Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuat sebuah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Salah satu program program unggulan MBKM yaitu Kampus Mengajar Angakatan 1 yang merupakan program lanjutan dari Kampus Mengajar Perintis. Program ini sebagai representasi pemerintah Indonesia dalam membangun dan mengembangkan pendidikan di era digitalisasi, terutama kegiatan literasi, numerasi, administrasi, dan adaptasi teknologi. Selain itu, kondisi pembelajaran di era pandemi Covid-19 menuntut guru menguasai teknologi digital untuk melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring). Berdasarkan masalah tersebut, Kampus Mengajar Angkatan 1 melalui mahasiswa di seluruh Indonesia ikut andil berkontribusi melakukan pengabdian dalam bidang pendidikan di Sekolah Dasar yang berada di daerah 3T yaitu terdepan, terpencil, dan tertinggal.
observasi-awal-dengan-pihak-sdn-2-salakaria-6150195806310e2b6d184412.png
Tujuan diadakannya program Kampus Mengajar yaitu mahasiswa menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran literasi, numerasi, dan adaptasi teknologi selama di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui program Kampus Mengajar, mahasiswa dapat mengasah keterampilan sosial untuk berkomunikasi, memecahkan masalah, berpikir kreatif dan inovatif, memiliki rasa empati, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
penanganan-dan-pencegahan-covid-19-615019d00101905eb0681162.jpeg
Salah satu mahasiswa yang mengikuti program Kampus Mengajar yaitu Ellia Rismawati dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (angkatan 2018), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Universitas Pendidikan Indonesia. Ellia melaksanakan program Kampus Mengajar Angkatan 1 di SD Negeri 2 Salakaria. SD Negeri 2 Salakaria merupakan salah satu sekolah sasaran program Kampus Mengajar Angkatan 1 yang terletak di Desa Salakaria, Kecamatan Sukadana,
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Mahasiswa melakukan observasi terlebih dahulu sebelum terjun ke lapangan. Kegiatan pembelajaran daring di sekolah tersebut menggunakan WhatsApp Group dengan media buku ajar siswa dan video pembelajaran. Dalam pelaksanaan PJJ daring ini, tidak ada pelaksanaan pembelajaran secara guling (guru keliling) dikarenakan kasus Covid-19 di Ciamis yang meningkat dan pemerintah menganjurkan untuk melaksanakan pembelajaran sepenuhnya secara daring melalui mobile learning.
kegiatan-adaptasi-teknologi-615019c1f9f60c4a17148f02.jpeg
Pada praktiknya, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SDN 2 Salakaria disesuaikan dengan jumlah kelas yang tersedia dan kesepakatan pembagian kelas yang telah disetujui oleh guru pamong dan mahasiswa. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh jumlah mahasiswa yang melebihi daya tampung kelas dan siswa. Kapasitas kelas di SDN 2 Salakaria terdiri atas kelas 1, 2, 4, 5, dan 6 dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang didampingi wali kelas sebanyak tiga orang, satu guru honorer, dan delapan orang mahasiswa. Mahasiswa ditempatkan sesuai dengan kelas yang telah disepakati. Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama proses mengajar berfokus terhadap literasi, numerasi, administrasi, dan adaptasi teknologi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pembelajaran melalui whatsapp group, home visit, google classroom, google meet, lingkungan sahabatku, klub literasi, kahoot, quizzizz, wordwall, google maps, dan numerasiku.
pembuatan-pohon-impian-61501a04f9f60c49f108ca42.png
klub-literasi-di-perpustakaan-61501a15f9f60c4a17148f04.jpeg
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa mendapatkan apresiasi baik dari pihak sekolah dan siswa. “Saya bersyukur ada adik-adik mahasiswa yang dapat membantu pembelajaran siswa di SDN 2 Salakaria secara daring maupun luring. Siswa kami jadi belajar banyak menggunakan laptop. Siswa yang tidak bisa menjadi bisa pakai laptop.” Tutur Ibu Yayah Supiah, S.Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SDN 2 Salakaria. Mahasiswa dapat memberikan pembelajaran inovatif dan kreatif melalui aplikasi pembelajaran tersebut dan melaksanakan program yang melatih komptensi siswa dalam pembelajaran, terutama literasi dan numerasi. Adapun guru dapat mengaplikasikan dan melanjutkan program yang telah dilaksanakan dengan lebih baik, dan siswa dapat mengimplementasikan pembelajaran kreatif tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Selain itu, adaptasi teknologi yang meliputi sosialisasi google classroom, google meet, dan laman Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) mendapatkan respons yang sangat baik karena siswa dapat menambah wawasan mengenai aplikasi pembelajaran yang dapat digunakan secara daring agar melek terhadap teknologi. Kegiatan administrasi di sekolah pun meliputi pembuatan soal penilaian akhir semester, menginput nilai siswa, menyusun buku perpustakaan, menginput data operator, mencatat buku klapper, dan buku pokok siswa.
pembelajaran-home-visit-61501a43f9f60c49f108ca44.jpeg
Program
Kampus Mengajar angkatan 1 telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, walaupun dalam praktiknya terdapat banyak hambatan, seperti guru dan siswa yang masih gagap teknologi, jarak rumah siswa yang jauh, dan kondisi jaringan internet yang kurang stabil. Harapan di masa depan, guru maupun siswa mampu mengimplementasikan kegiatan
literasi digital secara berkelanjutan walaupun mahasiswa sudah tidak mengajar. Mahasiswa berharap program yang telah dilaksanakan dapat memberikan dampak positif terkait pentingnya literasi digital di era pandemi Covid-19 agar guru maupun siswa melek terhadap perkembangan teknologi.
(Ellia Rismawati)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya