Mohon tunggu...
EllinaHilma Shani
EllinaHilma Shani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Merangkai kata sudah menjadi bagian hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Esensi Kerukunan Antarumat Beragama dalam Prespektif Keislaman dan Keindonesiaan

18 Desember 2024   08:17 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:17 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Oleh:

Ellina Hilma Shani, Nuv'a Claudia Cassanova

Universitas Jember

email: 241910601035@mail.unej.ac.id, 241910601036@mail.unej.ac.id

 

Abstrak: Istilah kerukunan umat beragama sering kali dihubungkan dengan konsep toleransi. Toleransi mengacu pada sikap saling memahami, saling menghargai, dan membuka diri dalam semangat persaudaraan. Jika makna ini dijadikan pedoman, maka toleransi dan kerukunan menjadi hal yang ideal dan diidamkan oleh masyarakat. Dalam konteks keindonesiaan, kerukunan umat beragama mencerminkan kebersamaan antara pemeluk agama dan pemerintah untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam ajaran Islam, hidup dalam kedamaian, keharmonisan, dan sikap toleran sangat ditekankan. Kerukunan umat beragama mencerminkan situasi di mana setiap pemeluk agama dapat saling menerima, menghormati keyakinan masing-masing, membantu satu sama lain, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Di Indonesia, kerukunan ini menjadi landasan penting bagi pembangunan nasional dan penjagaan integritas bangsa.

                Kata kunci: Kerukunan umat beragama, islam di Indonesia.

Pendahuluan

           Toleransi dan kerukunan menjadi nilai ideal yang diidamkan masyarakat, mencerminkan semangat persaudaraan. Dalam Islam, toleransi dijunjung tinggi, tetapi terbatas pada aspek muamalah dan kehidupan sosial, bukan pada akidah atau ibadah. Islam menegaskan bahwa agama yang diridhai Allah adalah Islam, sehingga toleransi tidak berarti mengakui atau membenarkan semua agama sebagai setara.

Indonesia, dengan keragamannya dalam suku, etnis, budaya, dan agama, memerlukan toleransi untuk mencegah konflik dan kekerasan. Sayangnya, toleransi beragama masih minim, terlihat dari berbagai permasalahan yang berujung pada kekerasan atas nama agama. Situasi ini mengancam keutuhan bangsa dan menuntut penguatan sikap toleransi demi menjaga integritas nasional.

Pembahasan

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah rukun dan kerukunan sering diartikan sebagai kedamaian atau keadaan damai. Pemahaman ini menunjukkan bahwa kerukunan berkaitan dengan interaksi dalam pergaulan sosial. Kerukunan antarumat beragama merupakan upaya untuk menjalin hubungan harmonis dan mengatur interaksi antara individu atau kelompok yang berbeda agama dalam kehidupan bermasyarakat.

  • Kerukunan Antarumat Beragama dalam Perspektif Islam

Islam menempatkan toleransi sebagai nilai yang sangat penting. Toleransi dalam pandangan Islam mencakup sikap menerima keberagaman, baik dalam hal suku, warna kulit, bahasa, budaya, adat istiadat, maupun agama. Keberagaman ini merupakan bagian dari ketetapan Allah (sunnatullah) yang tidak dapat dihindari. Dalam Islam, istilah yang memiliki makna dekat dengan kerukunan adalah tasamuh, yang berarti saling memahami, menghormati, dan menghargai sesama manusia. Namun, tasamuh tetap memiliki batasan, terutama dalam hal akidah, sehingga hubungan antarumat beragama tidak melanggar prinsip keimanan.

Toleransi dalam Islam tidak berarti menganggap semua agama memiliki kebenaran yang sama atau membenarkan praktik ibadah agama lain. Hal ini karena keyakinan terhadap akidah adalah prinsip yang harus dijaga oleh setiap Muslim. Agama yang diridhai Allah menurut ajaran Islam hanyalah Islam itu sendiri. Oleh karena itu, toleransi dibatasi pada aspek sosial dan hubungan kemasyarakatan, tanpa mencampuri persoalan keimanan atau ibadah.

  • Kerukunan Antarumat Beragama di Indonesia

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan keberagamannya, baik dari segi etnis, bahasa, budaya, maupun agama. Namun, keberagaman ini kerap kali menjadi potensi munculnya konflik atau gesekan antar kelompok. Oleh karena itu, suasana hidup yang rukun dan toleran menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan elemen masyarakat untuk menjaga kerukunan, meski tantangan tetap ada.

Pada masa Orde Baru, pendekatan stabilitas dan keamanan nasional dinilai efektif dalam menciptakan harmoni. Namun, pendekatan tersebut sering menimbulkan dampak negatif berupa ketidakpuasan yang terpendam, keberpihakan, dan tindakan represif, yang akhirnya dapat memicu ledakan konflik di kemudian hari. Sejarah membuktikan bahwa dampak pendekatan ini masih terasa hingga kini.

Saat ini, yang dibutuhkan bukan hanya kebijakan formal berupa peraturan terkait kerukunan antarumat beragama, tetapi juga upaya yang lebih mendalam, yaitu menanamkan kesadaran bahwa hidup rukun, damai, dan saling menghormati di tengah keberagaman adalah kewajiban yang diajarkan agama.

Kerukunan antarumat beragama menjadi salah satu fondasi utama dalam menjaga persatuan bangsa dan keutuhan negara. Kerukunan dapat dimaknai sebagai kondisi masyarakat yang hidup dalam kedamaian, ketertiban, dan keharmonisan, dengan mengedepankan saling menghormati, tenggang rasa, dan semangat gotong royong sesuai dengan nilai-nilai agama dan Pancasila.

Para pendiri bangsa telah menetapkan pilar-pilar fundamental untuk menjaga kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Upaya ini menjadi warisan berharga yang perlu dijaga dan terus diperkuat agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terpelihara.

Penutup

Kerukunan antarumat beragama adalah nilai fundamental yang tidak hanya mencerminkan semangat toleransi, tetapi juga menjadi pilar utama dalam menjaga keutuhan bangsa. Dalam Islam, kerukunan dan toleransi memiliki batasan yang jelas, terutama dalam hal akidah dan ibadah, namun tetap mengutamakan keharmonisan dalam kehidupan sosial. Sikap saling memahami, menghormati, dan menghargai menjadi kunci untuk menciptakan hubungan yang harmonis di tengah keberagaman.

Dalam konteks Indonesia, keberagaman etnis, budaya, dan agama adalah kekayaan yang harus dirawat dengan baik. Konflik dan gesekan dapat diminimalkan melalui pendekatan yang menanamkan kesadaran akan pentingnya hidup damai dan saling menghormati. Kerukunan yang dilandasi nilai-nilai agama dan Pancasila bukan hanya menjadi solusi untuk mencegah perpecahan, tetapi juga menjadi landasan kuat bagi pembangunan nasional dan integritas bangsa.

Sebagai warisan dari para pendiri bangsa, kerukunan antarumat beragama adalah tanggung jawab bersama yang harus dijaga oleh setiap generasi. Dengan menjunjung tinggi toleransi yang berimbang, masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dalam damai, menjadikan keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai alasan untuk perpecahan.

 

Daftar Pustaka

https://

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun