budak, mereka mempunyai kecenderungan politik yang jelas, serta berkeinginan untuk mempertahankan bentuk pemerintahan union. Mereka ingin menggunakan suara politik dari ras negro untuk membantu pemerintahan di wilayah Utara demi mencapai tujuan politik mereka. Sedangkan penduduk ras kulit putih wilayah Amerika Selatan lebih menyukai bentuk pemerintahan Konfederasi. Negara-negara bagian di utara berusaha menggunakan suara orang kulit hitam untuk mendapatkan pengaruh atas kapitalis industri yang menduduki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Kebanyakan orang kulit putih di Selatan mempertahankan dan mendukung beberapa bentuk perbudakan. Mereka berpendapat bahwa meskipun negara bagian di Selatan melindungi perbudakan, sebenarnya lebih mudah bagi orang kulit hitam untuk bekerja di perkebunan dibandingkan tinggal di Utara. Mereka percaya bahwa budak yang bekerja di perkebunan memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik dibandingkan kebebasan yang diberikan oleh orang kulit putih kepada orang kulit hitam di Utara.

Terdapat beberapa gerakan antara pendukung perbudakan dan penentang adanya perbudakan yang terjadi di Benua Amerika terutama di wilayah Utara dan Selatan yang dimana mereka mengutarakan beberapa pendapat. Tokoh tokoh penunjang gerakan abolisi yang berasal dari Utara seperti Lloyd Garrison, William Ellery Channing, James G. Bierny, Samuel May, dan Beriah Green. Sedangkan terdapat tokoh-tokoh yang menyuarakan pendapat mereka tentang dukungan terhadap adanya perbudakan dari kalangan bangsawan, pendeta, pengarang, dan kaum intelektual yang berasal dari wilayah Selatan. Pendapat yang telah diucapkan oleh penentang perbudakan ini memunculkan anggapan bahwa masyarakat di Amerika Utara mengecam keras perbudakan dan tidak menerimanya karena bertentangan dengan pemahaman mereka yang menganut ideologi kebebasan. Namun di sisi lain, negara-negara Amerika Selatan sama sekali tidak sependapat dengan pandangan masyarakat Amerika Utara yang mengutuk keras perbudakan, karena perbudakan penting di Amerika Selatan. Bagi masyarakat yang berada di wilayah selatan fenomena perbudakan itu sendiri sudah ada sejak tahun 1850, serta jelas tugas mereka hanya mengajari para budak untuk berbahasa Inggris dan membentuk perwakilan dari kamu budak tersebut.

 Seorang tokoh berpengaruh yang berasal dari negara Amerika wilayah Utara yaitu Abraham Lincoln sangat memiliki ambisi untuk menjabat sebagai kepala negara ataupun presiden Amerika pada saat itu. Abraham Lincoln menginginkan negara Amerika menjadi negara yang menganut paham kebebasan dan menghapuskan fenomena perbudakan yang terjadi khususnya perbudakan yang terjadi di wilayah Amerika bagian selatan.

Penyebab perang saudara di Amerika 

Sebelum perang, wilayah Utara dan Selatan telah terpecah selama beberapa dekade karena masalah perbudakan. Masalah perbudakan menjadi salah satu factor penyebab meletusnya Perang Saudara di Amerika Amerika Seikat (1861-1865) Masalah perbudakan telah menjadi pusat perdebatan politik yang sengit di antara kedua wilayah tersebut. Orang kulit putih di Utara menentang perbudakan dengan menggunakan berbagai alasan, termasuk bahwa perbudakan bertentangan dengan Declaration of Independence yang menyatakan bahwa semua manusia memiliki hak yang sama dalam pendidikan, politik, dan kehidupan ekonomi, serta hak kemerdekaan untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat. Perbedaan sikap terhadap perbudakan di kedua wilayah tersebut secara mendasar terkait dengan kepentingan politik dan ekonomi setempat. Di wilayah Utara, akan disajikan berbagai alasan yang mendukung penentangan terhadap perbudakan, sementara di wilayah Selatan, sistem perbudakan dipertahankan karena telah berlangsung selama dua setengah abad.

 Upaya seperti Kompromi Missouri dan Kompromi tahun 1850 telah gagal menyelesaikan perselisihan ini. Perekonomian Selatan sangat bergantung pada pertanian perkebunan, dengan budak Afrika-Amerika melakukan sebagian besar pekerjaan, sementara perekonomian negara-negara Utara lebih didukung oleh sektor manufaktur. Pada tahun 1850-an, gerakan abolisionisme tumbuh di Utara, menimbulkan kekhawatiran di Selatan bahwa pemerintah federal akan mencoba mengakhiri perbudakan. Negara-negara bagian Selatan meyakini bahwa pemerintah AS tidak memiliki wewenang untuk menentukan apakah perbudakan harus diizinkan di suatu negara bagian. Kemenangan Abraham Lincoln, seorang kandidat Partai Republik yang jelas-jelas menentang perbudakan, dalam pemilihan presiden tahun 1860, menegaskan ketegangan antara Utara dan Selatan. Terpilihnya Abraham Lincoln, anggota Partai Republik yang anti perbudakan, sebagai presiden pada 1860 memicu pemisahan diri 11 negara bagian Selatan, yang menyebabkan perang saudara.

 Konflik antara Utara dan Selatan tidak hanya berkaitan dengan perbudakan, tetapi juga melibatkan isu hak-hak negara bagian. Pandangan para negarawan Utara menegaskan pentingnya mempertahankan bentuk pemerintahan Union, sementara Perselisihan mengenai penafsiran hak negara bagian dalam konstitusi telah terjadi sejak lama, antara Golongan Federal yang dipimpin oleh Alexander Hamilton, dan Golongan Anti Federal yang dipimpin oleh Thomas Jefferson dan William Randolph. Perbedaan pandangan ini mencerminkan ketegangan antara gagasan Perserikatan yang dianggap final oleh Utara dan gagasan Perserikatan yang bersifat sukarela menurut pandangan Selatan. Konflik ini semakin memanas menjelang Perang Saudara (1861-1865), ketika Selatan mengancam untuk keluar dari Perserikatan jika kepentingan negara bagian mereka diabaikan atau dirugikan. Meskipun konflik ini mencerminkan perbedaan filosofi politik antara Utara dan Selatan sejak pendirian negara Amerika, perang tersebut akhirnya meletus karena pertentangan yang tak terpecahkan mengenai hak-hak negara bagian dan perbudakan.

 

 Kronologi Perang Saudara di Amerika 1861-1865

Pertempuran Awal: Fort Sumter (April 1861)

Fort Sumter adalah sebuah benteng federal yang terletak di pelabuhan Charleston, South Carolina. Setelah South Carolina memisahkan diri dari Union pada Desember 1860, Fort Sumter menjadi simbol ketegangan yang memuncak antara negara-negara bagian Selatan yang telah memisahkan diri dan pemerintah federal. Fort Sumter masih dikuasai oleh pasukan Union di bawah komando Mayor Robert Anderson. Meskipun berada di wilayah yang telah memisahkan diri, Anderson dan anak buahnya tetap setia kepada pemerintah federal. Pemerintah Konfederasi menginginkan penguasaan atas benteng-benteng federal di wilayah mereka, termasuk Fort Sumter. Mereka melihat kehadiran garnisun Union di Fort Sumter sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka.

Pada pagi hari tanggal 12 April 1861, pasukan Konfederasi mulai membombardir Fort Sumter. Serangan ini berlangsung selama 34 jam tanpa henti. Garnisun Union di bawah Mayor Anderson mencoba untuk melawan dengan persediaan yang terbatas, namun mereka kewalahan oleh intensitas serangan Konfederasi. Pada 13 April 1861, setelah mengalami kerusakan parah dan kehabisan persediaan, Mayor Anderson setuju untuk menyerahkan Fort Sumter kepada pasukan Konfederasi. Tidak ada korban jiwa dalam pertempuran ini, tetapi penyerahan Fort Sumter menandai dimulainya konflik bersenjata antara Union dan Konfederasi. Setelah jatuhnya Fort Sumter, Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan panggilan untuk 75.000 sukarelawan guna menumpas pemberontakan. Ini memicu antusiasme dan gelombang pendaftaran di negara-negara bagian Utara. Penyerahan Fort Sumter dan tindakan Lincoln memicu empat negara bagian Selatan lainnya (Virginia, Arkansas, Tennessee, dan North Carolina) untuk bergabung dengan Konfederasi, memperkuat posisi mereka.

 

Pertempuran Bull Run (Pertempuran Manassas Pertama, Juli 1861)

Pertempuran Bull Run yang terjadi pada Tanggal 21 Juli 1861 di dekat Manassas, Virginia. Pasukan Union di bawah komando Jenderal Irvin McDowell dan pasukan Konfederasi di bawah Jenderal P.G.T. Beauregard serta Jenderal Joseph E. Johnston. Hasilnya yaitu Kemenangan untuk Konfederasi. Pasukan Union mengalami kekalahan yang memalukan dan dipaksa mundur kembali ke Washington, D.C. Pertempuran ini menunjukkan bahwa perang tidak akan singkat atau mudah bagi kedua belah pihak. Kekalahan Union memicu reorganisasi dan peningkatan persiapan militer di Utara.

 

Pertempuran Shiloh (April 1862)

 Pertempuran Shiloh yang terjadi pada tanggal 6-7 April 1862 di dekat Shiloh, Tennessee. Pasukan Union di bawah komando Jenderal Ulysses S. Grant melawan pasukan Konfederasi yang dipimpin oleh Jenderal Albert Sidney Johnston dan Jenderal P.G.T. Beauregard. Kemenangan untuk pasukan Union. Setelah pertempuran yang sangat berdarah, yang menimbulkan korban tewas hingga 23 ribu jiwa di kedua belah pihak. Jenderal Johnston terbunuh, pasukan Konfederasi dipaksa mundur.Pertempuran ini adalah salah satu yang paling berdarah pada tahap awal perang dan menunjukkan kekuatan dan tekad pasukan Union. Kemenangan Grant di Shiloh membuka jalan bagi operasi Union lebih lanjut di Mississippi Valley.

 

Pertempuran Antietam (September 1862)

 Pertempuran Antietam yang terjadi pada tanggal 17 September 1862 di Sharpsburg, Maryland. Pasukan Union di bawah Jenderal George B. McClellan melawan pasukan Konfederasi yang dipimpin oleh Jenderal Robert E. Lee. Hasil tidak meyakinkan secara taktik, tetapi secara strategis merupakan kemenangan bagi Union karena menghentikan invasi pertama Lee ke Utara. Pertempuran ini adalah hari paling berdarah dalam sejarah militer Amerika dengan sekitar 23.000 korban.Kegagalan serbuan pasukan Konfederasi ini menyebabkan upaya invasi kubu Konfederasi urung terwujud. Kemenangan Union memberikan Presiden Lincoln kepercayaan diri untuk mengeluarkan Proklamasi Emansipasi, yang mengubah karakter perang menjadi perjuangan melawan perbudakan.

 

Pertempuran Fredericksburg (Desember 1862)

Pertenpuran Fredericksburg yang terjadi pada tanggal 11-15 Desember 1862 di Fredericksburg, Virginia. Pasukan Union di bawah Jenderal Ambrose Burnside melawan pasukan Konfederasi yang dipimpin oleh Jenderal Robert E. Lee. Kemenangan telak bagi pihak Konfederasi. Pasukan Union menderita kerugian besar dalam serangan frontal yang gagal. Kekalahan di Fredericksburg menurunkan moral pasukan Union dan memicu kritik keras terhadap kepemimpinan Burnside. Ini juga mengukuhkan reputasi Lee sebagai komandan yang cakap. Pada tahun 1863, Perang Saudara Amerika mengalami perubahan signifikan baik dalam strategi militer maupun dalam tujuan politik dan moral. Dua peristiwa penting pada tahun ini adalah Proklamasi Emansipasi dan Pertempuran Gettysburg.

 

Proklamasi Emansipasi (Januari 1863)

 Pada tanggal 1 Januari 1863, Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan Proklamasi Emansipasi saat negara tersebut memasuki tahun ketiga Perang Saudara yang penuh kekerasan. Proklamasi ini menyatakan bahwa "semua orang yang dijadikan budak" di negara-negara pemberontak "adalah, dan selanjutnya akan bebas." Meskipun memiliki cakupan yang luas, Proklamasi Emansipasi memiliki banyak batasan. Proklamasi ini hanya berlaku untuk negara-negara yang telah memisahkan diri dari Amerika Serikat, sehingga perbudakan tetap ada di negara-negara perbatasan yang setia kepada Persatuan. Proklamasi ini juga mengecualikan bagian Konfederasi yang telah berada di bawah kendali Union. Yang paling penting, kebebasan yang dijanjikan bergantung pada kemenangan militer Union. Proklamasi Emansipasi tidak mengakhiri perbudakan di negara ini, tetapi berhasil menarik perhatian dan imajinasi jutaan orang Amerika dan secara mendasar mengubah karakter perang. Setelah 1 Januari 1863, setiap kemajuan pasukan federal memperluas wilayah kebebasan. Selain itu, Proklamasi mengumumkan penerimaan orang kulit hitam ke dalam Angkatan Darat dan Angkatan Laut Union, memungkinkan mereka yang dibebaskan untuk menjadi pembebas.

 

Pertempuran Gettysburg (Juli 1863)

Pertempuran Gattysburg yang terjadi pada tanggal 1-3 Juli 1863 di Gettysburg, Pennsylvania.[13] Jenderal Lee memutuskan untuk melancarkan invasi kedua ke Utara, berharap untuk meraih kemenangan besar yang dapat memaksa Union untuk bernegosiasi dan meningkatkan dukungan internasional untuk Konfederasi. Pertempuran dimulai dengan bentrokan antara pasukan pendahulu Union dan Konfederasi di barat laut Gettysburg. Pasukan Union mundur ke posisi defensif di Cemetery Hill. Pada Hari Kedua, pertempuran berlangsung sengit di tempat-tempat seperti Little Round Top, Devil's Den, Wheatfield, dan Peach Orchard. Pasukan Union berhasil mempertahankan posisi strategis mereka. Puncak pertempuran adalah hari ketiga Dimana serangan frontal besar-besaran oleh pasukan Konfederasi, yang dikenal sebagai Pickett's Charge, terhadap pusat garis Union di Cemetery Ridge. Serangan ini gagal dan menyebabkan kerugian besar bagi pasukan Konfederasi. Kemenangan besar bagi Union. Pasukan Lee dipaksa mundur kembali ke Virginia. Pasukan Konfederasi mengalami penurunan moral dan sumber daya yang signifikan. Meskipun perang terus berlanjut selama dua tahun lagi, Konfederasi tidak pernah sepenuhnya pulih dari kerugian yang diderita di Gettysburg.

 

March to the Sea (November 1864)

Sherman bermaksud untuk menghancurkan infrastruktur dan sumber daya Konfederasi, melemahkan kemampuan mereka untuk berperang, dan menurunkan moral penduduk Selatan. Kampanye ini menggunakan strategi "total war", yang berarti menyerang tidak hanya pasukan militer tetapi juga infrastruktur sipil yang mendukung upaya perang. Pasukan Sherman menghancurkan rel kereta api, jembatan, gudang, dan fasilitas industri, serta mengambil atau menghancurkan persediaan makanan dan hewan ternak. Sherman membagi pasukannya menjadi dua kolom yang bergerak sejajar tetapi terpisah beberapa mil. Ini memungkinkannya untuk menutupi area yang lebih luas dan membingungkan pasukan Konfederasi. Pasukan Konfederasi yang tersisa di Georgia tidak mampu menghentikan laju Sherman. Mereka hanya dapat melakukan gangguan-gangguan kecil, sementara Sherman terus bergerak cepat ke arah Savannah. 

Pada 21 Desember 1864, Sherman dan pasukannya merebut Savannah tanpa perlawanan besar dan memberikan kota ini sebagai "hadiah Natal" kepada Presiden Lincoln. Kampanye ini meninggalkan jejak kehancuran yang luas di Georgia, sangat merusak ekonomi dan infrastruktur Konfederasi. Kampanye Sherman secara efektif memotong jalur suplai dan komunikasi Konfederasi di Selatan, membuat mereka semakin sulit untuk mendukung upaya perang mereka. Kehancuran yang ditinggalkan oleh Sherman menurunkan moral penduduk Konfederasi dan menunjukkan bahwa pemerintah Konfederasi tidak dapat melindungi rakyat mereka dari kekuatan Union. Pendekatan total war yang digunakan Sherman menjadi model untuk kampanye militer modern, menunjukkan bahwa menyerang sumber daya ekonomi dan infrastruktur bisa sama pentingnya dengan pertempuran militer.

 

Pengepungan Petersburg (Juni 1864)

Pengepungan Petersburg yang terjadi pada Juni 1864 hingga April 1865 di Petersburg, Virginia. Pasukan Union di bawah komando Jenderal Ulysses S. Grant melawan pasukan Konfederasi yang dipimpin oleh Jenderal Robert E. Lee. Petersburg merupakan kunci logistik yang vital bagi pasukan Konfederasi, karena kota ini menjadi titik persimpangan untuk jalur kereta api yang menghubungkan Richmond (ibu kota Konfederasi) dengan barat daya Virginia dan sumber daya di Selatan. Union melancarkan pengepungan terhadap Petersburg mulai Juni 1864. Meskipun pertempuran-pertempuran terjadi secara terus-menerus, Petersburg tidak jatuh dengan cepat karena pertahanan yang kuat oleh pasukan Konfederasi. Pada 25 Maret 1865, Jenderal Grant melancarkan serangan besar-besaran terakhir yang berhasil merusak garis pertahanan Konfederasi di Petersburg. Pasukan Union merebut beberapa posisi kunci, mengakibatkan pasukan Konfederasi mundur. Pengepungan Petersburg yang berlarut-larut, bersama dengan pasokan makanan yang semakin menipis, menyebabkan kehancuran moral di pasukan Konfederasi dan meningkatkan keputusasaan.

 

Penyerahan di Appomattox (April 1865)

Setelah serangkaian pertempuran dan pengejaran oleh pasukan Union, Jenderal Robert E. Lee dan pasukannya akhirnya terpojok dan terisolasi di Appomattox Court House. Lee menyadari bahwa tidak mungkin untuk melanjutkan perlawanan dengan sukses. Pada tanggal 9 April 1865, Lee bertemu dengan Jenderal Grant di sebuah rumah di Appomattox Court House untuk bernegosiasi. Mereka mencapai kesepakatan untuk penyerahan pasukan Konfederasi. Pasukan Konfederasi diperbolehkan untuk menyerahkan senjata mereka dan pulang ke rumah masing-masing dengan syarat bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam pertempuran lagi. Penyerahan pasukan Lee di Appomattox Court House secara efektif menandai akhir Perang Saudara Amerika. Ini adalah momen penting dalam sejarah Amerika yang menandai penyatuan kembali negara dan awal periode Rekonstruksi.

 

 Dampak perang saudara di Amerika tahun 1861-1865

Perang saudara yang terjadi di Amerika pada tahun 1861 sampai dengan 1865, merupakan konflik yang begitu kompleks. Permasalahan yang memicu terjadinya perang saudara di Amerika yakni mengenai perbudakan, di negara Amerika terdapat dua kubu yang sama-sama mempunyai pendapat masing-masing mengenai perbudakan, pada wilayah Amerika utara yang tidak menyetujui adanya perbudakan itu menolak dengan alasan jika manusia bebas berpendapat, mempunyai pendidikan, dan juga bebas mempunyai kegiatan ekonomi. Sedangkan pada wilayah Amerika bagian selatan itu menyetujui adanya perbudakan, dari perbedaan pendapat dari dua wilayah yang berada di Amerika itu menjadikan faktor dasar meletusnya perang saudara di Amerika pada tahun 1861 sampai dengan 1865.

 

Perang saudara di Amerika yang telah tejadi selama empat tahun lamanya, itu memberikan dampak yang begitu besar bagi bangsa Amerika, diantaranya yaitu selama terjadinya perang saudara di Amerika paling tidak pasukan federal kehilangan 364.511 prajurit yang tewas, sedangkan pasukan konfederasi kehilangan 133.821 prajurit yang tewas, hal tersebut belum terhitung masih banyak puluhan ribu pasukan yang hilang. Selain adanya dampak mengenai beberapa prajurit yang tewas akibat adanya perang saudara di Amerika ini, ada juga dampak yang mempengaruhi pemerintahan di Amerika yaitu pemerintahan menjadi tidak terarah dan juga pemerintahan mengalami rugi besar akibat adanya perang tersebut, selain pemerintah Amerika yang mengalami kerugian besar, ada juga dampak seperti banyaknya bangunan rusak yang disebabkan karena adanya perang saudara di Amerika tersebut. selain adanya kerugian yang besar oleh pmerintah Amerika juga terjadi dampak berupa timbulnya rasa dendam yang berkepanjangan oleh pihak Amerika Selatan selama hampir 50 tahun karena permasalahan rasialisme.

            Selain adanya dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh perang saudara yang ada di Amerika ini, terdapat juga dampak-dampak positif yang ditimbulkan jangka panjang setelah adanya perang saudara di Amerika diantaranya yaitu dihapuskan nya sistem perbudakan di Amerika, setelah dihapuskannya sistem perbudakan di Amerika banyak dari orang-orang yang dahulunya diperbudak oleh orang-orang di Amerika Selatan sudah dilakukan pembaharuan seperti banyaknya bidang industrialisasi di Amerika yang dilakukanoleh orang-orang yang berada di wilayah bagian utara. Selain banyaknya bidang industrialisasi yang telah dijalankan oleh orang-orang dari wilayah Amerika bagian utara, perang saudara di Amerika ini juga membawa perubahan baru dibidang perekonmian modern. Yang mana sebelum terjadinya perang saudara di Amerika Serikat ini pemerintahan di Amerika ini belum memiliki mata uang dan masih mengandalkan dolar emas, namun setelah adanya perang saudara ini terciptalah uang kertas sebagai nilai tukar mata uang di Amerika.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun